GAMELAN SELONDING

This post was written by pratamayoga on April 25, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

Gamelan Selonding adalah gamelan sakral yang terbuat dari bahan besi yang hanya terdapat di daerah Karangasem, yaitu desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya. Diduga juga ada gamelan Selonding yang terbuat dari kayu, namun sampai sekarang ini instrumen itu belum ditemukan. Nama lengkap dari gamelan Selonding Besi yang di Tengan Pagringsingan adalah Batara Bagus Selonding. Yang berarti Selonding adalah leluhur yang maha kuasa.

Gambelan Selonding merupakan peninggalan historis dari kegiatan berkesenian nenek moyang di masa silam. Gambelan Selonding merupakan salah satu contoh mengenai Local Genius dari leluhur, yang mampu mengantarkan kita kepada suatu jenjang puncak budaya, sehingga keberadaannya masih eksis sampai saat ini. Peninggalan historis tersebut masih mampu menjembatani suatu masa ribuan tahun yang lalu dengan masa kini.

Gambelan Selonding memang masih dapat bertahan dari terpaan gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama, dan ini hanya dimungkinkan oleh adanya suatu vitalitas nilai universal yang terkandung di dalamnya dan terjalin erat dengan masyarakat pendukungnya.

Pada dasarnya gambelan Selonding yang lahir dari hasil, cipta, rasa, dan karsa nenek moyang, itu adalah sebagai perwujudan dari pengalaman estetis dikala keadaan jiwa sedang mengalami kedamaian dan kesucian. Pendakian ini hanya mungkin dapat dicapai dengan penghayatan dan pengalaman yang immanentdari ajaran agama hindu. Rupa-rupanya gambelan Selonding tumbuh, hidup dan berkembang sebagai kultur religius, sehingga dapat dipahami bahwa gambelan Selonding banyak terdapat dipusat-pusat keagamaan pada zaman Bali kuno yang oleh R. Goris disebut sebagai basis kebudayaan Bali Kuno. Dapat dimengerti, mengapa gambelan Selonding yang pernah ada di Jawa Timur pada zaman Kediri kini sudah lenyap (Tusan, 2001 : 2).

Gambelan Selonding bukanlah segugusan instrumen primitif yang kosong tanpa makna. Gambelan ini banyak tercatat dalam prasasti raja-raja Bali Kuno dari babakan pemerintah Maharaja Sri Jaya Sakti sampai dengan awal pemerintahan Majapahit di Bali. Dan juga sejumlah karya sastra para pujangga dari zaman Kediri sampai Babakan zaman Majapahit akhir. Seperti Kekawin Bharata Yudha, Hari Wangsa, Gatot Kaca Sraya, Sumana Santaka, Wrttasancaya, Wrttayana, dan Rama Parasu Wijaya, banyak merekam nuansa keindahan gambelan Selonding yang masih dapat diwarisi sampai sekarang.

Istilah Selonding yang kemudian dikenal dengan nama Selonding di Bali, berdasarkan temuan dalam sebuah lontar kuno yaitu Babad Usana Bali yang menyebutkan seorang raja besar di zaman dahulu yang bergelar Sri Dalem Wira Kesari yang bertahta di lereng gunung Tolangkir(Gunung Agung) (Tusan, 2001 : 12)

Bila dirunut asal muasal kosa kata Selonding itu berasal dari kata Salunding. H.N. der Tuuk dalam bukunya Kawi Balineesch-Nederlandsch-1984, menyebutkan bahwa Salunding itu identik dengan gambelan gender.C.F. Winter SRmenyebutkan Salunding adalah gambelan Saron.Wayang Warna menyebutkan kosa kata Salunding adalah nama gambelan yang suci yang ditabuh pada upacara tertentu.

Guru-guru Kokar pada waktu mengadakan penelitian di Tenganan (1971) mengemukakan bahwa Selonding berasal dari kata Salon + Ning yang diartikan tempat suci. Karena gambelan Selonding itu dikenal sebagai perangkat gambelan yang disucikan dan disakralkan oleh masyarakat pendukungnya.

Gambelan Selonding adalah salah satu gambelan kuno yang masih dapat diwarisi sampai sekarang di Bali. Gambelan ini semula dikenal pada masa pemerintahan Sri Jaya Bawa di Kediri yang berlanjut sampai pada zaman Majapahit.

Di Bali gambelan Selonding telah dikenal pada pemerintahan Sri Maharaja Jaya Sakti (1052-1071 C), merupakan suatu kesenian yang populer pada zamannya, mengingat kewajiban-kewajiban berupa pajak yang dikenakan yang merupakan pajak tertinggi diantara kesenian lainnya.

Pada zaman pemerintah Sri Maharaja Bhatara Guru Sri Adikutiketana pada tahun 1126 C, kesenian Selonding ini akhirnya dibebaskan dari segala macam pajak, karena telah menjadi kesenian untuk mengiringi upacara keagamaan sampai dewasa ini. Gambelan Selonding tersebut masih sangat disakralkan sebagai sarana upacara keagamaan di Bali, seperti yang terdapat di Tenganan, Bungaya, Asak, Timbrah, Bugbug, Ngis, Trunyan, Kedisan ,Batur, Bantang, Manikliyu, dan Tigawas.

FUNGSI GAMELAN SELONDING

Gamelan ini dimainkan untuk mengiringi berbagai upaya adat Bali Aga yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi Abuang, Perang Pandan (Mekare-karean) dan lain-lain.

SPESIFIKASI  GAMELAN SELONDING

            Berikut penjelasan tentang spesifikasi gamelan selonding.

 Jumlah Satuan Ciri-ciri Instrumen
8 tungguh berisi 4 buah bilah
6 tungguh masing-masing berisi 4 buah bilah
2 tungguh berisikan 8 buah bilah

 Karawitan Bali mencatat bahwa instrumentasi dari gambelan Selonding, yaitu :

Jumlah Satuan Instrumen
2 tungguh gong
2 tungguh kempul
1 tungguh peenem
1 tungguh petuduh
1 tungguh nyongnyong alit
1 tungguh nyongnyong ageng

Adapun masing-masing pelawah selonding mempunyai ukuran sebagai berikut:

  1. Instrumen gangsa wadon.

Panjang bagian atas : 76 cm
Panjang bagian bawah:69 cm
Lebar : 15,5 cm
Tinggi : 25 cm

  1. Instrumen gangsa lanang

Panjang bagian atas: 76 cm
Panjang bagian bawah: 67 cm
Lebar: 14 cm
Tinggi: 25 cm

  1. Instrumen oncangan lanang I

Panjang bagian atas: 41 cm
Panjang bagian bawah: 36 cm
Lebar: 15 cm
Tinggi: 20 cm

  1. Instrumen oncangan wadon I

Panjang bagian atas: 43,5 cm
Panjang bagian bawah: 33,5 cm
Lebar: 18,5 cm

  1. Instrumen oncangan wadon II

Panjang bagian atas: 57 cm
Panjang bagian bawah: 43 cm
Lebar: 18,5 cm
Tinggi: 20 cm

  1. Instrumen oncangan lanang II

Panjang bagian atas: 43,5 cm
Panjang bagian bawah: 41 cm
Lebar: 16,5 cm
Tinggi: 20 cm

 

  1. Instrumen penerang lanang

Panjang bagian atas: 61,5 cm
Panjang bagian bawah: 55 cm
Lebar: 16,5 cm
Tinggi: 21 cm

  1. Instrumen penerag wadon

Panjang bagian atas: 61,5 cm
Panjang bagian bawah: 54 cm
Lebar: 16,5 cm
Tinggi: 21 cm

Sesuai dengan struktur dari lagu-lagu selonding bahwa tiap-tiap inbstrumen mempunyai tugas yang berbeda-beda dalam barungannya. Adapun tugas-tugas itu ialah seperti berikut:

  • Gangsa lanang, jumlah bilahnya delapan buah bertugas mengendalikan melodi lagu. Urutan nadanya: dong – dang – deng – dung – dang – dong – ding – dong .
  • Gangsa wadon, jumlah bilahnya delapan buah, bertugas mengendalikan melodi lagu. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng – dung – dang – dong – ding.
  • Oncangan lanang I, jumlah bilahnya empat buah, bertugas menjalin kotekan/ cecandetan. Urutan nadanya : dung – dang – dong – ding .
  • Oncangan lanang II, jumlah bilahnya empat , bertugas menjalin kotekan / cecandetan. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng
  • Oncangan wadon I, jumlah bilahnya empat buah , bertugas menjalin kotekan/cecandetan. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng .
  • Oncangan wadon II, jumlah bilahnya empat buah , betugas membuat jalinan kotekan/cecandetan. Urutan nadanya : dung – dang – dong – ding.
  • Penerag lanang, jumlahnya empat buah, bertugas memperjelas tekanan lagu. Urutan nadanya: dung – dong – ding.
  • Penerag wadon, julah bilahnya empat buah, bertugas memperjelas tekanan lagu. Urutan nadanya : ding – dong – dang – deng .

Adapun gending selonding yang sering di mainkan yaitu:

  1. Sekar gadung
  2. Nyangnyangan
  3. Rejang gucek
  4. Rejang ileh, dll.

Comments are closed.