Petuding

Petuding berasal dari kata “tuding” yang artinya tunjuk. Dalam pelarasan gambelan petuding berarti petunjuk nada. Petuding terbuat dari bambu berbentuk segi empat panjang menyerupai bilah gangsa. Petuding biasanya memakai jenis bambu yang diBali disebut “tiing santong” dang „tiing jelempung”. Bambu yang harus kering untuk membuat nada tersebut, boleh mengunakan yang basah tapi harus yang tua(wayah) untuk mencari nada yang di inginkan oleh pemilik gamelan.
Petuding merupakan alat bantu pelarasan suara gamelan Bali yang bisa di gunakan pada instrumen Bali. Pelarasan basa ini di gunakan untuk nada pelog dan selendro. Petuding biasa di gunakan pada pembuat gamelan Bali atau di sebut pande gamelan yang berada di Bali. Dari pande gamelan disaana sudah terbiasa (peka) terhadap suara yang diinginkan oleh si pembeli, dimana petuding ini bisa di buat oleh si pembeli atau di buat oleh pande gamelan Bali.
Jenis-jenis yang bisa dilaras oleh pande gamelan

  1. Gong kebyar
    Gamelan gong kebyar merupakan tipe atau jenis musik gamelan paling umum yang ada dan paling sering dipentaskan di Bali. Secara fisik Gong Kebyar adalah penyederhanaan dari Gong Gede dengan pengurangan peranan atau pengurangan beberapa buah instrumennya
  2. Semar pegulingan
    Semar Pagulingan merupakan salah satu dari 26 jenis gamelan yang memiliki pola garap, warna suara, bentuk lagu, fungsi instrumen dan repertoar gending yang berbeda-berbeda
  3. Selonding
    Gamelan Selonding adalah alat Musik tradisional bali yang usianya lebih tua dibandingkan dengan gamelan-gamelan lainnya yang kini populer dalam kesenian maupun yang digunakan dalam upacara adat dan agama. Gamelan ini merupakan gamelan sakral yang digunakan untuk melengkapi upacara keagamaan di bali.
  4. Gender wayang
    Gender Wayang merupakan barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya terdiri dari 4 (empat) tungguh gender berlaras selendro (lima nada) (Dibia, 1999:108). Keempat instrumen tersebut terdiri dari 2 (dua) buah gender pemade dan 2 (dua) buah gender kantilan.
  5. Baleganjur
    Baleganjur adalah salah satu ensamble gamelan Bali. Istilah ini berasal dari kata Bala dan Ganjur. … Balaganjur kemudian menjadi Baleganjur yaitu suatu pasukan atau barisan yang sedang berjalan, yang kini pengertiannya lebih berhubungan dengan sebuah barungan gamelan.
  6. Gamelan angklung
    Gamelan Angklung Bali merupakan gamelan khas Bali yang sering digunakan untuk mengiringi upacara kematian di Bali. Angklung Bali adalah gamelan yang berlaras selendro dan tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah.
  7. Gamelan rindik
    Rindik merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Bali. Alat musik ini, terbuat dari potongan-potonga bambu pilihan yang sudah di proses untuk disiapkan menjadi bahan pembuatan Rindik. Potongan-potongan bambu tersebut kemudian disusun dengan jarak tertentu sehingga menghasilkan suara dan nada
  8. Gamelan gambang
    Gamelan Gambang adalah salah satu gamelan Bali yang tergolong langka. Dari pengelompokan gamelan Bali, gamelan Gambang termasuk kelompok gamelan tua. Ciri-ciri gamelan tua, yakni tidak terdapatnya instrumen kendang dalam barungannya. Gamelan Gambang merupakan salah satu jenis gamelan Bali yang terbuat dari bambu.
  9. Suling
    Suling sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Musik adalah flute tradisional yang umumnya terbuat dari bambu. Secara fisik, suling yang terbuat dari bambu memiliki 6-7 lubang nada pada bagian batangnya dan lubang pemanis (song manis) pada bagian ujungnya.

