TARI JOGED BUMBUNG

This post was written by primaaditya on Juli 11, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

Bali merupakan wilayah pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia. Agama Hindu identik dengan berbagai macam ritual. Lazimnya berbagai ritual maupun kegiatan lainnya yang non ritual tidak terlepas dengan kesenian, khususnya seni pertunjukan. Kesenian seni pertunjukan penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Salah satu tarian yang menarik bagi masyarakat maupun pengunjung Bali ialah tari jogged bumbung.  Jogged bumbung adalah semacam tari pergaulan muda-mudi, yang di diiringin dengan gamelan yang terbuat dari bambu kayu. Penari jogged tersebut pada awal penampilannya menari sendiri yang disebut nglembur. Setelah bagian tarian tersebut dilakukan , si penari mencari seorang pasangannya seorang laki-laki (pengibing). Jogged bumbung tersebut ditonton oleh semua kalangan , mulai dari anak-anak , remaja , sampai dewasa. Adegan-adegan yang termasuk “panas” dilakukan penari dengan pasangannyaa tersebut juga dilihat oleh anak-anak dan para remaja. Hal tersebut mungkin dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan kedewasaan si penonton muda. Gerakan bergoyang dengan saling berhadapan secaraa dekat, serta sekali melakukan adegan memeluk, dan gerakan lainnya yang berbau seksualitas, tentunya tidak menutup kemungkinan membuat penonton khususnya remaja dan anak-anak mendapat pengetahuan seksual dari sajian jogged tersebut. Melakukan aktivitas menonton jogged bumbung secara continue oleh anak-anak dan remaja dapat mempengaruhi psikis mereka terutama menambah pengalaman dalam fikiran mereka hal- hal yang bersifat dewasa. Hal ini mungkin saja merupakan salah satu media pendidikan seksual yang dilakukan masyarakat Bali kepada anak-anak dan remaja melalui media kesenian. Jogged bumbung telah berkembang di Bali sejak tahun 1950. Diawali oleh pengaruh tarian gandrung dari banyuwangi yang kala itu masuk ke Bali karena dibawa oleh hulu baling kerajaan mengwi yang konon menguasai kerajaan di bagian timur itu. Di bali tari gandrung tidak melibatkan penari perempuan tapi penari pria. Selama lebih 20 tahun sejak tahun 1930 tari gandrung itu merajai seluruh tanah hiburan di Bali kala itu, sampai seniman di Bali menciptakan tari jogged bumbung yang kostunnya mirip penari gandrung tapi melibatkan penari wanita. Jogged bumbung adalah semacam tari pergaulan muda – mudi , yang diiringi dengan gamelan yang terbuat dari bambu kayu. Penari jogged tersebut pada awalnya penampilannya menari sendiri yang disebut ( ngalembur). Setelah bagian tarian tersebut dilakukan, si penari mencari seorang pasangannya seorang laki – laki. Salah seorang penonton laki – laki dihampiri oleh si penari, dan laki – laki itu kemudian mengajak menari bersama – sama atau( ngibing). Si penari beganti – ganti pasangan yang dia ambil dari penonton yang dipilihnya , terus – menerus seperti itu sampai batas yang di sepakati. Bahkan dewasa ini pegelaran jogged bumbung dikomersilkan dengan system “kupon”, jadi yang ingin mendapat giliran menari harus mengantri sesuai urutan kupon yang telah dibeli. Jogged bumbung ini biasanya digelar pada acara – acara pernikahan, perayaan hari besar Hindu, hari besar Nasional, nyambut gawe, di tempat – yempat pariwisata dan sebagainya. Tari jogged bumbung ini sangatlah popular di masyarakat Bali, bisa dikatakan jogged bumbung merupakan tarian yang merakyat, semua golongan bisa menonton pertunjukan tersebut tanpa memandang kedudukan atau status social. Ketika di wilayah pura pun jogged bumbung di pertunjukkan di jaba, dimana semua kegiatan bisa dilakukanj di tempat tersebut. Tentunya orang – orang dari kalangan apapun dapat beraktifitas disana, termasuk remaja dan anak – anak pun dengan bebas dapat menonton pertunjukan di jaba2 khususnya pertunjukan jogged bumbung.Jogged bumbung begitu melekat pada masyarakat Bali karena memiliki aspek hiburan yang sangat tinggi. Antusiasme masyarakat terhadap kesenian ini sangatlah besar khususnya