Archive for the ‘Tak Berkategori’ Category

CIRI-CIRI ENSAMBLE JEGOG KHAS KABUPATEN JEMBRANA

Senin, Juli 7th, 2014

          Ensamble Jegog ini temasuk kedalam ensamble besar,karena dimainkan lebih dari 11 orang.Simtem pengolahan bunyi instrument – instrument pada ensamble ini adalah berdasarkan panjang pendek sumber bunyi yang digunakan.

            Pada dasarnya instrument-instrument yang terdapat dalam gambelan Jegog ini terbuat dari bambu,yang dalam istilah Balinya disebut “Tiing Petung” atau Bambu Petung. Jika digolongkan bedasarkan sumber bunyinya,ensamble ini termasuk kedalam golongan idiophone, karena sumber bunyinya berasal dari dirinya sendiri yaitu bambu.

            Bambu-bambu inilah yang kemudian diiris agar mengahasilkan nada-nada khas Jegog yang telah diciptkan oleh seniman yang bernama Kiyang Geliduh dari dusun Sebual desa Dangintukadaya pada tahun 1912. Nada-nada yang terdapat pada gambelan Jegog ini yaitu dong,deng,dung.ding. Dengan catatan nada ding pada Jegog tidak sama dengan nada ding pada ensamble Gong Kebyar pada umumnya. Dimana nada ding pada gambelan Jegog lebih rendah setengah nada jika dibandingkan dengan nada ding pada ensamble Gong Kebyar. Atau bisa disamakan dengan nada daing pada nada pelog 7 nada.

            Kemudian sebagai tempat untuk menggantungkan bambu-bambu yang telah bernada ini, dibuatkanlah yang dalam istilah balinya disebut “tungguhan” (seperti pada gambar). Dimana tungguhan ini memiliki empat kaki yang tingginya kurang lebih 800cm sampai dengan 150cm. Disinilah bambu-bambu yang telah bernada itu digantung dengan tali (seperti pada gambar). Dan disetiap satu instrument pada Jegog, digantungkan 8 buah bambu bernada. Nada dong dua buah, deng dua buah, dung dua buah, ding dua buah dengan susunan sedemikian rupa yaitu dong deng dung ding dong deng dung ding. Dan sebagai penghias , biasanya disetiap kiri dan kanan kaki Jegog dibuatkan patung Naga(hanya pada bagian kepala dan lehernya saja). Kecuali pada instrument Jegognya(instrument pada ensamble Jegog yang paling besar) dibuatkanlah “togog” (seperti pada gambar)

Selain itu sebagai penghias bagian depannya juga dibuatkan yang namanya “tabeng”(seperti pada gambar diatas). Tetapi biasanya penghias penghias ini hanya digunakan pada saat pentas saja. Jika tidak pentas, maka penghias penghias ini dilepas.

  •  Instrumen-instrumen pada Gambelan Jegog

            Satu barungan Jegog yang lengkap terdiri dari 14 instrumen yaitu Barangan, Kancilan, Suir, Kuntung/Celuluk,Undir dan Jegog. Dimana Barangan ada tiga tungguh,Kancilan ada tiga tungguh,Suir ada tiga tungguh, Kuntung/Celuluk ada tiga tungguh, Undir ada dua tungguh dan Jegog ada satu tungguh.

            Untuk masing-masing instrument pada Jegog menggunakan panggul/alat pukul yang ukuran dan bahannya berbeda beda. Pada instrument Barangan menggunakan panggul kayu pada tangan kanan dan panggul karet pada tangan kiri yang berbentuk seperti ban dengan diameter ± 10cm. untuk instrument Kancilan,Suir dan Kuntung sama-sama menggunakan panggul kayu namun ukurannya berbeda yaitu panggul Kuntung ukurannya ± 10cm, panggul Kancilan ± berdiameter 6cm – 8cm, panggul suir berdiameter ± 4cm – 5cm. Untuk instrument Undir dan Jegog menggunakan panggul karet.

Berikut adalah gambar-gambar beberapa panggul/alat pukul instrument Jegog

                 A                                                    B                                      C                                                D

       2013-10-11 18.40.54                2013-10-11 18.41.18           2013-10-11 18.41.42             belagog07   (*)

A         = Panggul Jegog

B         = Panggul Undir

C         = Panggul Suir, Kancil, Kuntung ( hanya saja panggul Kancil lebih besar       dari pada panggul Suir dan Panggul Kuntung lebih besar dari pada panggul Suir dan Kancil )

D         = Panggul Barangan ( pada tanda * )

  • Cara memainkan gambelan Jegog khas Jembrana

            Pada gambelan Jegog khas Jembrana ini, memiliki keunikan tersendiri dalam hal memainkannya. Dimana pada umunya untuk memainkan suatu gambelan tertentu,pemainnya main dengan posisi duduk. Lain halnya dengan kesenian Jegog khas Jembrana ini, cara memainkan ensamble ini adalah dengan posisi beridri kecuali pada instrument Undir dan Jegog. Pada instrument tersebut para pemainnya duduk di atas instrument itu sendiri. Pada instrument Undir dan Jegog telah dilengkapi papan untuk tempat duduk para pemainnya.

            Seperti biasa, masing – masing instrument ditempati satu orang pemain,kecuali pada instrument Jegog. Instrument ini ditempati oleh dua orang pemain/penabuh. Hal ini akibat dari alat pukul instrument Jegog yang terlalu besar jika dimainkan sendiri .

            Biasanya untuk lebih menambah kewibawaan dalam hal pementasan,para pemain/panabuh ensamble ini bermain sambil mengerakkan badannya ke kiri dan ke kanan sembari menikmati dan menghayati lagu/gending yang dibawakan.

(Sumber : Berdasarkan pengamatan penulis di kota Negara, Kabupaten Jembrana)

–SEKIAN–

SUASANA PENGARAKAN OGOH-OGOH DI DESA PEKRAMAN MENGENUANYAR

Sabtu, Juli 5th, 2014

 

            Pihak-pihak yang Berperan Dalam Pembuatan Ogoh-Ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar.

2014-03-30 16.04.59 Seperti pada umumnya di banjar banjar lain, tentu saja yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya Nyepi ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) banjar setempat, meskipun dalam prosesya mereka membuat senddiri ataupun membeli. Begitu juga dengan halnya di desa pekraman Mengenuanyar, yang berperan dalam pembuatan ogoh-ogoh di desa pekraman ini adalah atas nama Sekehe Teruna Teruni (STT) “Yowana Shanti” desa pekraman Mengenuanyar Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Meskipun begitu, tidak semua anggoata STT yang turun langsung dalam proses pembuatan Ogoh-Ogoh ini. Hal ini disebabkan karena, banyak anggota STT yang merantau keluar desa baik itu merantau karena sekolah atau bekerja. Jadi , mereka yang kebetulan dirumahlah yang turun langsung dalam proses pembuatannya. Diantara angota STT yang terjun langsung dalam pembuatan Ogoh-ogoh ini , ada satu orang yang menjadi pemberi ide pokok atau yang lebih sering disebut dengan arsitek. Adapun arsitek ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyarr untuk tahun 2014 ini adalah orang tersebut sering dipanggil dengan sebutan Dek Udi. Sebenarnya Dek Udi ini sudah menikah dan seperti halnya peraturan STT lain bahwa anggota STT yang sudah menikah maka otomatis dia sudah tidak tercatat lagi menjadi anggota STT Yowana Shanti. Meskipun demikian, kepeduliannya terhadap dusun terutama terhadap STT Yowana Shanti ini patut diacungi jempol.

            Proses Pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar

       Proses pembuatan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar ini dimulai ± satu bulan sebelum hari raya pengerupukan itu dilakasanakan. Prosess pertama dimulai dari pencarian bamboo di sebuah Tegal atau lahan perkebunan warga setempat. Setelah itu dimulai dengan proses pembuatan bahan ulat ulalatan dari bamboo , karena bahan dasar pembuatan ogoh ogoh ini adalah tidak menggunakan gabus kecuali tapel/bentuk wajahnya. Selama kurun waktu ± satu bulan itulah Dek Udi mulai menggarap ogoh-ogoh tersebut dengan dibantu oleh anggota STT Yowana Shanti lainnya mulai dari membuat bentuk badan, kaki hingga tangan. Setelah semua itu terbentuk, akan dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu proses penutupan rangka ogoh ogoh dengan Koran Koran bekas. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewarnaan atau pengecatan dan pemasangan tapel. Hingga sampai ketahap pemberian hiasan-hiasan yang sesuai dengan karakter ogoh-ogoh yang dibuat. Adapun ogoh-ogoh yang dibuat di Desa Pekraman Mengenuanyar ini adalah sejumlah dua karakter yakni “Celuluk” dan “Manusia setengah Leak”. Setelah kedua Ogoh-ogoh ini rampung, sampailah ketahap yang terakhir yaitu membuat “saanan” (dalam bahasa bali). Akhirnya ogoh-ogohpun siap untuk diarak kekliling Dusun.

2.3       Suasana Pengarakan Ogoh-ogoh di Desa Pekraman Mengenuanyar khususnya pada tahun 2014

2014-03-30 15.57.18 Ketika ogoh-ogoh telah selesai maka ogoh-ogohpun siap untuk di arak. Tapi sebelum pengarakan ogoh-ogoh itu dilaksanakan, seperti biasa karena hari raya pengerupukan itu jatuh pada rainan tilem sasih kesanga maka terlebih dahulu dilaksanakan upacara persembahyangan di perempatan desa pekraman mulai pukul 16.00 WITA dan selesai pukul 17.30 WITA. Dalam upacara persembahyangan tersebut, jero mangku juga mempasupati ogoh-ogoh yang akan di arak. Setelah acara persembahyangan itu selesai, maka para ibu-ibu yang sembahyangpun budal/pulang dan para anggota STT yang laki-lakipun bersiap untuk mengarak ogoh-ogoh itu keliling banjar.Tidak seperti halnya di kota – kota besar yang suasana pengarakan ogoh-ogohnya sebagian besar terkesan meriah, suasana pengarakan ogoh-ogoh di desa pekraman mengenuanyar sangat terkesan sederhana. Hanya warga setempat saja yang menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu. Itupun tidak semua yang menyaksikan, hanya beberapa warga saja yang keluar dari rumahnya untuk menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh itu karena hampir dari awal proses pembuatan ogoh-ogoh itu sebagian warga sudah mengetahui bentuk ogoh-ogohnya. Selain itu hal ini disebabkan karena dusun-dusun yang ada di desa Pengeragoan ( Peengeragoan Dangin Tukad, Pengeragoan Dauh Tukad, Bading Kayu, Mengenuanyar dan Pasut ) masing-masing dipisahkan oleh hutan yang cukup jauh, sehingga proses pengarakan ogoh-ogoh dimasing-masing banjar hanya disaksikan warga stempat saja.

Sebagai pengiring untuk memeriahkan proses pengarakan ogoh-ogoh ini seperti biasa diiringi oleg bleganjur. Dimana sekehe baleganjurnya adalah bukan anggota STT melainkan kerame banjar yang mesekhe gong yaitu krame banjar yaitu krame banjar yang berumur 35-50 tahun. Setelah puas para pengarak ogoh-ogoh untuk mengarak ogoh-ogohnya maka ogoh-ogohpun dibakar di tempat yang sudah disediakan. Dan pengarakan ogoh-ogohpun berakhir.

(Sumber : Berdasarkan pengamatan penulis yang merupakan angoota STT di Desa Pekraman Mengenuanyar )

INSTRUMEN JEGOGAN PADA JEGOG KHAS KABUPATEN JEMBRANA

Selasa, Mei 6th, 2014

            Suatu ensamble atau barungan gambelan pasti terdiri dari instrument-instrument penyusunnya. Begitu juga dengan ensamble khas Kabupaten Jembrana yaitu ensamble Jegog. Dalam ensamble ini terdapat instrument-instrument penyusunnya yaitu Barangan, Kancilan, Suir, Kuntung, Undir dan Jegog. Kusus untuk pembahasan ini, penulis akan membahas satu instrument saja yaitu instrument Jegog. Agar kita sebagai masyarakat Bali dan Jembrana pada kususnya mengetahui apa sebenarnya instrument Jegog pada ensamble jegog khas Jembrana itu.

  • Instrumen Jegog

            Pada barungan gambelan khas Jembrana ini, instrument Jegog adalah instrument yang bentuk dan ukurunnya paling besar. Sehingga untuk memainkannya instrument ini memerlukan dua orang untuk memainkannya. Selain ukuran dan bentuknya paling besar,alat pukul/panggulnya juga paling besar. Kata jegog memiliki pengertian sesuatu yang paling besar, dalam bahasa bali = nyegogog. Oleh karena itu instrument ini diberi nama Jegog. Adapun bahan yang digunakan dalam membuat panggul jegog ini adalah sebuah kayu yang dibentuk sedemikian rupa dan karet ban yang diolah hingga menggumpal sedemikian rupa. Selain itu , jika suatu barungan jegog ini pentas, instrument ini tampak berbeda dengan instrument jegog yang lainnya. Perbedaanya terletak pada hiasan samping kanan dan kirinya. Jika pada instrument yang lain, pada umumnya hiasan samping kanan dan kirinya menggunakan patung kepala naga yang merupakan sambungan bentuk dari kaki kakinya. Sedangkan pada instrument jegogan ini menggunakan togog seperti gambar berikut.images

            Fungsi instrument ini adalah sebagai bas dan sebagai pembawa melodi (akuh/rangka lagu ) dalam permainan Jegog khas Kabupaten Jembrana . Instrument ini memiliki delapan buah bambu bernada. Dimana satu nada diemban oleh dua buah bambu dengan ukuran dan tingkatan oktaf yang sama. Namun seperti pada umumnya gamelan di Bali, jika tidak ada pangumbang dan pangisep maka akan terasa ada yang kurang. Begitu juga dengan instrument jegogan ini, meskipun jegogan ini hanya sebuah instrument, tetapi dalam pembuatannya , si pembuat tetap memperhatikan pengumbang dan pengisepnnya. Adapun yang menjadi pengumbangnya adalah keempat daun jegogan (bamboo bernada) yang terhitung dari kiri ke kanan. Sedangkan yang menjadi pengisepnya adalah keempat daun jegogan yang berada disebelah kanan pengisep. Adapun pengertian pengumbang dan pengisep itu adalah.

Pengumbang merupakan nada yang getaran bunyinya dibuat lambat

Pengisep merupakan nada yang getaran bunyinya dibuat cepat

Jika kurang paham atau jelas,perhatikan gambar dibawah

giu

                                                                                         Pengumbang                 Pengisep

 

Adapun dasar adanya pengumbang dan pengisep dalam sebuah instrument ini adalah terkait dengan cara memainkannya.

  • Cara memainkan instrument Jegog khas Jembrana

            Telah dijelaskan pada pembahasan di atas bahwa fungsi dari pada instrument ini adalah sebagai bas dalam ensamble Jegog khas Jembrana. Instrumen ini dimainkan oleh dua orang pemain karena ukurannya terlalu besar jika dimainkan sendirian. Masing-masing pemain membawa satu buah panggul. Adapun cara memainkan instrumen ini adalah masing-masing pemain memukul bambunya secara silih berganti dengan pemain yang satunya lagi sesuai dengan lagu yang sedang dimainkan. Pemain yang dikanan pukulannya tepat jatuh pada ketukan (on beat), sedangkan pemain yang dikiri pukulannya off beat / menggantung (dalam istilah bali). Namun selain menggunakan jenis pukulan on beat dan off beat, instrument ini kadang kala menggunakan pukulan keduanya on beat atau keduanya off beat tergantung kebutuhan keindahan suatu gending.Biasanya instrumen ini hanya mengisi pokok-pokok melodi dari suatu gending-gending Jegog khas Jembrana. Tidak memainkan secara full melodi-melodi yang dimainkan oleh instrumen-instrumen lainnya seperti instrumen Kuntung/celuluk. Biasanya pukulan pada instrumen ini memiliki perbandingan 1 : 2 terhadap instrumen Undir dan Kuntung. Atau lebih singkatnya instrumen Jegog pada ensamble Jegog khas Jembrana ini memiliki fungsi yang sama terhadap instrumen Jegog pada ensamble Gong Kebyar. Ada suatu keunikan dalam memainkan instrument ini yaitu untuk memainkan instrument ini, si pemain duduk di atas instrument itu sendiri. Tak jarang pula dalam kesenian jegog mebarung , masing – masing pemain instrument jegogan ini menggunakan dua panggul. Jadi total panggul yang digunakan adalah empat panggul. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghemat tenaga dalam kompetisi mebarung ini. Karena jika kedua pemain instrument ini masing-masing menggunakan dua panggul, maka otomatis pukulan yang biasanya dipukul empat kali dengan menggunakan satu tangan oleh pemain yang menggunnakan satu panggul akan dipukul dua kali secara bergantian dengan menggunakan dua tangan oleh pemain yang menggunakan dua panggul.

( Sumber : Berdasarkan Pengamatan Penulis di Kota Negara, Kabupaten Jembrana)

SEKIAN–

beberapa jenis canang banten

Selasa, Mei 6th, 2014
  1. 1.      Canang Ganten

Alasnya memakai sebuah ceper, taledan kecil, ituk ituk atau yang sejenis dengan itu. Diatasnya secara berturut turut diisi perlengkapan berupa pelawa, porosan , wadah lengis/sampyan uras sari, bunga, rampe/pandan harum diiris-iris tipis, wangi-wangian, boreh miyik, minyak harum.

Penggunaannya sebagai pelengkap tandingan banten segehan, canang meraka dan lain sejenisnya.

  1. 2.      Canang Burat Wangi Lenga Wangi

Pada dasarnya sama dengan canang ganten, hanya saja ditambah lagi dua buah tangkih/celemik masing-masing berisi burat wangi dan lenge wangi. Penggunaannya pada hari-hari khusus seperti pada purnama, tilem, saraswati dan juga merupakan pelengkap dalam tetandingan banten lainnya seperti sesayut, prayascita, byakala dan lain sejenisnya.

  1. 3.      Canang Sari

Alasnya memakai sebuah ceper, taledan atau bundaran yang pinggirnya dihias dengan trikona atau plekir, diatasnya berisi pelawa,porosan, tebu, kekiping, pisang emas, beras kuning dialasi tangkih atau celemik, burat wangi dan lenga wangi. Diatasnya diisi sampyan uras sari, bunga, rampe, miyik-miyikan dan uang sesari.

Pengunaanya dipersembahkan tersendiri dan juga melengkapi tetandingan banten yang lainnya.

  1. 4.      Canang Tubungan

Pada dasarnya sama dengan Canang Ganten, hanya saja porosannya diganti dengan base tubungan.

  1. 5.      Canang Gantal

Pada dasarnya sama dengan Canang Genten, hanya porosannya terdiri dari 5,7,9, atau 11 buah lekesan yang diikat dengan tali porosan. Penggunaanyan biasanya menyertai canang tubungan.

  1. 6.      Cane atau Canang Rebong

Alasnya memakai sebuah dulang kecil dihiasi dengan jaro dibuat dari janur berkeling. Ditengah-tengahnya ditancapkan sebuah batang pisang, disesuaikan dengan keinginan. Disekitar batang pisang, diisi perlengkapan seperti bija, air cendana, burat wangi yang masing masing dialasi dengan 4 buah takir/mangkuk kecil. Selain itu jjuga berisi 4 buah kojong yang masing masing berisi tembakau, pinang, lekesan, rokok/korek api. Pada batang pisang secara berkeliling dihiasai dengan bunga yang ditancapkan secara teratur hingga tampaknya menjadi indah.

Penggunaannya untuk melengkapi upacara upacara yang besar seperti melis daan juga rapat-rapat didesa pekraman.

  1. 7.      Canang Pebersihan

Alasnya memakai sebuah taledan, ceper, ditempeli dengan 7 buah tangkih, masing masing berisi :

  1. Bahan Keramas seperti daun kembang sepatu diiris-iris atau kelapa diparut.
  2. Sisig, jajan dibakar hingga gosong adalah alat untuk membersihkan gigi.
  3. Tepung tawar dibuat dari daun dadap kunir dan beras basah ditumbk jadi satu.
  4. Kekosok adalah tepung beras adalah alat untuk membersihkan kulit.
  5. Asem berasal dari buah buahan yang rasanya masam, untuk pencuci perut.
  6. Minnyak, diletakkan pada kapas atau bunga, untuk minya rambut.
  7. Bija adalah beras dicuci kemudian dicampur dengan air cendana.

Penggunaannya :

            Pada hari-hari purnama, tilem hari-hari raya lainnya dan juga sebagai pelengkap tetandingan banten seperti byakala, sesayut-sesayut, prayascita dan lain sejenisnya.

  1. 8.      Canang Pengerawos

Alasnya memakai sebuah taledan diatasnya berisi perlengkapan tembakau, pinang, gambir, kapur yang masing-masing ditempatkan pada sebuah kojong dan sirih beberapa lembar. Ada kalanya dilengkapi dengan rokok dan korek api. Diatasnya diisi sebuah ceper berisi air cendana, bija, minyak wangi dan bunga-bunga yang harum, yang diletakkan pada sebuah tangkih.

Penggunaannya pada acara rapat, sangkepan, paruman desa/banjar dan juga sarana untuk memohon petunjuk pada leluhur/bhatara pada tapakan, sadeg, balian, bila mempunyai pirasat atau akan melaksanakan suatu yadnya.

  1. 9.    Canang Oyodan

Alasnya memakai sebuah dulang, diatasnya berisi sebuah taledan diplekir/memakai trikona. Perlengkapannya terdiri dari palawa, porosan, lenga wangi, burat wangi, tadah pawitra, tebu, pisang emas, kekiping, beras kuning, masing-masing dialas dengan tangkih/kojong. Berikutnya dilengkapi lagi dengan bunga-bungaan yang ditusuk dengan lidi dan dilengkapi lagi dengan berbagai hiasan janur yang ditancapakan pada sebuah jeruk atau batang pisang.

  1. 10.   Tadah Pawitra atau Tadah Sukla

Alasnya memakai sebuah ceper, ituk ituk, taledan kecil atau sejenis dengan itu, diatasnya berisi : pisang kayu mentah, kacang komak, kacang putih, ubi, keladi, semuanya itu digoreng dan diletakkan masing-masing pada sebuah tangkih/kojong. Diatasnya diisi pelawa, porosan, wadah lengis, bunga, rampe.

Penggunaanya, melengkapi banten suci, daksina pelinggih, canang oyodan dan lain sejenisnya.

  1. 11.  Canang Meraka

Sebagai alasnya dipakai ceper,tamas atau yang sejenis dengan itu. Perlengkapannya terdiri dari : pisang, buah buahan lainnya, jajan dan sebuah sampyan srikili yang memakai alas seperti kojong diberi hiasan sehingga menjadi indah bentuknya menyerupai kepet kepetan, diatasnya diisi pelawa, porosan, wadah lengis, bunga, raampe. Bila dibuat agak besar dengan raka-raka yang banyak, ini disebut canang gebogan, pajegan atau canang tegeh.

  1. 12.  Canang Yasa

Alasnya memakai sebuah ceper, taledan yang diplekir kemudian diatasnya diisi tudah sukla, kekiping, pisang emas, basse tubungan 1, base tampelan 1, tembakau, burat wwangi lenge wangi, yang masing masing dialassi dengam sebuah tangkih atau kojong. Penggunaannya pada upacara dewa yadnya.

  1. 13.  Canang Agung

Alasnya memakai sebuah ceper atau taledan. Diatasnya berisi perlengkapan beras 4 tangkih yang di tumbuk bersih (meseruh 11 kali), kemudian dicuci dengan air cendana, basse tubungan 2 buah, base tampelan 4 buah, tadah pawitra, pisang emas 4 buah. Pengunaanya pada upacara dewa yadnya dan apabila kekuranngan suci, canang ini dipakai.

  1. 14.   Canang Pasesuluh

Alasnya memakai sebuah taledan dibuat dari janur, perlengkapannya terdiri dari : burat wangi, lenga wangi, dialasi dengan kojong/tangkih, berisi pelawa, daun kedapan nagasari, bunga. Penggunaanya pada hari Purnama, tilem, piodalan dan hari hari raya lainnya.

  1. 15.  Canang Brakat

Alasnya memakai 3 buah taledan, dibuat dari janur. Taledan paling bawah berisi raka – raka dodol tumpi, kekiping, pisang emas, tadah sukla satu tangkih. Taledan di tengah berisi  daun bunga sulasih , 4 buah base tubungan, 5 buah base lekesan, leletan 4 buah, 2 buah base tampelan, 2 batang rrokok berisi menyan. Taledan paling atas berisi rerasmen 4 tangkih, daun kedapan nagasari, asep cina 2 batang, minyak kelapa/minyak wangi, menyan, dedes, burat wangi, bunga 5 warna. Penggunaanya dalam upacara bhuta yadnya/mecaru.

