Kesenian Leko di desa Tunjuk

This post was written by purwwangsanagara on April 30, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

Di Bali sangat banyak seni budaya yang berkembang seperti halnya seni pertunjukan yang sangat berperan penting dalam aspek sosial dan keagamaan. Di Bali seni pertunjukan dengan upacara keagamaan sangat berkaitan. Banyak kalangan masyarakat Bali yang percaya bahwa upacara keagamaan belum lengkap tanpa adanya Panca Gita atau lima bunyi-bunyian meliputi : mantra, genta, kidung, kentongan, dan tetabuhan. Berdasarkan fungsi ritual dan sosialnya, secara umum seni pertunjukan di Bali dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu :(1) Seni Wali (pelaksana upacara). (2) Seni Bebali (pengiring upacara), dan (3) Seni Balih-balihan/seni hiburan (Dibia, 1999: 3). Tari wali dan bebali ini meliputi jenis-jenis kesenian yang pada umumnya memiliki nilai-nilai religius, sangat disakralkan (disucikan dan dikeramatkan), karena melibatkan benda-benda sakral (Dibia,1999: 3). Sehingga hanya dipentaskan dalam waktu dan tempat tertentu. Tari ini ditujukan untuk kepentingan upacara daripada untuk hiburan atau tontonan. Sedangkan seni tontonan atau hiburan/ balih-balihan merupakan bentuk seni yang hanya bersifat menghibur mengandung bentuk tari pergaulan. Tari hiburan juga bisa dikatakan bersifat sosial, karena dapat digunakan untuk menjalin komunikasi kepada pihak lain. Salah satu tari sakral tetapi sekarang digunakan sebagai tari hiburan adalah tari Legong. Salah satu tarian legong yang paling dikenal masyarakat adalah tari legong keraton yang membawakan cerita lasem yang masih sangat lumrah dan terkadang dijadikan sebagai suatu pertunjukan yang wajib untuk pementasan ketika saat ada pementasan balih- balihan. Pada jaman dahulu tari legong hanya dipentaskan dikalangan kerajan, tetapi seiring perkembangan jaman kini tari legong dijadikan tari tontonan untuk menghibur masyarakat. Seperti halnya tari Leko yang ada di Desa Tunjuk Tabanan merupakan salah satu seni tari yang cerita dan strukturnya hampir sama dengan tari legong keraton, hanya saja yang satu lahir di Puri atau kerajaan dan yang satunya lagi tumbuh ditengah- tengah masyarakat. Satu ciri khas yang membedakannya adalah adanya bagian paibing- ibingan pada tari leko, sedangkan bagian serupa tidak terdapat pada tari legong keraton (Susilawati: 1990/1991). Tari Leko, adalah tari pergaulan masyarakat Bali, diduga kesenian ini merupakan kelanjutan dari tari joged yang telah ada di Bali sebelum tahun 1800-an. Selain berfungsi sebagai tari hiburan, khususnya hiburan bagi muda- mudi, juga berfungsi sebagai “babali” yakni sebagai penunjang adat atau tradisi bayar kaul untuk kesembuhan (Susilawati: 1990/1991).

 

Comments are closed.