tari sang hyang

This post was written by ngurahsudarma on Juli 11, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

ljjljjTari Sanghyang. Dalam beberapa literatur disebutkan ada banyak jenis Tari Sanghyang di Bali. Jane Belo di dalam bukunya yang berjudul Trance in Bali ( 1960 ), semua itu  ditulis berdasarkan studinya antara tahun 1930-an sampai dengan tahun 1940-an di Bali mencatat jenis-jenis tari Sanghyang seperti berikut :Sanghyang Lelipi, Sanghyang Celeng, Sanghyang Kuluk, Sanghyang Bojog, Sanghyang Sripuput, Sanghyang Memedi, Sannghyang Capah, Sanghyang Sela Perahu, SanghyangSampat, Sanghyang Dedari, Sanghyang Lesung, Sanghyang Kekerek, Saghyang Jarang Gading, Sanghyang Jaran Putih, Sanghyang Teter, Sanghyang Dongkang, Sanghyang Penyu, Sanghyang Lilit Litig, Sanghyang Sambe, dan Sanghyang Tutup.Namun, pada kenyataan pada kehidupan seni ( Sannghyang ) di Bali tidak semua yang ditulis oleh Jane Belo masih aktif / hidup. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa ASTI / STSI Denpasar, hingga tahun 1980-an di beberapa  desa di Bali ditemukan sembilan macam tari Saghyang yang masih aktif dipentaskan di masyarakat. Kesembilan macam tari yang Sanghyang yang dimaksud adalah : Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Jaran, Sanghyang Celeng, Sanghyang  Bojog, Sanghyang Memedi, Sanghyang Sampat, Sanghyang Penyalin, dan Sanghyang Sengkrong. Untuk lebih jelasnya di bawah ini diuraikan sekelumit hal-ikhwal tari Sanghyang tersebut diatas seperti berikut :

  1. Sanghyang Dedari. Sang dedari sampai saat ini masih ada di beberapa desa di Bali seperti di desa Cemenggon / Sukawati, desa Bona / Blahbatuh, biasanya  ditarikan oleh dua orang gadis cilik yang belum akil balik, atau belum mengalami menstruasi. Dengan memakai busana yang menyerupai Legong Keraton ( hiasan kepalanya ) mereka menari dengan mata tertutup di sekeliling arena tempat pementasan setelah kemasukan roh suci para bidadari dari Kahyangan.Tari Sanghyang Dedari pada umumnya diiringi dengan musik vokal atau nyanyian koor yang berlaras slendro. Di beberapa desa, koor laki-laki dan cak juga dipakai untuk mengiringi tarian ini, di desa Cemenggon  Sukawati tarian ini juga diiringi gambelan Palegongan. Sebagai tarian sakral, tari Snhyang Dedari lazimnya dipentaskan di halaman Pura.
  2. Sanghyang Deling. Deling adalah sebuah boneka kecil yang dibuat dari daun rontal. Tarian Sanghyang Deling memakai sarana Deling,  dua buah boneka deling digantungkan pada seutas benang yang kedua ujung-ujungnya diikatkan pada batang pohon dadap yang beralaskan sebuah dulang. Dua orang gadis cilik penari Sanghyang Deling masing-masing memegang pohon dadap, menggetarkan dan menggoyangkan, sehingga dua boneka delig bergerak-gerak bagaikan menari. Diransang oleh irama nyanyian vokal yang semakin cepat dari sekelompok penyanyi wanita, gerakan boneka deling menjadi semakin cepat, dan kedua  penaripun tak lama kemudian menjadi kesurupan. Seperti dalam tari Sanghyang Dedari, kedua penari Sanghyang Deling bergerak dengan kedua mata tertutup sambil menginjak-injak bara api. Puncak dari pertunjukan tari Sanghyang Deling adalah kketika kedua penari naik dan menari diatas pundak juru pundut ( laki-laki yang membopongnya ). Tari  Sanghyang  Deling hingga kini masih ada di daerah Kintamani, Bangli.
  3. Sanghyang Jaran. Tari Sanghyang Jaran adalah tarian kerawuhan yang terjadi karena penariya kemasukan roh kuda suci ( tunggangan  para dewata )  dari sorga. Berbeda  dengan tari Sanghyang Dedari dan Sanghyang Deling. Sanghyang Jaran dibawakan oleh seorang penari laki-laki. Penari yang sudah kerawuhan, sambil menggerak-gerakkan boneka kuda-kudaan yang ditungganginya, penari bergerak berjingkrak-jingkrak, berlari, melompat, dan meloncat, menirukan gerak-gerik seekor kuda. Puncak dari pertunjukan tari Sanghyang Jaran adalah ketika Sanghyang Jaran menceburkan diri ke dalam bara api seolah-olah sang kuda hendak bermandikan bara api. Tari Sanghyang Jaran hingga kini masih ada di beberapa desa di kabupaten Gianyar, Tabanan, dan Denpasar.
  4. Sanghyang Celeng. Tari Sanghyang Celeng adalah tarian kerawuhan yang terjadi karena penarinya kemasukan roh babi dari kahyangan. Dibawakan oleh seorang penari laki-laki yang mengenakan busana sangat sederhana yaitu kain buletan dengan sekujur tubuhnya dibalut ijuk sehingga menyerupai bulu babi, tarian ini biasanya dilakukan di halaman balai banjar atau twmpat-tempat tertentu lainnya. Dalam keadaan kesurupan penari bergerak menirukan tingkah pola seekor babi yang dengan ganasnya menyeruduk ( ngelumbih ) gundukan tanah untuk mencari makan. Nyanyian koor yang dibawakan oleh sekelompok penyanyi berisikan kata-kataejekan yang dapat membuat sang babi menjadi marah. Dalam keadaan seperti ini tidak jarang penari Sanghyang Celeng lari ke kebun-kebun penduduk untuk mencari umbi-umbian, yang unik dalam tarian ini adalah penarinya tidak boleh kena air. Jika penariya kena air maka ia pun akan sadar kembali dan ini berarti pertunjukan akan terhenti. Tari Sanghyang Celeng hingga kini masih ada di desa Duda, Selat, Karangasem.
  5. Sanghyang Bojog. Tari Sanghyang ini terjadi karena adanya roh kera suci dari kahyangan yang memasuki tubuh penari. Sanghyang Bojog dipentaskan pada malam hari. Dibawakan oleh penari laki-laki yang memakai bbusana yang amat sederhana ( kain buletan ), topi, dan ekor yang diuat dari ijuk. Dalam keadaan kerawuhan penari bergerak dengan lincahnya seperti halnya seekor kera. Sambil menirukan suara kera, penari memanjat pohon bambu atau lainnya yang telah dipersiapkan. Ketika naik pohon, penari memanjat pohon dengan kepala di atas namun ketika turun kepalanya ke bawah. Penari Sanghyang Bojog tidak boleh kena air karena akan dapat terhenti. Biasanya Sanghyang Bojog yang hingga kini hanya ada di daerah Duda, Selat, Karangasem, dipentaskan setelah matahari terbenam.
  6. Sanghyang Memedi. Di dalam bahasa bali, mamedi berarti roh halus yang suka menyembunyikan manusia, binatang, atau benda-benda milik seseorang. Sanghyang Mamedi adalah sebuah tarian kerawuhan yang terjadi karena penarinya kemasukan roh mamedi. Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari laki-laki ( pemangku ) dan diiringi dengan musik vokal berupa nyanyian-nyanyian dan kidung yang dimainkan oleh penyanyi wanita. Pada waktu menari, penari Sanghyang Mamedi berbusana serba putih, membawa sebilah keris terhunus. Beberapa kali penari melakukan gerakan menusuk  seolah-olah membunuh sesuatu. Tari Sanghyang Mamedi dipentaskan sebagai penolak wabah atau memohon kesuburan.
  7. Sanghyang Sampat. Tari sanghyang sampat adalah tarian kerawuhan yang memakai sapu lidi ( sampat ) sebagai media. Dalam mempertunjukannya, sebuah sapu lidi yang telah dihias dengan bunga-bungaan dan kain putih kuning diletakkan pada sebuah tempat ( dulang ). Seorang penari yang telah ditentukan duduk sambil memegang sapu tersebut. Melalui suatu proses pedudusan yang diiringi dengan nyanyian-nyanyian koor oleh sekelompok penari penyanyi pria dan wanita, penari sanghyang kemudian kerawuhan lalu menari sambil membawa sapu ke sekeliling arena. Yang unik dalam pertunjukan tarian sanghyang yang berada di puluh-puluh Tabanan ini adalah proses kerawuhan yang terjadi secara estapet. Setiap orang yang disentuh oleh penari sanghyang yang sudah kerawuhan menjadi ikut kesurupan dengan merebut sapu yang dibawa oleh penari sebelumnya.
  8. Sanghyang Penyalin. Tari sanghyang penyalin adalah tarian kerawuhan yang memakai sebatang rotan ( sekitar 6 meter ) sebagai media. Dalam pertunjukannya, sebatang penyalin yang digulung diletakkan pada sebuah tempat ( dulang ). Seorang penari yang telah ditentukan duduk sambil memegang rotan tersebut. Tarian ini adalah tarian penolak bala.
  9. Sanghyang Sengkrong. Tarian kerawuhan ini mempergunakan media berupa sebuah gelungan sobrat ( gambrang ) dengan rambut panjang. Oleh warga desa Pemogan, Badung banyak dikaitkan dengan Ida Ratu Mayun Anom Sakti menginginkan agar dibuatkan tempat berupa persemayaman. Oleh warga setempat, tari sanghyang sengkrong dipentaskan sebagai penolak bala. Tari sanghayng sengkrong dibawakan oleh seorang penari laki-laki yang sudah dewasa dan telah disucikan terlebih dahulu. Penarinya mengenakan busana serba putih dan membawa kipas.

Sumber : Buku tentang tari sakral

Comments are closed.

Previose Post: