SEKILAS TENTANG I KETUT PANY RYANDHI

 

Nama saya I Ketut Pany Ryan1897954_1375994799343969_675137960_ndhi, jenis kelamin laki-laki. Saya lahir di Singaraja tanggal 6 Desember 1994. Hobi saya adalah menabuhkan gending-gending gong kebyar dan juga hobi nonton film kartun “Masha and the Bear”. Warna kesukaan saya adalah hitam, karena warna hitam menurut saya adalah natural dan elegan. Binatang yang paling saya sukai adalah anak anjing. Cita-cita ingin menjadi seorang pakar Gong Kebyar. Saya berasal dari desa Munduk, Buleleng, Bali, tetapi tinggal di Desa Umejero, berlainan kecamatan dengan desa Munduk. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tentu kalian bertanya-tanya kenapa anak pertama yang seharusnya identik dengan inisial Putu, Gede, Wayan tapi saya  berinisial Ketut. Kalau istilah ajaran Hindu Ayah saya adalah seorang Tresna Brahmacari  yaitu orang yang mempunyai lebih dari satu istri. Saya adalah anak pertama dari istri kedua (Ibu Kandung), sedangkan Ibu pertama saya mempunyai tiga orang anak (Kakak Tiri), yakni Putu Wahyu Cahyadi, Kadek Desi Arista Putri, dan Komang Tri Pangestu. Untuk itu saya disaudarakan sebagai anak ke-4.

Itu hanya sekilas tentang interen keluarga saya. Mengenai pendidikan formal, ketika berumur 7 tahun saya bersekolah di SD Negri 2 Umejero, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Busungbiu, setelah itu melanjutkan di SMA Negeri 1 Busungbiu, dan akhirnya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yakni di Institut Seni Indonesia Denpasar (ISI Denpasar). Pada masa SMP dan SMA saya sebenarnya adalah orang eksak, yaitu orang-orang yang tidak terlepaskan dengan angka-angka. Sempat mengikuti berbagai Olimpiade Sains Nasional dibidang Fisika baik tingkat regional, maupun Nasional dan pada tingkat regional saya berhasil mendapat juara ke-2. Namun kesibukan saya dengan dunia eksak tidak serta merta membuat saya lupa dengan seni budaya yang saya miliki.

Mengenai pendidikan non-formal, saya ketika SD sampai SMP adalah seorang penari tapi juga sudah belajar menabuh. Akhirnya hingga sekarang saya ingin memfokuskan diri saya ke dalam Dunia Karawitan khususnya Gong Kebyar.Mengenai Karawitan Bali khususnya Gong Kebyar, Guru yang paling berjasa yang membuat saya bisa menabuh adalah kakek saya sendiri, Putu Sujana (Alm). Selain Kakek, saya juga diajari menabuh oleh Bapak Made Terip, Putu Putrawan, Made Artana, dan masih banyak lagi. Sebagai seorang mahasiswa jurusan karawitan, saya mempunyai sebuah harapan agar generasi muda sekarang tidak melupakan seni budayanya sendiri. Kita harus memiliki rasa malu dengan para wisatawan asing yang tertarik pada seni budaya kita dengan cara mau dan ingin belajar bermain gamelan. Tidak saja gong kebyar, namun juga ensamble yang lainnya. Secara mengkhusus lagi, mengenai perkembangan Gong Kebyar secara musikal saya mempunyai keinginan dan cita-cita mengembalikan tradisi reportoar gending seperti awalnya. Karena gending-gending kreasi ataupun lelambatan telah banyak keluar dari pakem-pakemnya dan terkesan tidak memiliki suatu struktur yang baku. Namun tidak dapat dipungkiri, begitulah para seniman sekarang mengekspresikan emosi mereka yang mau tak mau harus diapresiasi. Dentuman transformasi adalah penyebabnya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks mereka secara tak langsung dituntut untuk mengikutinya. Tetapi sebagai seniman yang akademis, yang menjadi tantangan kita sekarang adalah bagaimana berkarnya dengan tidak melupakan tradisi tetapi tidak ketinggalan zaman.

Hal diatas merupakan satu dari seribu cita-cita yang saya miliki. Disisi lain terinspirasi dari persatuan seniman kabupaten Badung yang mempunyai HSKB (Himpunan Seniman Kabupaten Badung) yang solid, saya ingin juga membentuk HSKB yang lainya guna mempersatukan seniman di kecamatan Busungbiu, Buleleng. Karena dengan sebuah wadahlah kita dapat mempersatukan persepsi untuk memecahkan masalah kesenian di masa sekarang. Masalah kesenian yang semakin kompleks itulah yang menyababkan saya untuk melanjutkan sekolah di ISI Denpasar, karena menurut saya ISI Denpasar merupakan sebuah perguruan tinggi yang mendalami masalah seni sebagai problem utamanya.

Demikian tentang pribadi dan harapan saya, semoga apa yang kita cita-citakan dan terwujud dan bermanfaat bagi kesenian di Bali kita tercinta. Dan jangan sekali-kali melupakan nilai-nilai budaya kita yang adi luhung. Sebab, dengan budayalah identitas kita sebagai seorang seniman akan terlihat.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!