putrajaniasa


Review lima buku

⊆ July 12th by | ˜ No Comments »

Buku 1

Judul            :  ETNOMUSIKOLOGI

Pengarang    :  R. Supangan

Penerbit        :  Yayasan Bentong Budaya

Etnomusikologi merupakan bidang studi baru yang tumbuh dibarat pada akhir abad  ke – 19. Sejak itu banyak pemikir yang berminat mengadakan studi etnomusikologis untuk tujuan pengembangan pengetahuan music maupun pengembangan kehidupan music etnik (daerah tradisional). Beberapa pendekatan metodologi dan teknik penelitian lapangan, utamanya dengan menggunakan perabot konsep-konsep musical maupun social khususnya antropologi telah banyak dikembangkan.

Di Indonesia studi etnomusikologi menjadi disiplin maupun studi akademis dilembaga perguruan tinggi, baru dimulai sejak tahun 80-an, meskipun embrionya berupa kegiatan pencatatan, pendokumentasian dan penelitian music (juga koreografi) telah dimulai menjelang pertengahan abad ini. Selanjutnya perkembangan bidang studi etnomusikologi di Indonesia mulai menunjukan formatnya yang lebih karakteristik.

Buku 2

Judul            :  Psikologi Musik

Pengarang    :  Djohan

Penerbit        :  Penerbit Buku Baik Yogyakarta

Psikologi music merupakan sebuah disiplin yang tidak terlalu baru sebagai interdisiplin antara ranah psikologi dan musikologi. Ini merupakan gambaran kepedulian pakar psikologi dan musikologi yang sedang tumbuh pada konsep holistic tentang musik, yang mencakup tidak hanya aspek motorik dan afeksi tetapi juga kognisi, terutama pada dialektika antara elemen-elemen music dengan prilaku manusia dalam proses psikologis yang terkait dalam lingkungan sosialnya. Pada masa AMI, sekarang Jurusan Musik ISI di Yogyakarta. Psikologi merupakan salah satu mata kuliah untuk minat utama music sekolah.

Sejalan dengan menyatunya akademi-akademi seni menjadi institut maka mata kuliah psikologi pun turut terkena dampak penyesuaian. Akibatnya kesempatan mengembangkan interdisiplin antara music dengan bidang-bidang lain menjadi sangat terbatas. Pengetahuan tentang psikologi diharapkan bermanfaat baik bagi mahasiswa dalam minat music pendidikan, musikologi, komposisi, penyaji, etnomusikologi, karawitan, pendidikan seni serta minat psikologi perkembangan, social, pendidikan, klinis, kognitif, kesehatan maupun bagi pecinta dan peminat music umumnya.

Buku 3

Judul            :  Inkulturasi Gamelan Jawa

Pengarang    :  Sukatmi Susantina

Penerbit        :  Med Print Offset

Gamelan jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang di wariskan oleh para pendahulu, dan sampai sekarang masih banyak degemari serta ditekuni. Secara Hipotesis Sarjana J.L.A Brandes (1989) mengemukakan bahwa masyarakat jawa sebelum adanya pengaruh hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gambelan.

Menurut sejarahnya gamelan jawa juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain. Gamelan jawa dalam perkembangannya juga mengalami perubahan. Perubahan-perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan perkembangannya menyangkut kualitasnya. Dahulu pemilik gambelan jawa hanya terbatas untuk kalangan Istana, kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan jawa yang termasuk dalam katagori pusaka ( kecuali untuk kepentingan studi).

Buku 4

Judul            :  MENUJU APRESIASI MUSIK

Pengarang    :  Remy Sylado

Penerbit        :  Angkasa Bandung

Music berasal dari bahasa Yunani, Mousai yakni Sembilan dewi yang menguasai seni-seni murni dan ilmu pengetahuan. Kesembilan dewi itu adalah putrid-putri zeus dan mnemusyne. Dalam sejarah yunani, music menduduki tempat istimewa sebagai perwujudanpikiran dan perasaan. Kebudayaan eropa sepenuhnya bersumber dari kebudayaan yunani. Untuk membedakan mana music yang sifatnya kudus yaitu music yang dipakai sebagai bagian tata ibadah dalam gereja, dan yang bukan kudus. sejarah music membagi 2 jenis music yaitu music gerejawi dan music duniawi.

