<

SEJARAH GAMELAN SELONDING BANJAR PANDE TUNGGAK, DESA BEBANDEM, KARANGASEM

Saya tertarik meneliti tentang Sejarah Gamelan ini karena Gamelan Selonding memiliki sandaran sejarah yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Karawitan Bali. Gamelan Selonding sebagai “puncak-puncak budaya’’, sekaligus merupakan arsip dari kegiatan bermusik nenek monyang dimasa lampau yang diciptakan pada saat jiwanya dalam keadaan damai, indah dan agung, yang dilandasi dengan kesucian dan ketulusan hati yang mendalam sebagai wujud persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai luhur kehidupan nenek moyang di masa lalu perlu digali kembali dan dikembangkan demi memelihara dan menegakan citra serta martabat dan untuk menapak langkah selanjutnya di masa depan.

Gamelan Selonding sudah cukup lama dan telah begitu panjang berdialog dalam khasanah kebudayaan Bali di tengah-tengah peradaban Kebudayaan Nusantara. Sampai saat ini di Bali masih sanggup bertahan dalam identitas alam tradisionalnya, serta masih mampu mengendalikan alamnya sendiri. Memang demikian, karena justru di khasanah musiknya sendiri terkandung nilai-nilai universal seperti keluhuran budaya, norma-norma peradaban, adat istiadat, dan aspek filosofinya yang religius magis, sehingga menjalani kedamaian serta kerukunan hidup dengan masyarakat pendukungnya.

Gamelan Selonding adalah suatu karawitan yang monumental, sebagai karawitan septatonis yang paling sakral diantara gamelan kuna lainya di Bali. Itu terbukti dengan adanya Pura Merajan Selonding di setiap desa kuna dan pura-pura besar di Bali seperti; di Pura Besakih, Pura Batur, Desa Seraya, Tenganan,  Desa Ngis, Desa Asak, Desa Timbrah, Selat, ada Pura Dalem Selonding di Desa Kapal Kabupaten Badung, dan ada salah satu desa kuna yang bernama Desa Bungaya sangat mensakralkan gamelan tersebut dan dipuja sebagai seswunan desa tersebut yang diberi sebutan  Bhathara Ratu Bagus Selonding.

Keberadaan Gamelan Selonding yang ada di Banjar Pande Tunggak, Desa Bebandem yang diprakarsai oleh I Wayan Pande Tusan, yaitu salah satu sastrawan yang meneliti tentang Gamelan yang sudah ada sejak zaman Bali kuna. Gamelan Selonding tersebut di rencanakan dari tahun 1993 dan di buat juga pada tahun tersebut, pada awal pembuatany, juru pande (si pembuat) masih mengalami beberapa hambatan karena pada waktu itu si pembuat yaitu I Wayan Widia salah seorang pande besi yang menekuni Gamelan Selonding belum tahu betul tentang bagai mana wujud, tata nada dan instrumentasi  gamelan tersebut.

Setelah diadakanya rekontruksi bilah-bilahan (119 bilah daun dan puluhan cagak naga) selonding  yang ditemukan pada sebuah gedong penyimpenan yang bertempat di Pura Merajan Selonding yang berada di areal Pura Besakih menjelang akan diadakannya Karya Agung Tri Buana dan Candi Narmada pada tahun 1993 tersebut, jadilah seperangkat Gamelan Selonding Besakih yang dirangkai berdasarkan hasil penelitian dari Pande Wayan Tusan mengenai Gamelan Selonding.

Dari keberhasilan rekontruksi tersutlah akhirnya I Wayan Widia selaku Pande Besi yang ikut dalam rekontruksi tersebut akhirnya tahu bagaimana wujud, tata nada, dan instrumentasi Gamelan Selonding yang ada di Pura Besakih. Dari pengalaman tersebut akhirnya Gamelan Selonding Banjar Pande Tunggak mulai dibuat dan selesai pada tahun 1994 yang sekaligus sebagai duplikat dari Gamelan Selonding Besakih.

Fungsi Gamelan Selonding Banjar Pande Tunggak

Fungsi awal dari Gamelan Selonding yang ada di Banjar Pande Tunggak Desa Bebandem ialah sebagai media penggalian gending-gending Selonding yang hampir mengalami kepunahan karena Gamelan Selonding yang khususnya ada di desa-desa kuna di Bali sangatlah di sakralkan masyarakatnya. Kesakralan gamelan tersebut juga menimbulkan dampak yang negatif seperti; minimnya regenerasi dari seka-seka penabuh selonding karena gamelan tersebut saking disakralkannya hingga tidak  boleh dipakai latihan dan hanya ditabuh (dimainkan) pada saat ada upacara keagaaman yang bekaitan dengan gamelan tersebut. Gamelan Selonding yang disakralkan pada suatu desa tidak boleh di mainkan oleh orang sembarangan, hanya orang yang sudah bersih (mewinten) yang boleh memainkannya. Bahkan ada di suatu desa yaitu Desa Bungaya, pada saat Gamelan Selonding itu ditabuh tidak ada orang yang boleh melihatnya kecuali para penabuh dan orang-orang tertentu. Gamelan Selonding yang ada di Desa Bungaya ditabuh/dimainkan oleh para pemangku setempat dan ditabuh di dalam sebuah gedong besar(pelinggih meru) sehingga tidak ada orang sembarangan yang boleh melihatnya.

Dari keadaan tersebutlah Pande Wayan Tusan merasa terketuk hatinya dan berusaha untuk melestarikan gending-gending selonding dari ancaman kepunahan dengan cara belajar ke desa-desa, dan merekam secara diam-diam demi mendapatkan rekaman gending-gending selonding tersebut dan di tuangkan pada Seka Gamelan Selonding Banjar Pande Tunggak yang bernaung di bawah Yayasan Selonding Bali.

Fungsi umum Gamelan Selonding yang ada di Banjar Pande Tunggak ialah sebagai sarana pelengkap upacara keagamaan dengan melakukan ngayah setiap odalan di Pura Penataran Pande Tunggak dan pura-pura lainya yang ada di Bali maupun luar Bali.

Adapun instrumen yang terdapat pada barungan Gamelan Selonding Banjar Pande Tunggak yaitu terdiri dari :

  • 2 tungguh Jegog yang daunya pada tiap tungguh masing-masing berjumlah 8 bilah.
  • 2 tungguh Penyagcag yang daunya pada tiap tungguh masing-masing berjumlah 8 bilah.
  • 2 tungguh Menanga yang daunnya pada tiap tungguh masing-masing  berjumlah 8 bilah.
  • 1 Kebyok yang daunnya berjumlah 4 bilah.
  • 2 Nying-nying yang daunnya pada tiap tungguh masing-masing berjumlah 8 bilah.

Jumlah bilah keseluruhan yaitu 68 bilah Selonding.

Gending-gending selonding yang berhasil di gali diantaranya :

Gending Rarawangi           (dari Desa Bugbug, Karangasem)
Gending Dukuh Dayang    (dari Desa Bugbug, Karangasem)
Gending Panji Marga         (dari Desa Bugbug, Karangasem)
Gending Geguron Rangga tating(dari Desa Tenganan,Karangasem)
Gending Geguron  ——-     ( dari Desa Tenganan, Karangasem)
Gending Deha Malong       (dari Desa Ngis Manggis, Karangasem)
Gending Landung-Loncog(dari Desa Bungaya, Bebandem, Karangasem)
Gending ding Capung Gandok (dari Desa Adat Kedisan, Batur, Kintamani, Bangli)
Gending Tinjo Katak             ( dari Batur,Bangli)
Gending Kung-kang               ( dari Desa Bebandem, Karangasem)
Gending Rejang Manda         ( dari Desa Bebandem, Karangasem)

Beriku grafik nadanya

No INS I.. O.. A.. E.. U.. o.. a.. I. O. A. E. U. o. a. I O A E U o a .I .O .A .E .U .o .a ..I ..O ..A
1 Pc I O A E U o a I
2 Mn I O A E U a o I
3 Jg I O A E U o a I
4 Kb A E U o
5 Ny I O A E U o a I

 

Keterangan :

I    =   (                                 Pc      =      Penyacag (jumblahnya sepasang)

O   =   o                               Mn     =     Menanga (jumbablahnya sepasang)

A   =    −                               Jg        =     Jegog (jumblahnya sepasang)

E   =    e                               Kb       =    Kebyok (jumblahnya satu)

U   =    u                                Ny      =     Nying-nying (jumblahnya sepasang)

a    =     ;

o    =    o

Demikianlah sejarah Gamelan Selonding Banjar Pande Tunggak yang saya peroleh dari hasil diskusi dan wawancara langsung pada  hari sabtu tanggal 20 oktrober 2012, dengan narasumber pembuat Gamelan Selonding tersebut yang bernama I Wayan Widia dan peneliti Gamelan Selonding yang bernama Pande Wayan Tusan (Sri Mpu Dharma Phala).  Sekian dan termima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Bandem,I Made.1986. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali. ASTI Denpasar

Tusan, Pande Wayan. 2001. “ Selonding, Tinjauan Gamelan Bali Abad X-XIV”.

LAMPIRAN FOTO-FOTO

Proses pembuatan Gamelan Selonding

 

Oktober 5th, 2012 at 3:11 am


One Response to “SEJARAH GAMELAN SELONDING BANJAR PANDE TUNGGAK, DESA BEBANDEM, KARANGASEM”
  1. 1
      A片 says:

    ????

    goodddd thankssss youuuu