  • Sumber                                    : BEBEREPA JENIS BANTEN KECIL
  • Penulis                                    : Ni Made Sri Arwati
  • Tempat dan tahun terbit          : Denpasar , 21 April 2003

Deskripsi Banjar, Desa Pekraman Mengenuanyar

Rabu, Maret 26th, 2014

IMG0107A

Di Bumi Mekepung Jembrana terdapat sebuah banjar yang bernama banjar “Mengenuanyar”. Lebih tepatnya banjar ini terletak di Kabupaten Jembrana bagian timur yaitu di Kecamatan Pekutatan , Desa Pengeragoan. Jika berangkat dari timur (Denpasar)  ke barat (Gilimanuk) , maka akan terhitung ± 3 km dari perbatasan Kabupaten Tabanan dengan Kabupaten Jembrana untuk mencari desa Pengeragoan. Lalu terhitung ± 8 km ke arah utara menuju Desa Pekraman Mengenuanyar. Selain dikenal dengan sebutan Mengenuanyar , banjar ini juga sering di sebut dengan sebutan Desa Anyar. Mengapa demikian ?, mungkin karena banjar ini merupakan banjar yang terbentuk paling terakhir diantara banjar banjar yang ada di desa pengeragoan itu sendiri sehingga disebut dengan Desa Anyar. “Desa’’ yang berarti Desa, sedangkan “Anyar” yang berarti Baru. Adapun banjar – banjar yang ada di desa Pengeragoan yaitu Banjar Pengeragoan Dangin Tukad, banjar Pengeragoan Dauh Tukad, Banjar Badingkayu, Banjar Mengenuanyar, Banjar Pasut. Kusus untuk banjar pasut, pada awalnya wilayah banjar pasut merupakan hasil pemekaran banjar Mengenuanyar itu sendiri. Hal ini terjadi karena terlalu jauhnya wilayah banjar mengenuanyar yang paling utara dengan yang paling selatan akibat terpisahkan oleh hutan sehingga terjadi kesulitan untuk mendengarkan suara “kul-kul” (sebuah pemberi tanda di desa-desa atau di banjar-banjar yang terbuat dari kayu atau bamboo yang jika di pukul akan menghasilkan bunyi yang memiliki arti tersendiri tergantung dari kesepakatan warga setempat) jika ada piodalan di pura,sangkep (parum). Namun belum ada sumber-sumber  jelas yang mengatakan atau membahas secara pasti bahwa banjar pasut merupakan pemekaran dari banjar mengenuanyar,karena hal ini hanya bersumber dari cerita masyarakat setempat. Begitu pula dengan Banjar Mengenuanyar, belum ada juga sumber – sumber pasti baik lisan maupun tertulis yang membahas sejarah tentang banjar Mengenuanyar. Konon katanya menurut cerita cerita masyrakat setempat kususnya yang sudah tua dan bahkan sekarang sudah meninggal bahwa banjar ini terbentuk ketika Gunung Agung di Karangasem meletus pada tahun 1963 , para penduduk desa setempat berlari – lari menyelamatkan diri menjelajahi hutan hingga sampai di sebuah wilayah perhutanan di Kabupaten Jembrana bagian timur. Di sana lah mereka mulai menata kehidupan yang baru dan terbentuklah sebuah dusun yaitu dusun Mengenuanyar. Tetapi hal ini hanyalah sebuah cerita masyarakat setempat yang bisa dipercaya atau tidak dan belum pasti kebenarannya karena kembali lagi bahwa penulis belum pernah menemui sumber – sumber pasti tentang sejarah banjar mengenuanyar.

Sebenarnya tidak ada sebuah tradisi tradisi seni yang menonjol dari banjar mengenuanyar itu sendiri karena banjar ini hanyalah sebuah banjar kecil yang beranggotakan 147 KK. 136 KK sebenarnya berasal dari Kabupaten Karangasem karena nenek moyangnya berasal dari Karangasem. Dan terhitung hanya 11 KK yang berasal bukan dari Karangasem. Mungkin jika dihitung secara bodoh luas wilayah banjar ini ± hanya 1,5 km x 500 m, itupun semua bangunan atau rumah penduduk berada di sebelah barat jalan. Adapun bangunan yang berdiri sebelah timur jalan yaitu 2 buah warung kecil,LPD,Sekolah Dasar Negeri 3 Pengeragoan,Bale Banjar,Pura Puseh,Pura Dalem dan Pura Prajapati. Selain bangunan bangunan tersebut di atas semua wilayah desa pekraman mengenuanyar dipenuhi dengan hutan yang dijadikan sebagai lahan pekerjaan penduduk setempat. Sehingga sebagian besar atau bahkan seluruh masyarakat mengenuanyar bermatapencaharian sebagai petani.

IMG0120A-1Sangat terasa sekali suasana pedesaan di Dusun Mengenuanyar. Hal ini disebabkan dusun ini terletak cukup jauh dari jalan raya dan daerah perkotaan sehingga belum terkena masalah yang terkait dengan polusi udara, selain itu juga karena sebagian besar wilayah dusun ini dipenuhi dengan hutan yang tanahnya merupakan milik pemerintah. Meskipun demikian ada sebuah kebijaksanaan dari pemerintah untuk meminjamkan hutan tersebut  untuk dijadikan lahan pekerjaan guna ditanami pohon kopi,coklat,cengkeh,pisang,durian dll. Tanah disini sangat subur karena terletak ± 700 m diatas permukaan air laut. Jika kita ingin menuju dusun mengenuanyar dari desa pengeragoan ke utara maka kita akan menjumpai banyak sekali tanjakan,hampir 95 % jika kita ke utara menuju dusun mengenuanyar akan menjumpai tanjakan.

IMG0150AAda salah satu keunikan di Banjar Mengenuanyar yaitu Setra (Seme/Tempat Pemakaman) banjar tersebut. Bahwa jika orang yang baru pertama kali berkunjung ke dusun tersebut, rata – rata tidak ada yang menyangka bahwa area tersebut adalah Setra. Karena setra di Banjar ini jarang dijumpai di banjar banjar lainnya. Luas setra di banjar mengenuanya hanya .. are. Dan seluruh area setra ditumbuhi pohon ketela yang sangat tumbuh subur dan gemuk-gemuk mirip seperti perkebunan ketela. Mungkin hal ini disebabkan karena tanahnya yang sangat subur akibat banyaknya mayat yang ditanam. Perlu diketahui bahwa di banjar mengenuanyar tidak ada tradisi jika orang meninggal langsung melaksanakan tradisi Ngaben. Artinya jika ada orang yang meninggal , mayatnya hanya ditanam saja terlebih dahulu atau istilah balinya adalah Mekingsan Digni. Tradisi Ngaben di banjar mengenuanyar dilaksanakan pada saat tertentu dan tidak menentu tergantung dengan kesepakatan bersama karena berdasarkan tradisi di banjar meengenuanyar tradisi Ngaben dilaksakan bersama – sama bagi yang mempunyai keluarga yang meninggal atau melaksanakan ngaben masal. Kurun waktunyapun cukup lama hingga bertahun – tahun atau bahkan puluhan tahun. Ketika ada orang yang meninggal,tradisi warga setempat akan bergotong royong untuk membersihkan dan memotong ketela ketela yang tumbuh di sana berdasarkan hari yang sudah diberi tahu oleh keluarga duka. Dan untuk pembuatan lobang nya pun dilaksanakan oleh masyarakat setempat pada hari yang sama.

Selain hal tersebut di atas, banjar mengenuanyar juga memiliki seperangkat Barungan Gong Kebyar. Hanya saja barungannya tidak lengkap yaitu instrument “penyahcah” tidak ada. Yang ada hanya Instrumen “Calung” namun bilah instrumennya tidak seperti calung pada umumnya karena bilahnya mulai dari nada dang , ding , dong , deng , dung , dang. Adapun penabuh – penabuhnya adalah kaum laki-laki yang umurnya berkisaran 35 hingga 45 tahun. Jika telah berada antara umur tersebut, maka mereka wajib ikut mesekhe gong, biarpun tidak bisa. Begitu pula jika ada masyarakat yang suka atau sudah bisa bermain Gong Kebyar namun umurnya belum memenuhi persyaratan,maka orang tersebut belum bisa ikut mesekhe gong. Karena hal ini sudah mmenjadi ketentuan atau peraturan adat setempat. Maka dari itu lah kemampuan para sekehe gong di banjar mengenuanyar tidak merata. Ada yang memiliki kemampuan lumayan, ada pula yang sama sekali tidak bisa memainkan gong kebyar karena tuntutan peraturan adat setempat.

Itulah hal-hal yang ada di dusun mengenuanyar. Meskipun tidak ada sesuatu yang terlalu istimewa,tetapi jika anda berkunjung kesana maka akan dijamin pasti anda senang karena udara dan suasana di banjar ini sangat  sejuk dan sangat hijau dan rindang.

 

— SEKIAN —