SUASANA PENGARAKAN OGOH-OGOH DI DESA PEKRAMAN MENGENUANYAR

Juli 5th, 2014

 

            Pihak-pihak yang Berperan Dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar.

2014-03-30 16.04.59 Seperti pada umumnya di banjar banjar lain, tentu saja yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya Nyepi ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) banjar setempat, meskipun dalam prosesya mereka membuat senddiri ataupun membeli. Begitu juga dengan halnya di desa pekraman Mengenuanyar, yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh di desa pekraman ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) “Yowana Shanti” desa pekraman Mengenuanyar Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Meskipun begitu, tidak semua anggoata STT yang turun langsung dalam proses pembuatan Ogoh-Ogoh ini. Hal ini disebabkan karena, banyak anggota STT yang merantau keluar desa baik itu merantau karena sekolah atau bekerja. Jadi , mereka yang kebetulan dirumahlah yang turun langsung dalam proses pembuatannya. Diantara angota STT yang terjun langsung dalam pembuatan Ogoh-ogoh ini , ada satu orang yang menjadi pemberi ide pokok atau yang lebih sering disebut dengan arsitek. Adapun arsitek ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyarr untuk tahun 2014 ini adalah orang tersebut sering dipanggil dengan sebutan Dek Udi. Sebenarnya Dek Udi ini sudah menikah dan seperti halnya peraturan STT lain bahwa anggota STT yang sudah menikah maka otomatis dia sudah tidak tercatat lagi menjadi anggota STT Yowana Shanti. Meskipun demikian, kepeduliannya terhadap dusun terutama terhadap STT Yowana Shanti ini patut diacungi jempol.

            Proses Pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar

       Proses pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar ini dimulai ± satu bulan sebelum hari raya pengerupukan itu dilakasanakan. Prosess pertama dimulai dari pencarian bamboo di sebuah Tegal atau lahan perkebunan warga setempat. Setelah itu dimulai dengan proses pembuatan bahan ulat ulalatan dari bamboo , karena bahan dasar pembuatan ogoh ogoh ini adalah tidak menggunakan gabus kecuali tapel/bentuk wajahnya. Selama kurun waktu ± satu bulan itulah Dek Udi mulai menggarap ogoh-ogoh tersebut dengan dibantu oleh anggota STT Yowana Shanti lainnya mulai dari membuat bentuk badan, kaki hingga tangan. Setelah semua itu terbentuk, akan dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu proses penutupan rangka ogoh ogoh dengan Koran Koran bekas. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewarnaan atau pengecatan dan pemasangan tapel. Hingga sampai ketahap pemberian hiasan-hiasan yang sesuai dengan karakter ogoh-ogoh yang dibuat. Adapun ogoh-ogoh yang dibuat di Desa Pekraman Mengenuanyar ini adalah sejumlah dua karakter yakni “Celuluk” dan “Manusia setengah Leak”. Setelah kedua Ogoh-ogoh ini rampung, sampailah ketahap yang terakhir yaitu membuat “saanan” (dalam bahasa bali). Akhirnya ogoh-ogohpun siap untuk diarak kekliling Dusun.

2.3       Suasana Pengarakan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar khususnya pada tahun 2014

2014-03-30 15.57.18 Ketika ogoh-ogoh telah selesai maka ogoh-ogohpun siap untuk di arak. Tapi sebelum pengarakan ogoh-ogoh itu dilaksanakan, seperti biasa karena hari raya pengerupukan itu jatuh pada rainan tilem sasih kesanga maka terlebih dahulu dilaksanakan upacara persembahyangan di perempatan desa pekraman mulai pukul 16.00 WITA dan selesai pukul 17.30 WITA. Dalam upacara persembahyangan tersebut, jero mangku juga mempasupati ogoh-ogoh yang akan di arak. Setelah acara persembahyangan itu selesai, maka para ibu-ibu yang sembahyangpun budal/pulang dan para anggota STT yang laki-lakipun bersiap untuk mengarak ogoh-ogoh itu keliling banjar.Tidak seperti halnya di kota – kota besar yang suasana pengarakan ogoh-ogohnya sebagian besar terkesan meriah, suasana pengarakan ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyar sangat terkesan sederhana. Hanya warga setempat saja yang menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu. Itupun tidak semua yang menyaksikan, hanya beberapa warga saja yang keluar dari rumahnya untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu karena hampir dari awal proses pembuatan ogoh-ogoh itu sebagian warga sudah mengetahui bentuk ogoh-ogohnya. Selain itu hal ini disebabkan karena dusun-dusun yang ada di desa Pengeragoan ( Peengeragoan Dangin Tukad, Pengeragoan Dauh Tukad, Bading Kayu, Mengenuanyar dan Pasut ) masing-masing dipisahkan oleh hutan yang cukup jauh, sehingga proses pengarakan ogoh-ogoh dimasing-masing banjar hanya disaksikan warga stempat saja.

Sebagai pengiring untuk memeriahkan proses pengarakan ogoh-ogoh ini seperti biasa diiringi oleg bleganjur. Dimana sekehe baleganjurnya adalah bukan anggota STT melainkan kerame banjar yang mesekhe gong yaitu krame banjar yaitu krame banjar yang berumur 35-50 tahun. Setelah puas para pengarak ogoh-ogoh untuk mengarak ogoh-ogohnya maka ogoh-ogohpun dibakar di tempat yang sudah disediakan. Dan pengarakan ogoh-ogohpun berakhir.

(Sumber : Berdasarkan pengamatan penulis yang merupakan angoota STT di Desa Pekraman Mengenuanyar )

Comments are closed.