Tari Baris Katekok Jago

TARI BARIS KATEKOK JAGO

 

Pengertian : Salah satu bentuk Baris Wali tersebut adalah Baris Katekok Jago yang akrab disebut Baris Poleng karena kostum yang dipakai dominan hitam putih dan membawa tombak yang juga dicat hitam putih. Tarian ini merupakan tari tradisional yang langka karena hanya dijumpai di desa Tegal Darmasaba (Badung) dan Tangguntiti (Kota Denpasar). Sebelumnya pernah ada di Tembau dan Begawan (Kota Denpasar). Baris Katekok Jago mempunyai fungsi ganda, selain sebagai sarana upacara Dewa Yadnya, juga sering dipentaskan untuk upacara Pitra Yadnya. Tarian tersebut bisa diupah oleh perorangan atau kelompok terutama untuk upacara yang tergolong utama, baik untuk Dewa Yadnya maupun Pitra Yadnya.
Tarian Baris terdiri dari sekitar 30 jenis, masing-masing memiliki tempat dan pakaian yang berbeda penggunaannya. Contohnya tari Baris Katekok Jago hanya ditarikan saat mengiringi pembakaran jenazah pada upacara Pelebon (Ngaben). Tarian ini ditarikan oleh 20 penari laki-laki yang sudah melakoni penyucian terlebih dahulu.

 

Sejarah Berdiri : Literatur tertua yang mengungkap tentang Baris adalah lontar Usana Bali yang menyatakan: setelah Mayadanawa dapat dikalahkan maka diputuskan mendirikan empat buah kahyangan di Kedisan, Tihingan, Manukraya dan Kaduhuran. Begitu kahyangan berdiri megah, upacara dan keramaianpun diadakan dimana para Widyadari menari Rejang, Widyadara menari Baris dan Gandarwa menjadi penabuh. Legenda Mayadanawa tersebut terjadi pada saatBali diperintah raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa sebagai raja keempat dari dinasti Warmadewa yang memerintah dari tahun 962 hingga 975. Dengan demikian dapat disimak bahwa pada abad X sudah ada tari Baris, namun bentuknya apakah sama dengan Baris upacara yang ada sekarang, memerlukan perenungan lebih mendalam.

 

Fungsi : Untuk kepentingan upacara Pitra yadnya dan bahkan juga untuk upacara Dewa yadnya. Sebagian besar masyarakat menanggap tarian ini menjadi pengiring jenazah ke alam nirwana. Sementara tarian sakral itu lebih menonjolkan makna yang tersirat ketika para penari melakoninya.Para penari pun tak sembarangan menggerakkan tangan dan kakinya.

 

Struktur Pertunjukan :

 

1 Pelaku / Penari
Jumlah penari seluruhnya 20 (dua puluh) orang, semuanya laki-laki. Seperti halnya, di tempat lain, maka dari sejumlah penari tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yakni : sebagian menjadi angsa dan sebagiar besar lainnya menjadi burung gagak.
Analisa penulis sendiri nama “Tekok Jago” berasal dari peran yang dibawakan oleh penari yang merupakan jenis burung dan unggas.

 

Tata-busana
Bhusana atau kostum yang dipergunakan pada waktu menari terdiri dari :
•Gelungan
• Celana panjang warna putih tetapi pada bagian bawahnya ada strip strip hitam putih (poleng).
• Baju lengan panjang : pada badan warna hitam putih kotak-kotak, lengan berwarna lurik (putih, kuning, hijau, dan hitam).
Kain Putih
Saput, warna hitam putih (poleng)
Saput, warna hitam putih (poleng)
• Badong; hiasan leher

 

Iringan
Tari Baris Tekok Jago di banjar Tengah, Tegal Darmasaba ini mempergunakan seperangkat gambelan gong kebyar. Kalau di Tangguntiti, maupun di Begawan Pedungah, dipergunakan sebagian kecil dari gambelan gong kebyar, di banjar Tengah ini dipergunakan hampir seiuruh instrumen, kecuali gambelan terompong.
Adapun jenis jenis gambelan / instrumen yang dipakai adalah :
1) Kendang 2 (dua) buah
2) Suling
3) Cengceng
4) Giying / pengugal
5) Pemade 4 (empat) buah
6) Kantil 4 (empat) buah
7) Jublag 2 (dua) buah
8) Kajar
9) Kenong
10) Reong
11) Jegogan 2 (dua) buah
12) Kempur dan gong
Sedangkan lagu-lagu yang dipergunakan adalah :
1) Lagu Omang
2) Lagu Barong
3) Lagu Kale
4) Lagu Pengeset Jauh luh

 

Casting : Jika dilihat dari sejak berdirinya maka regenerasi dari kepengurusan maupun penari dari sekaa ini bisa disebut lambat, karena pada masa sekarang perhatian masyarakat kurang terhadap kesenian dan kurangnya pembinaan di dalam kepengurusan maupun penari. Hal ini juga disebabkan karena para penari hanya meneruskan apa yang dilakukan oleh orang tuanya karena tidak sembarang orang boleh menarikan tari Baris ini.Para penarinya dipilih oleh ketua yang merupakan pengayah (peletan) di pura Dalem Gegelang.

 

Kesimpulan.
Tari Baris Tekok Jago di desa Tegal Darmasaba merupakan tari upacara yang biasanya ditarikan untuk upacara Pitra yadnya (ngaben) maupun Dewa yadnya.. Karena tari ini merupakan tari upacara jadi tidak terlalu mementingkan dari estetika melainkan lebih mementingkan fungsinya. Ini terlihat dari gerak yang sederhana dengan tatabusana yang sederhana pula dan tidak memerlukan tempat pementasan yang khusus.
Kurangnya perhatian dari masyarakat menyebabkan regenerasi dari tari Baris Tekok Jago ini menjadi lambat. Hal ini juga disebabkan karena para penarinya merupakan pengayah (peletan) dari pura Dalem Gegelang.