Sejarah Tabuh-tabuh Lelambatan Kebyar Tejakula

This post was written by pandewidya on April 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

 BAB II

ISI

Lelambatan adalah satu jenis tabuh gong dengan irama yang lamban.Sesungguhnya irama lamban bukanlah hal yang mutlak dalam tabuh lelambatan,karena istilah lambat digunakan untuk memberi nama kepada jenis-jenis lagu komposisinya yang panjang.Kalau mendengar  istilah lelambatan kita kan beranologi ke tabuh-tabuh pegongan,yang biasanya sering disajikan dalam barungan gambelan Gong Gede.Menurut para seniman bahwa dalm menyajikan tabuh-tabuh lelambatan ada istilah “megending”.Istilah megending ini dipakai dalam menampilka atau menyyajikan tabuh pat,tabuh nem,dan tabuh kutus.

Dalam kaitannya dengan gending-gending tabuh pat,tabuh nem,tabuh kutus di desa Tejakula juga istilah megending ini dipakai juga samapi sekarang.Khususnya mengenai tabuh telu.Istilah megending tidak terpakai namun didalam tabuh telu memakai istilah “longgor”(lelonggoran).Mengenai teknik pukulan tabuh lelambatan yang disajikan pleh barungan gambelan Gong Gede pada umumnya  memakai sistim kekenyongan yang artinya teknik pukulan yang stratifikasinya (lapisannya) jarang.Motif pukulan semacam ini biasanya terdapat dalm instrument gangse jongkok.Kalau dibawa ke barungan gambelan Gong Kebyar teknik pukulannya sudah berubah ,tetapi kadang-kadang juga teknikpukulan semacam kekloyongan dipakai juga di barungan gambelan Gong Kebyar.

Pengaruh Gong Kebyar terhadap tabuh-tabuh Lelambatan sangat spesifik, dimana barungan gamelan tersebut memakai laras pelog panca nada. Gamelan ini termasuk gamelan golongan media yang pada zaman dahulu banyak terdapat di pusat-pusat kerajaan di Bali yang sering disebut “ due puri”.Disamping menyajikan gending- gending lelambatan klasik  pegongan, gamelan Gong Gede juga dipakai untuk mengiringi upacara keaagamaan dan memeriahkan upacara-upacara kenegaraan di istan zaman dahulu.

Gamelan Gong Kebyar yang muncul pada tahun 1915, membawa dampak negatif bagi barungan gamelan Gong Gede.Seperti penulis dapatkan di desa Tejakula, pada mulanya tabuh-tabuh lelambatan klasik dapat disajikan oleh barungan Gong Gede.Mengingat perkembangan barungan gamelan Gong Kebyar sangat begitu pesat,gamelan Gong Gede di desa Tejakula berubah wujud menjadi Gong Kebyar. Perubahan ini menurut informasi dari Bapak/Guru Made Gejer jatuh pada tahun 1955, yang digarap oleh Pande gamelan dari Sawan. Sehingga sampai saat ini tabuh-tabuh lelambatan klasik di desa Tejakula, dimainkan dengan barungan gamelan Gong Kebyar. Masyarakat Tejakula pada umumnya, dan khususnya pada penabuh gong adat masih menyebutkan/ memberikan nama gamelan Gong Kebyar tersebut dinamakan barungan gamelan Gong Gede. Mengenai teknik pemukulannya dulu di barungan Gong Gede memakai sistim kekonyongan,sedangkan sekarang didalam barungan gambelan Gong Kebyar memakai teknik pukulan sekati yaitu memukul dua buah nada yang saling berganti, sedangkan pukul pukulan nyogcak yaitu memukul nada dengan antara satu nada dengan nada lainnya.

Komposi tabuh dalam gambelan untuk memberi keterangan atau pengertian mengenai arti dari komposisi tersebut.Dalam kaitannya dengan penulisan tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan di desa Tejakula,sudah barang tentu memakai aspek seperti :

  1. Pengrang-rang

adalah bentuk-bentuk pukulan instrument terompong yang pada umumnya di dahului sebelum bagian pengawit/kawitan muncul.Dalam permainannya,yang memainkan terompong biasanya berinprovisasi sesuai dengan kemampuan ynag dimilikinya.

  1. Kawitan/Pengawit

adalah berasal dari kata kawit,yang merupakan sebuah melodi sebagai pembuka dari lagu yang akan dimainnkan.Kalau bermain lagu/tabuh lelambatan klasik pada umunya dapat dimainkan oleh instrument terompong.

  1. Penngawak

adalah bagian uatama dari sebuah lagu atau tabuh dan melalui bagian-bagian dari pengawak ini,seorang akan dapat dan bisa mengetahui uger-uger ( ukuran atau peraturan )sebuah tabuh.

  1. Pengisep

Kerangka bagian pengisep adalah merupakan bagian dari tabuh lelambatan klasik yang sama dengan ukuran bagian pengawak,hanya didalam melodinya untu beberapa  atau keseluruhan prasa lagu berbeda.

  1. Pengecet

adalah merupakan bagian paling terakhir didalam komposisi tabuh-tabuh lelambatan klasik,khususnya di dalam tabuh pisan,tabuh pat,tabuh nem dan tabuh kutus.

Unsur-unsur tabuh yang terdapat dalam buku yang berjudul aspek-aspek penggarapan karawitan di Akademi Seni Tari Indonesia ( ASTI ) Denpasar yang disusun oleh Bapak Nyoman Windha, BA. dan Bapak Ketut Gede Asnawa. BA, menjelaskan bahwa unsur-unsur tabuh adalah sebagai berikut :

  1. Nada

adalah sebagai suatu bunyi yang teratur ditangkap oleh telinga yang berasal/bersumber dari alat-alat gamelan dan juga vocal.setiap nada yang kita pakai dalam seni karawitan/suara mempunyai 4 sifat tertentu yaitu: a. tinggi rendah( pitch), b. panjang pendek (duration), c. keras lirih (intensity), d. warna nada (tone colour).

  1. Melodi

Melodi pada hakikatnya hasil dari pada terjalinnya nada-nada yang terbentuk/tersusun, sehingga membentuk suatu lagu/gending.Dalam mewujudkan suatu lagu tidak cukup menjajarkan nada-nada tetapi yang paling penting mengetahui bahwa melodi-melodi mempunyai sifat: sistim “pacaperiring”(syllabic) : sifatnya datar terdiri dari nada-nada yang utuh(belum

dipariasikan).

  1. Irama

Irama lazim juga disebut juga ritme.Sebenarnya istilah ini tidak terdapat pada seni musik saja tetapi terdapat juga seni tari,tabuh dan lukis bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun mempunyai ritme dan irama.Oleh karna itu irama dapat dibagi 3 : irama metris,melodis dan ritmis.

  1. Tempo

Tempo adalah cepat lambatnya suatu lagu yang dimainkan. Secara garis besarnya tempo itu dapat dibagi menjadi 3; tempo cepat,lambat dan sedang.Dalam gamelan bali bisa saja terjadi tempo cepat pukulannya keras/ sebaliknya tempo cepat pukulannya lirih dan bisa juga temponya lambat pukulannya keras/sebaliknya tempo lambat pukulannya lirih.

  1. Harmoni

adalah persesuain,keselarasan dan kecocokan dari perpaduan beberapa unsur.Dalam membuat garapan kerawitan harmoni adalah keserasian dari beberapa elemen yang membentuk musik atau lebih tabuh itu sendiri.

  1. Dinamika

adalah pancran dari expresi nada ,melodi,irama dan tempo.dalam hal ini selalu di usahakan untuk mempergunakan dinamika secara berganti-ganti atau berpatisipasi dari yang berdinamika keras lembut begitu pula sebaliknya.

 

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tejakula merupakan suatu desa yang terletak di kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng yang letaknya di ujung timur kabupaten.Desa ini masih mempunyai tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan seperti; tabuh pisan,tabuh telu,tabuh pat dan tabuh nem. Tabuh-tabuh ini mempunyai fungsi yang kuat dikalangan masyarakat untuk dapat menunjang kegiatan upacara adat panca yadnya .Tabuh- tabuh ini dapat disajikan oleh barungan gong kebyar, yang sring disebut-sebut oleh masyarakat gamelan gong gede.Di dalam menampilkan tetabuhan-tetabuhan,khususnya didalam tabuh telu biasanya disebut: “Longor”,sedangkan untuk penampilan tabuh pat, tabuh nem dan tabuh kutus biasanya disebut :” megending”.

Pengertian klasik pada sebutan tabuh bisa disebutkan sebagai tabuh kekunan/ tabuh lelawasan/tabuh tua yang mengandung nilai sifat klasik dan tradisional. Pengertian klasik dalam hubungan pengertian tabuh,gending atau lagu telah mewujudkan pola-pola kuat; ukurannya panjang-panjang,komposisi sudah baku strukturnya sangat simpel dan jiwanya ; megah,agung,hidmat,tenang serta kesucian dan sangat di pentingkan hitungan gatra kelipatan genap.

Tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan di Desa Tejakula masih ada kurang lebih10 buah tabuh telu,1 buah tabuh pisan,6 buah tabuh pat,2 buah tabuh nem sedangkan tabuh kutus sudah tidak mempunyai.tabuh-tabuh ini sudah dapat dipastikan mempunyai bentuk tabuh sebagai berikut;perang-rang,kawitan,pengawak,penibe,pengecet dan pengaad.

3.2 .Saran-saran.

Tabuh-tabuh lelambatan klasik pegongan yang sudah mempergunakan sistim pencatatan, tidak luput juga dari kepunahannya, apalagi tabuh-tabuh lelambatan yang tidak menggunakan simtim pencatatan seperti pada gambelan Gender Wayang, Gong Luang,Slonding serta gambelan-gambelan yang lainnya penulis yakin sudah bayak punah.untuk itu penulis sarankan disini,para penabuh Gong Kebyar di Desa Tejakula supaya dapat memerhatikan dan mempelajari tabuh-tabuh lelambatan tersebut. Disamping itu khususnya pada dosen agar mempunyai perhatian untuk ikut meneliti tabuh-tabuh yang masih banyak dipelihara dikalangan masyarakat.

Daftar Pustaka

Bandem , Dr.I Made Bandem Ubit-ubitan Sebuah Teknik Permainan Gambelan Bali.Denpasar

No.080/23/1991,Ditjen Pendidikan Tinggi Dipdikbud.

_______, Mengenal Gambelan Bali,Denpasar : Sekolah Tinggi Menengah Karawitan Indonesia,

1980.

________, Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali,Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia,

1982.

Aryasa, I W. M. Pekembangan Seni Karawitan Bali, Denpasar : Proyek Sasana Budaya Bali,

1976/1977.

Daftar Informasi

Nama                                       : Pande Gede Mustika S,Skar M.Si

Tempat / Tanggal Lahir           : Tejakula /

Pekerjaan                                 : Dosen Kerawitan ISI Denpasar

 

Comments are closed.

Next Post: