Jegog Mebarung Kesenian Khas Kabupaten Jembrana Keunikan Bali.

This post was written by ptsuardana on April 9, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

 

Kabupaten Jembrana di Bali Barat dengan ibu kotanya Negara, 100 km arah ke barat dari kota Denpasar menyuguhkan penampila gambelan bambu (musik dari pohon bambu) lebih dominan.

Kabupaten Jembrana di Pintu Gerbang Bali Barat ini, memiliki kesenian khasnya yang diberi nama “Jegog”, gambelan yang terbuat dari bambu berukuran besar yang telah begitu populer baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga Kabupaten Jembrana diberi julukan sebagai “Tanah Jegog” (Home of Jegog).

 

Kesenian ini diciptakan oleh seniman yang bernama Kiyang Geliduh dari Dusun Sebual Desa Dangintukadaya pada tahun 1912, kata jegog diambil dari instrumen Kesenian Gong Kebyar yang paling besar.

 

Awalnya, tabuh-tabuh jegog hanyalah berupa tabuh (barung tabuh) yang fungsi awalnya sebagai hiburan para pekerja bergotong royong membuat atap rumah dari daun pohon rumbia (nyucuk), dalam kegiatan ini beberapa orang lagi menabuh gambelan jegog. Dalam perkembangan selanjutnya gambelan jegog juga dipakai sebagai pengiring upacara keagamaan, resepsi pernikahan, jamuan kenegaraan, dan kini sudah dilengkapi dengan drama tarian-tarian yang mengambil inspirasi alam dan budaya lokal seperti yang namanya Tabuh Trungtungan, Tabuh Goak Ngolol, Tabuh Macan Putih dengan tari-tariannya seperti Tari Makepung, Tari Cangak Lemodang, sebagai seni pertunjukan wisata.

 

Penampilan gambelan jegog begitu menohok, para penabuh menari-nari di atas gambelan, suara jegog begitu gemuruh, rancak, riuh, bergaung dan sering menggelegar menembus ruang batas yang bisa didengar dari jarak jauh apalagi dibunyikan pada waktu malam hari suaranya bisa menjangkau jarak sampai tiga 3 Km.

 

Kesenian jegog ini bisa dipakai sebagai atraksi perlombaan jegog. Perlombaan jegog dalam bahasa Bali disebut “Jegog Mebarung”, yaitu pementasan seni jegog dengan tabuh mebarung. Mebarung artinya bertarung antara dua jegog atau bisa juga bertarung antara tiga jegog, dalam bahasa bali disebut jegog barung dua atau jegog barung tiga. Jegog mebarung ini biasanya dipertontonkan pada acara-acara syukuran yaitu pada acara suka ria di Desa.

 

Untuk di ketahui bagimana penampilan jegog mebarung, dapat dijelaskan sebagai berikut : Dua perangkat gambelan jegog atau tiga perangkat gambelan jegog ditaruh pada satu areal yang cukup untuk dua atau tiga perangkat gambelan jegog. Masing-masing Kru jegog ini membawa penabuh 20 orang. Pada saat mebarung masing-masing jegog mengawali dengan menampilkan tabuh yang namanya Tabuh Trungtungan yaitu suatu tabuh sebagai ungkapan rasa terima kasih dan hormat kepada para penonton dan penggemar seni jegog, dengan durasi waktu masing-masing 10 menit. Tabuh terungtungan ini adalah tabuh yang suaranya lembut dan kedegarannya sangat merdu karena melantunkan lagu-lagu dengan irama yang sangat mempesona sebagai inspirasi keindahan alam bali.

 

Setelah penampilan Tabuh Terungtungan baru dilanjutkan dengan atraksi jegog mebarung yaitu masing-masing penabuh memukul gambelan jegog secara bersamaan antara Kru jegog yang satu dengan kru jegog lawan mebarung. Penabuh memukul gambelan jegog (musik jegog) dengan sangat keras sehingga kedegarannya musik jegog tersebut sangat riuh dan sangat gaduh dan kadang-kadang para penonton sangat sulit membedakan suara lagu musik jegog yang satu dengan yang lainnya.Karena saking kerasnya dipukul oleh penabuh, maka tidak jarang sampai gambelan jegognya pecah dan suaranya pesek (serak).

 

Tepuk tangan dari para penonton sangat rame begitu juga sepirit dari masing-masing Kru jegog sangat riuh saling ejek dan saling soraki, apalagi gambelan jegognya sampai pecah dipukul oleh penabuh, maka sepirit dari kru jegog lawannya menyoraki sangat riuh dan mengejek dengan melakukan tari-tarian sambil berteriak-teriak yang bisa kadang-kadang menimbulkan emosi bagi sipenabuh jegog.

 

Penentuan kalah dan menang jegog mebarung ini adalah para penonton karena jegog mebarung ini tidak ada tim juri khusus jadi tergantung penilaian para penonton saat itu yaitu apabila suara salah satu gambelan jegog kedegarannya oleh sipenonton lebih dominan dan teratur suara lagu-lagunya, maka jegog tersebut dinyatakan sebagai pemenang mebarung.

 

Sedangkan hadiahnya bagi sipemenang adalah berupa suatu kebanggaan saja bagi kru jegog tersebut, karena jegog mebarung adalah pertunjukan kesenian yang tujuannya untuk menghibur para penonton dan para penggemarnya. Jadi pertunjukan jegog mebarung adalah pertunjukan hiburan. Kesenian jegog ini sudah melanglang buana karena sudah sering melawat ke luar negeri dan telah menembus 3 bunoa seperti Eropa, Afrika dan Asia, sedangkan intensitas lawaran ke Jepang yang paling menonjol sejak tahun 1971 di kota Saporo, Pulau Hokaido oleh almarhum Nyoman Jayus hingga tahun 2003 di Kota Okayama.

 

Demikian adanya Kesenian jegog di Kabupaten Jembrana yang terus berkembang dan tidak pernah surut oleh perkembangan jaman dan apabila ingin menikmati keindahan kesenian musik jegog bisa ditampilkan setiap saat di Kabupaten Jembrana.

Comments are closed.