Baik music gerejawi maupun duniawi keduanya mengenal cara permainan melalui alat peraga dan alat suara. Musik dengan alat peraga disebut dengan music internasional dan music melalui suara manusia disebut music vocal. Apabila vocal diiringi dengan instrument maka iringan disebut Akompanime dan vocal tanpa iringan disebut a capella.

Buku 5

Judul            :  MUSIK KERONCONG

Pengarang    :  Harmunah , S.Mus

Penerbit        :  Pusat Musik Liturgi

Musik keroncong ternyata merupakan salah satu cabang seni music yang banyak digemari, terutama oleh orang-orang tua dan jarang sekali para remaja. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya minat para remaja untuk menyenangi apalagi mempelajari music keroncong, karena memang irama keroncong yang menjadi cirri khas dari music tersebut sangat lamban dan malas. Hal ini yang menyebabkan penyusun ingin mengetahui dan memahami semua tentang music keroncong.

Terdorong dari hal-hal tersebut diatas, dan pengalaman belajar menyanyi keroncong yang ternyata tidak semudah yang penyusun kira,maka ada keinginan untuk menggali tentang latar belakang sejarahnya, tentang gayanya dan juga tentang perkembangan music keroncong. Juga karena kurangnya buku-buku tentang music keroncong yang menyebabkan penyusun mengalami kesulitan dalam pengumpulan data, sehingga dengan menyusun buku ini mudah-mudahan dapat membantu serta mendorong tersusunnya metodologi yang menjurus pada pendidikan seni music keroncong yang sistematis


Topic: Lainnya | Tags: None

MENGENAL BARUNGAN BALAGANJUR

⊆ April 6th by | ˜ No Comments »

Balaganjur adalah sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai keras, didominasi oleh alat-alat perkusi dalam bentuk lepas. Ciri yang sangat menonjol untuk menentukan identitas Balaganjur bahwa umumnya dimainkan sambil berjalan kaki untuk mengiringi kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya prosesi. Balaganjur terbentuk dari berbagai jenis alat dengan “warna” suara yang beraneka ragam. Kendati demikian, semua jenis alat tersebut masih memiliki kesamaan dari cara memainkannya yaitu dengan cara dipukul.Secara fisik Balaganjur didominasi oleh instrumen-instrumen berpencon, bentuk instrumen-instrumen tersebut pada dasarnya sama, hanya saja terdapat perbedaan ukuran besar-kecil setiap bagian instrumen. Alat-alat yang menjadi kesatuan barungan Balaganjur dapat dikelompokkan menjadi kelompok instrumen pemegang melodi, kelompok instrumen pemberi ornamentasi, kelompok  instrumen pemurba irama dan kelompok instrumen pengatur matra.
Kelompok instrumen pemegang melodi, dimainkan oleh enam orang penabuh (pemain gamelan); empat orang pemain reyong dan dua orang sebagai pemain ponggang. Instrumen pemberi ornamentasi yaitu cengceng kopyak, pemainnya tidak tetap  antara enam sampai duabelas  orang. Kelompok instrumen pemurba irama yaitu dua buah kendang (lanang-wadon) dimainkan oleh dua orang. Instrumen pengatur matra; meliputi dua buah gong (lanang-wadon) dimainkan oleh seorang penabuh, sebuah tawa-tawa, sebuah kempli, sebuah kempul dan sebuah bende yang masing-masing dimainkan oleh seorang penabuh. Karena Balaganjur adalah musik prosesi, maka diperlukan tenaga tambahan yang membantu membawakan gong empat orang, kempul satu orang dan bende satu orang.  Jadi secara keseluruhan penabuh yang diperlukan untuk mendukung penyajian Balaganjur antara 25 sampai 35 orang.
Balaganjur merupakan salah satu wujud kesenian yang hingga sekarang masih mencerminkan karya seni yang adiluhung, sehingga harus dilestarikan keberadaannya. Namun demikian kedudukan Balaganjur akhir-akhir ini telah menghadapi masalah yang dapat dikatakan dilematis, meskipun tidak secara keseluruhan meng-anggap demikian. Pada satu pihak merisaukan bahwa Balaganjur tengah terancam nilai-nilai keasliannya, disisi lain justru keberadan Balaganjur semakin kokoh, kendatipun ditengah-tengah gelombang modernisasi yang begitu pesat.

Diringkas dari: Buku Pengantar Karawitan II


Topic: Lainnya | Tags: None

Halo dunia!

⊆ March 30th by | ˜ No Comments »

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!


Topic: Lainnya | Tags: None