https://youtu.be/5UNyJBQUV48

SILIH ASIH


Silih asih yang berarti saling menebar cinta kasih atau rasa saling menyayangi. Silih asih merupakan salah satu bentuk interaksi manusia dengan Tuhan demi mendapat cinta kasih-Nya dengan cara menyayangi dan menebar cinta terhadap sesamanya. Karena dalam budaya silih asih tertancap kuat prinsip keTuhanan dan kemanusiaan. Yang nantinya akan membentuk mental masyarakat yang menjungjung tinggi nilai-nilai persamaan. Masyarakat silih asih dalam prakteknya akan saling menghormati satu sama lain serta akan menjungjung tinggi nilai persamaan dengan tidak menganggap adanya kelas sosial, semua manusia sama tidak ada yang dipandang sempurna dan tidak ada manusia yang seluruhnya cela. Dari semngat silih asih inilah maka akan melahirkan kehidupan.

• Bentuk garapan

Bentuk garapan “silih asih” ini dibuat seperti tabuh lelambatan yang seperti biasanya, yang umumnya memakai tabuh telu, agar garapan ini bisa digunakan sebagai materi untuk ngayah ataupun untuk festival. Pada bibagian pengawit akan diawali dengan jegogan, di lanjutkan dengan gegineman terompong, dan akan dilanjutkan dengan sedikit kotekan riyong yang sebagai pengantar menuju pengawak. Bagaian pengawak ini saya akan membuat empat baris saja namun bisa diulang beberapa kali. Akan dilanjutkan dengan jagul pendek kendang untuk menuju ke pengecet. Dibagian pengecet ini saya membuatnya hampir sama dengan pengawak, bagian melodinya sama, namun pemadenya saja memakai tehnik yg berbeda dan temponya yang lebih cepat. Dan untuk penyuudnya akan di awali dengan angsel kendang dan temponya menurun dan selesai.

• Konsep garapan

Pembentukan sebuah karya sudah barang tentu didasari dengan konsep sebagai rancangan sebuah karya. Damlam komposisi karawitan ini merupakan sebuah karya tabuh telu yang secara umum konsep musikalnya mengacu pada kosep garap tradisi, sepertihalnya damlam konsep tri angga seperti ada kawitan,pengawak dan pengecet. Dalam garapan tabuh lelambatan SILIH ASIH ini memakai media ungkap gambelan gong kebyar dengan menggunakan tehnik yang gampang

Link https://youtu.be/tNE1Tymh-ho

Tes

Tes

Shanti jagaditha

Latar Belakang

Garapan ini di buat semata mata hanya untuk mengembangkan. Pada awalnya garapan ini memakai instrumen gong gede saih 7 yang di bawakan oleh sekehe gong br kebon singapadu,dengan judul asap cina. Dengan perantara adanya tugas ini, saya terinspirasi dari tabuh tersebut. Tabuh tersebeut yang awalnua memakai instrumen gong gede dan saya mentransfernya ke instrumen gong kebyar yang berjudul santhi jagaditha, tetapi masih dengan bentuk yang sama, cuma bedanya di melodi dan tehnik.

Judul garapan.

Santhi jagaditha yang merupakan dua buah kata yang berarti santhi adalah damai dan jagadiyha adalah kesehjateraan, kemakmuran dan kebahagiaan. Jadi santhi jagaditha ini di artikan sebuah ungkapan rasa untuk kesejahteraan yang damai untuk masyarakat di sekitarnya. Kesejahteraan yang damai ini di maksud sebagai sebuah kondisi masyarakat yang makmir dan penuh kebahagiaan. Kadi dari semangat santhi jagaditha inilah yang akan melahirkan kedamaian, kemakmuran dan kebahagiaan.

Bentuk garapan

Bentuk garapan ini di buat seperti tabuh pada umumnya. Di bagian pengawit akan di awali dengan instrumen reyong lalu akan di lanjutkan dengan semua instrumen. Di bagian pengawitnya dari tempo agak cepat akan langsung temponya agak melambat untuk meneruskan gendingnha dari pengawitnya itu, setelah pengawitnya itu akan di lanjitkan dengan penyalit dan tempo akan lebih agak cepat untuk menuju ke pengawak, bagian pengawak akan di ulang kurang lebih 2 kali. Di bagian pengawak temponua akan agak melambat, sehabis pengawaknya di ulang 2 kalo akan langsung temponya agak cepat untuk mencari penyalit menuju ke pengecet sampai selesai.

Konsep garapa

Pembentukan sebuah karya sudah barang tentu di dasari dengan konsep sebagai rancangan sebuah karya. Dalam komposisi karawitan ini merulaka sebuah karya tabuh telu yang secara umum konsep musikalnya mengacu pada konsep garapan tradisi seperti halnya dalam konsep tri angga seperti ada kawitan, pengawak, pengecet.

Link : https://youtu.be/dFP8Qn1VcWM

LINGLUNG

Latar Belakang
Kata kontemporer berasal dari kata Contemporary (English). Sebagai kata benda kontemporer dapat berarti sezaman, sebaya, atau seumur. Sebagai kata sifat, kontemporer dapat berarti zaman sekarang. Kata gamelan menunjuk pada suatu pengertian tertentu, yaitu seperangkat alat musik Jawa (juga Sunda dan Bali)yang teridiri atas instrument-instrumen rebab, kendang, gender, bonang, gambang saron dan lain-lainnya, yang menggunakan sistem laras pentatonik (slendro dan pelog). Selain pengertian ini ada juga pengertian lain yang biasanya digunakan oleh kalangan musik dunia (Barat), yang mengartikan gamelan tidak semata-mata sebagai alat, melainkan sebagai kesatuan sistem musikal yang terwujudkan dalam berbagai karakter dan bentukgarapan yang sangat kompleks.
Pengertian gamelan dalam Gamelan Kontemporer yang digunakan dalam buku ini, sama dengan pengertian karawitan sebagai karya musikan yang digunakan oleh masyarakat karawitan Jawa dan sama pengertian gamelan yang digunakan oleh masyarakat musikologi Barat. Pengertian Gamelan Kontemporer yang secara harfiah berarti gamelan zaman sekarang, menunjuk pada karya-karya musikal (komposisi) gamelan/karawitan yang eksis pada zaman sekarang.
Kontemporer merupakan sesuatu fenomena kehidupan yang terjadi sebgai akibat dari industrialisasi (untuk negara-negara Barat) dan pembangunan (untuk negara-negara di Dunia Ketiga atau yang sedang berkembang. Berbagai gaya musik yang eksis pada abad ke-20, baik sebagai perwujudan langasung dari alam pemikiran modern abad ke-20 maupun merupakan kelanjutan dari masa lampau. Akan tetapi bila pengertian gamelan itu disejajarkan atau di samakan dengan pengertian musik, maka analoginya kurang tepat. Dalam hal ini akan meliputi juga gending-gending dolanan ‘Baru’, gending-gending ‘Dang-dut’, Campursari, gending-gending bertema identitas kota atau daerah, dsn lain-lain yang tumbuh subur pada paroh kedua abad ke-20.

Setelah memahami pembahasan tersebut, maka dari sini muncul ide gagasan dalam diri penata untuk membuat sebuah karya musik kontemporer dengan judul LINGLUNG. LINGLUNG yaitu (bingung) tidak tau yang harus di lakukan, bingung ketika di suruh menceritakan pengalaman, tidak tau arah mana barat mana timur dan tidak tau jalan dan gugup tidak karuan contoh : ketika tersiar berita bahwa musuh mulai menyerang, penduduk mulai bingung, merasa kurang jelas tentang sesuatu kurang mengerti contoh : saya bingung dan tidak mengerti dengan pengalaman saya. Bingung adalah hilang akal tidak tau yang harus di lakukan. Arti lainnya dari bingung adalah gugup tidak karuan. Bingung adalah sebuah homonym karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Bingung memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga bingung dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya lebih spesifik. Bingung adalah suatu keadaan yang kerap kita alami di dalam kehidupan yang penuh dualitas ini dari mulai kebinguangan kecil hingga besar, dari mulai bingung makan, masak, liburan, pilih jurusan, mau kerja dimana, samapi paling yang paling parah adalah bingung menentukan tetap hidup atau mati. Biasanya kita bingung karena kalkulasi rasional kita mentok. Segala sesuatunya tidak bisa lagi kita pikirkan, sementara kitaharus melangkah dan bertindak. Pada kondisi seperti ini yang kita lakukan adalah jeda sejenak kemudian berfikir ulang atau bertanya ke orang terdekat atau orang yang lebih ahli dan berpengalaman. Jika segala kemungkinannya bisa kita pikirkan biasanya kita tidak bingung.

Ide Karya
LINGLUNG adalah ketidak mampuan untuk berfikir sejernih atau secepat biasanya. Anda mungkin merasa di orientasi dan kesulitan memerhatikan, mengingat, dan mengambil keputusan. Beberapa orang yang LINGLUNG mungkin memiliki perilaku yang aneh atau tidak biasa. Tidak menutupi kemungkinan pula, orang dengan kondisi ini bertindak lebih agresif. Kondisi ini dapat muncul dengan cepat atau lambat seiring dengan berjalannya waktu, tergantung pada penyebabnya. Sering kali kebingungan berlangsung dalam waktu singkat dan hilang dengan sendirinya. Namun dalam beberapa kasus, lingkungan bisa menjadi kondisi permanen dan tidak bisa disembuhkan. Kondisi tersebut terkait dengan delirium atau demensia. LINGLUNG adalah kondisi yang dapat terjadi pada pasien dengan usia berapapun. Namun kondisi ini lebih sering terjadi pada orang tua yang sudah berumur lanjut usia dan terjadi selama menjalani perawatan di rumah sakit.
Gejala utama dari LINGLUNG adalah pikiran yang campur aduk dan tidak teratur, kalimat yang melantur atau memiliki jeda yang panjang saat berbicara, bicara yang abnormal dan kacau, kurang sadar akan lokasi dan waktu, lupa terhadap tugas saat sedang melakukannya, perubahan mendadak pada emosi, seperti kegelisahan mendadak, perilaku yang tidak lazim, agresif, kesulitan memecahkan masalah yang dulunya mudah dilakukan, tidak tahu dimana anda berada atau tidak mengenali anggota keluarga atau hal-hal yang familiar, Mempercayai sesuatu yang salah (khayalan), Melihat, mendengar, merasakan, mencium atau mengecap sesuatu yang tidak ada (halusinasi atau ilusi), Kecurigaan orang lain sedang mengejar atau membahayakan anda.

Konsep Karya
Dari ide tersebut, penata ingin memakai konsep ini karena dari sudut pandang penata sering melihat sebuah kejadian yang tidak bisa di jelaskan, apakah itu merupakan sebuah penyakit ataupun karma dari seseorang. Fenomena LINGLUNG dominan terjadi kepada seorang lanjut usia yag tidak bisa di pastikan di umur berapa akan terjadi hal seperti itu. Dari fenomena tersebutlah penata ingin mengekspresikan fenomena tersebut kedalam karya karawitan kontemporer. Media ungkap yang akan di gunakan adalah reyong semarandana. Pada permaian musik kontemporer ini, penata mengolahnya menjadi 3 bagian, bagian 1 mengekspresikan dari orang tua itu keluar dari rumah entah kemana ia berjalan. Bagian 2 keluarga mulai panik dan mencari orang tua yang berjalan keluar entah kemana. Bagian 3 orang tua ini sudah dapat ditemui oleh keluarganya, dan dengan senangnya orang tuanya lalu di ajak pulang kerumahnya. Dari fenomena tersebut penata akan mengolah dari suasana bagian-bagian tersebut kedalam instrument yang akan di pakai.

https://youtu.be/Z-4UFpmnEF4