para remaja yang sedang masuk masa pubertas. Masyarakat berbondong – bonding jika ada suatu pertunjukan jogged bumbung di sekitar tempat tinggal mereka. Oleh karena itu pegelaran jogged bumbung tidak pernah sepi dengan penonton. Hampir semua orang di Bali pernah ikut memeriahkan perhelatan jogged bumbung tersebut. Tari jogged bumbung, biasanya diiringi oleh instrument  atau gamelan dari bambu, di Bali, gamelan tersebut dinamakan Gerantang  atau Gegerantangan. Tarian ini membutuhkan kelincahan dan gerak tubuh sang penari yang lincah dan berpengalaman melainkan tariannya tidak beraturan tetapi hanya pada saat pengawitnya saja si penari melakukan gerak tari yang sesuai dengan tabuh yang sudah dimainkan. Seiring dengan teknologi yang semakin maju, tarian ini semakin jarang dipentaskan, karenma masyarakat saat ini sudah disungguhkan dengan hiburan yang berasal dari kemajuan teknologi, misalnya : televise, dvd, parabola, dan lain – lain. Belakangan ini, tari jogged bumbung hanya dipentaskan di hotel – hotel, untuk menghibur dan memperkenalkan tarian di Bali kepada para tamu yang menginap di hotel tersebut.Gamelan Grantang berlaras slendro dan kendang Bali yang dimainkan oleh para penabuh memiliki peran penting dalam membangun agresifitas serta menstimula gerakan – gerakan atraktif dan “menantang” dari si penari. Penari memakai pakaian khas jogged bumbung, hiasan (ikat) kepala, kipas yang di pegang tangan, pakaian tari bali dengan bawahanm seperti rok dengan tujuan untuk memudahkan si penari memamerkan tubuh yang dapat menarik perhatian, serta semacam kain putih panjang yang di berikan kepada penonton sebelun ngibing. Pertama penari ngibing tanpa pasangan, melakukan gerakan – gerakan erotis, bergoyang “ngebor”, menaik – naikan rok memampangkan paha bahkan bergoyang sampai pakaian dalam bagian bawah si penari terlihat. Setelah beberapa waktu penari berjoged sendiri, kemudian ia mengajak salah seorang penonton laki – laki dengan memainkan kain putih di pinggang penonton yang dipilih. Music bumbung terus dimainkan , penari dan pasangannya mulai melakukan gerakan paibing ibing. Gerakan paibing ibing yang dilakukan pasangan tersebut selalu dilakukan dengan bermesraan. Setiap penonton yang ditarik untuk ngibing pasti mendapatkan perlakuan yang dianggap “panas” oleh si penari. Adegan – adegan “panas” tersebut seperti memeluk sambil melakukan gerakan suami istri (senggama) walaupun dilakukan sambil berdiri, si penonton yang lepas control biasanya mencium penarinya, kadang pula pasangan ngibing saling mencolek bagian vital satu sama lain, bahkan ada pula penonton yang terlentang kemudian si penari bergoyang di atasnya. Itulah jogged bumbung ketika adegan erotis berlangsung penonton bersorak – sorai dan tertawa terhibur dengan hal tersebut, mungkin juga para penonton laki – laki baik dewasa atau remaja perasaannya bergejolak ketika adegan tersebut mereka lihat. Paibing ibing adalah bagian yang paling menarik , karena dari sini muncul asumsi pendidikan seksual untuk para penonton muda dari perhelatan jogged bumbung. Jadi, Bali ini merupakan wilayah dengan pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia. Agama hindu ini identik dengan berbagai macam ritual dibandingkan agama – agama lainnya. Lazimnya berbagai macam ritual maupuin kegiatan lainnya yang non ritual tidak terlepas dengan kesenian, khususnya seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang paling digemari oleh masyarakat Bali ialah tari jogged bumbung. Tari jogged bumbung ini adalah tari pergaulan berpasangan laki – laki dan wanita dengan diiringi oleh perangkat music yang terbuat dari bambu (tingklik) yang berlaras slendro 5 nada, dimana jogged bumbung ini selalu dinikmati penonton dan sangat popular di Bali. Oleh karena itu,  tari jogged bumbung ini perlu dilestarikan, karena jogged bumbung ini banyak digemari oleh masyarakat Bali khususnya dan orang asing yang berkunjung di Bali.

 Sumber : Salzman dalam (Yusuf, 2005 : 184) dan Team Survey ASTI

Comments are closed.

Next Post:
Previose Post: