TEKTEKAN

This post was written by ptyudiartawan on Agustus 28, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

  TEKTEKAN

 

Tektekan adalah meTEKTEKANOKrupakan sebuah kesenian yang ada di Kabupaten Tabnan Kec Kerambitan. Mencari tentang kesenian tektekan bukanlah hal yang mudah, itu dikarenakan kurangnya data-data. Namun atas petunjuk beberapa warga setempat yang dapat diminta informasinya, akhirna terdapat suatu gambaran, bahwa tektekan yang ada di desa kerambitan tersebut awalnya bersifat spontanitas, dan bertujuan mengusir wabah. Tektekan merupakan bentuk kesenian tradisional masyarakat Desa Kerambitan Kabupaten Tabanan, yang dalam perjalananya telah mengalami kurun waktu yang panjang untuk menemukan bentuknya seperti sekarang ini. Kalau di lihat dari alat-alat yang digunakan dalam tektekan ini sebagian besar terbuat atau dibuat dari bamboo, yang dimainkan tiga puluh sampai empat puluh orang. Di tinjau dari etimologi kata tektekan berasal dari kata ‘’Tek’’ , di jadikan kata majemuk sehingga menjadi tektek dan ditambah dengan akhiran an menjadi tektekan.

Ada ungkaan bahwa untuk memberi nama pada sebuah karya seni di Bali tidaklah sulit, pada dasarna agar bias di terima oleh masyarakat luas, soal nama bukanlah suatu masalah. Berkaitan dengan tektekan menurut informasi bahwa nama tektekan adalah ungkapan yang dipakai untuk menyebut sebuah kesenian yang didominasi oleh suara tek,,,tek,,,tek……, suara yang ditimbukan oleh alat-alat yang ada yaitu bamboo. Sebatas dalam tahap interpretasi jika dibandingkan dengan pemberian nama jenis-jenis kesenian lain, seperti kecak, diperkirakan memiliki proses yang serupa. Menurut informasi yang didapat, kesenian ini mulai muncul pada waktu warga Desa Kerambitan mengalami grubug atau wabah, atau menurutkepercayaan setempat jika ada orang disembunyikan gamang atau wong samar ( roh halus ) maka di adakan nektek, yaitu dengan cara memukul apa saja yang bisa menimbulkan bunyi. Hal ini dilakukan disekitar tempat kejadian dan akhirna orang yang hilang trsebut dapat di temukan kembali.

Konon sekitar tahun 1920-an pernah terjadi wabah penyakit yang menyerang desa Kerambitan yang mengakibatkan banyak korbn berjatuhan, maka secara psikologis masyarakat desa kerambitan merasa takut apalagi dikait-kaitkan dengan kepercyaan desa setempat bahwa itu terjadi karena ulah roh-roh jahat yang bergentayangan. Menurut cerita setempat pada saat terjadinya wabah di malam hari sering terdengar suara yang aneh-aneh yang tidak biasa mereka dengar, berjangkitnya wabah tidak bias ditentukan kpan harus berakhir. Upaya masyarakat untuk memulihkan keadaan atau kondisi seperti sediakala dan juga menghilangkan rasa takut, masyarakat akhirnya mempunyai inisiatif untuk memukul alat-alat yang bisa menimbulkan bunyi yang keras seperti; kaleng, kuali, besi, cangkul dan sebagainya. Itu semua pada dasarnya bertujuan untuk mengusir wabah tersebut sekaligus untuk membangkitkan rasa jengah, sehingga menghilangkan rasa takut pada masyarakat akibat wabah yang terjadi di Desa Kerambitan

Di sekitar tahun 1930-an terjadi lg wabah, hal ini ditanggulangi dengan cara seperti tersebut diatas. Saat itu sudah ada pembaharuan yaitu dengan menggunakan alat yang terbuat dari bamboo yang disebut dengan nama kulkul, karena perkembangan jaman kegiatan semacam ini di masyarakat dipandang sebagai kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai kepercyaan di Desa setempat. Mula-mula tujuan dari pementasan ini adalah sebagai ucapan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena wabah penyakit telah berlalu. Kebiasaan nektek atau menabuh bumbung dilakukan apabila merajalela wabah penyakit. Selanjutnya dilihat dari bentuk sajian tektekan pada waktu itu sangat sederhana, mereka melakukan dengan cara spontan tergantung situasi dan kondisi masyarakat pada saat itu. Kegiatan nektek dilakukan oleh masyarakat pada waktu sandikala ( peralihan waktu dari sore menuju malam hari yaitu sekita pukul 18.30 wita ) kegiatan ini biasanya dilakukan sampai pagi.

Menyinggung tentang hal itu maka masyarakat kerambitan menetralisir keadaan dengan menggunakan tetabuhan yang pada akhirna menjadi sebuah seni pertunjukan yang disebut dengan tektekan. Mengapa disebut dengan tektekan? Jika dilihat bahwa pada mulanya disebut tradisi nektek (memukul alat apa adanya ) ini merupakan prasaan spontan masyarakat untuk menghilangkan rasa takut dan memohon keselamatan, menjauhkan dari mara bahaya.

Selanjutnya setelah tahun 1965 kesenian tektekan akhirnya menggunakan cerita calonarang yang disesuaikan dengan sifat awal terciptanya kesenian tektekan sebagai upaya untuk mengusir roh jahat yang berhubungan dengan buta kala, kemudian dengan mengarak barong dan rangda mengelilingi desa kerambitan, kegiatan seperti ini rutin dilakukan trutama pada hari pngrupukan sehari sebelum hari raya nyepi dengan diikuti segenap masyarakat Desa Kerambitan. Sampai saat sekarang ini pun kesenian tektekan masi sering dipentaskan, dan sekarang tidak dipentasakan pada saat pengrupukan saja, setiap saat pun sekarang bisa dpentasakan dan bisa dtonton msyarakat luas seperti para wisatawan yang berkunjung ke Desa Kerambitan untuk melihat atau menyaksikan kesenian dan kebudayaan yang ada di kerambitan, biasanya pementasan tektekan ini dpentaskan dpuri anyar kerambitan. Selain itu apabila ada perayaan-perayaan seperti ulang tahun kota Tabanan kesenian tektekan juga sering dipentaskan dan di saksikan masyarakat luas.

Nara Sumber :

Nama : I Wayan Sastrawan

Alamat : Desa Krambitan , Tabanan.

 

Comments are closed.

Next Post:
Previose Post: