Tradisi Ngereb di Desa Munggu

This post was written by ngurahsudarma on Juli 11, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

 kkkPerang tak selalu menimbulkan permusuhan dan korban jiwa. Kalimat ini adalah gambaran dari tradisi ngerebeg atau biasa di sebut dengan mekotek yang slalu di lakukan warga desa munggu, kecamatan mengwi, kabupaten badung, bali , yang di laksanakan setiap hari raya kuningan , tradisi ngerebeg di anggap suatu upacara yang paling pokok di dalam mencapai keselamatan. Oleh karan pada saat upacara ngerebeg dilakukan oleh warga desa merasa wajib untuk ikut serta dalam upaca ngerebeg. Mereka seolah olah di ikat oleh tali pengikat sehingga timbul suatu kepercayaan bahwa kalau tidak mengikuti upacara ngerebeg , maka keselamatan akan terancam . demikian tebalnya kepercayaam masyarakat desa munggu terhadap fumgdi dari upacara ngerebeg , sehingga tradisi ngerebeg bias membudaya dan berkembang terus sejalam dan perkembangan kepercayaan masyarakat desa adat munggu dalam menanggapi keselamatan.Berdasarkan uraian diatas bahwa upacara Ngerebeg merupakan bagian dari ajaran Agama Hindu yang mempunyai arti dan fungsi yang mendasar dalam kehidupan keagamaan bagi masyarakat Desa Munggu.mengingat upacara ini mempunyai fungsi dan tujuan yang penting dalam kehidupan Agama Hindu pelaksanaan upacara ini mempunyai arti dasar karena membentangkan dasar-dasar moral agama yang tinggi seperti mendahulukan persembahan dari pada kepentingan pribadi, memupuk sikap gotong royong tenggangrasa serta mempertebal ketaqwaan umat terhadap Tuhan Hyang Maha Esa. Di samping itu upacara Ngerebeg perlu dilertarikan agar nilai-nilai filosofis, etika dan upacaranya tetap langgeng.

            Melihat fenomena diatas, maka penulis tertarik mengangkat kasus tentang pelestarian tradisi ngerebeg yang pelaksanaannya dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat di Desa Munggu. Alas an lain peneliti ini semakin penting dilakukan karena: adanya suatu yang menurut penulis sangat unik, karena upacara ngerebeg yng dilaksanakan tiap hari tumpek kuningan sepengetahuan penulis  hanya disaksikan di Desa Munggu saja. Dan adanya persamaan istilah anatar “grebeg” (suatu upacara yang besar) di Jawa, pada jawaman kerajaan Majapahit dengan istilah “Ngerebeg” di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Adanya faktor-faktor pendorong dalam bidang keagamaan maupundi bidang social lainnya sehingga upcara ini bias berlangsung sampai kini serta menjadi sebuah tradisi yang turun-temurun dilaksanakan oleh masyarakat Desa Munggu, serta adanya rasa ketidaktahuan dari sebagian besar penduduknya, khususnya para generasi muda mengenai arti dari upacara Ngerebeg. Sebagian besar mereka menganggap bahwa upacara ini suatu tradisi turun-temurun yang memang harus dilaksanakan demikian adanya sehingga perlu untuk diungkapkan makna maupun latar belakangnya. Selain sebagai symbol kemenangan kerajaan mengwi pada perang melawan kerajaan blambangan, tradisi Ngerebeg juga merupakan upaya untuk menolak bala warga Desa Munggu yang pernah menimpa Desa ini. I Ketut Korni, wawancara 13 januari 2011). Maka dari itu, penulis merasa perlu diadakannya suatu penyuluhan untuk masyarakat khususnya generasi muda agar lebih memahami pentingnya melestarikan tradisinya Ngerebeg agar tidak punah dan tetap lestari.

            Dijelaskan, tradisi Ngerebeg dilaksanakan dengan tujuan memohon keselamatan umat di Desa Munggu sekaligus upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa warga Desa Munggu. Disamping itu tradisi Ngerebeg juga merupakan kreatifitas masyarakat dan juga merupakan sarana dalam rangka mengkomunikasikan segala perasaan, ide-ide, sikap-sikap, serta nilai-nilai para seniman maupun masyarakat pendukungnya. Upacara Ngerebeg merupakan upacara khas masyarakat Desa Munggu, kekhasannya dapat kita  lihat dari bagaimana masyarakat menikmati, menghayati dan mengekspersikan segala perasaannya lewat upacara tersebut senantiasa terkait dengan segenap aspek kehidupannya yang tidak terlepas dari nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, serta symbol-simbol yang berlaku masyarakatnya. Dalam atraksi upacara Ngerebeg, setiap warga yang mengikuti diwajibkan membawa sebuah kayu jenis pullet yang panjangnya sekitar 3,5 atau 4 meter yang menyerupai tombak, dan pada saat bersamaan diparadekan juga senjata-senjata suci warisan dari kerajaan mengwi, antara lain Tamiang Kulem (perisai), keris, Tombak, dan Umbul-umbul. Selanjutnya yang Nampak unik dan menarik, disetiap titik tertentu khususnya pada persimpangan-persimpangan jalan, kayu-kayu itupun di adu dan masing-masing kramapun menahan kayu itu  kuat-kuat sehingga menyerupai kerucut.

            Terkait dengan fenomena upacara Ngerebeg tersebut tersebut, oleh masyarakat Desa Munggu tetap dilaksanakan dengan berpedoman pada lontar Sri Jaya Kasunu yang isinya tidak berani melalaikan upacara warisan nenek moyangnya agar terhindar dari masalah yang sama, timbulnya musibah yang dapat melanda masyarakat seperti yang dialami oleh Raja dan Rakyat sebelum pemerintahan Raja Sri jaya Kasunu.

sumber : Bendesa adat, desa adat Munggu

Comments are closed.

Next Post:
Previose Post: