PAMERAN PRODUK KEKRIYAAN
oleh
Agus Mulyadi Utomo
Menyaksikan pembukaan pameran “KRIYATIVE #1”, produk kriya kreatif yang bartajuk “Dinamika Karya Kriya ISI Denpasar” jam 17.00 Wita, pada tanggal 25 November 2014, dibuka oleh DR. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum, Rektor ISI Denpasar, dalam kata sambutan bahwa dunia pendidikan seni termasuk kriya diharapkan lebih responsive, kreatif dan mampu melakukan inovasi dan berpartisipasi aktif mewujudkan eksistensi kekriyaan dalam jagat seni pada umumnya. Pameran dibuka sampai tgl. 6 Desember 2014 di Museum Pendet, Jalan Nyuh Bojog, Banjar Nyuh Kuning, Mas Ubud, Gianyar. Pameran ini memberikan ruang kepada mahasiswa untuk unjuk kerja kreatif. Mahasiswa sebagai peserta pameran, merupakan insan muda akademis yang mencoba mengekplorasi dan berusaha menampilkan karyanya, dimaksudkan untuk membuka wawasan dalam memperkaya nilai-nilai seni-kekriyaan dan kemanusiaan serta pembelajaran berkesenian yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga mahasiswa bisa berfikir dengan semestinya, yaitu bagaimana mempersiapkan diri sebagai calon lulusan bidang studi kriya yang professional dan kompetitif serta mampu menghasilkan produk kreatif-inovatif. Ditemui pada pembukaan pameran produk kriya kreatif di Museum Pendet ini, DRS. I Ketut Muka P, M.Si, Ketua Jurusan Kriya ISI Denpasar, menyebut bahwa pameran kali ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kriya dan bekerjasama dengan Museum Pendet, adalah serangkaian dari kegiatan di Jurusan Kriya pada bulan November 2014, dimulai dari studi lapangan kekriyaan dengan meninjau pengusaha / perajin tenun, songket, uang kepeng, logam, keramik dan gerabah bersama mahasiswa dan dosen, yakni 3 perusahaan kerajinan di Klungkung dan 3 perusahaan kerajinan di Tabanan. Dilanjutkan dengan kegiatan HMJ Kriya Nusantara di Yogyakarta dan terakhir adalah pameran unjuk kerja kreatif ini di Museum Pendet. Ia menyampaikan himbauan kepada berbagai pihak untuk bisa berpartisipasi atau dapat bekerjasama, ikut berperan serta membangun SDM dibidang produk kekriyaan. Selain Museum Pendet, yaitu Museum Tanteris di Tabanan dalam kunjungan lapangan tersebut (diresmikan akhir tahun ini) sudah memberikan sinyal kesediaan sebagai tempat berpameran dan kerja praktek di perusahaan Tanteris Keramik. Selanjutnya, diharapkan ada lagi pihak lain yang terbuka ikut berpartisipasi memajukan pendidikan tinggi kekriyaan bisa memberikan kesempatan yang sama dan positif serta berkelanjutan sebagai perusahaan/lembaga sebagai tempat untuk kerja praktek mahasiswa, studi lapangan dan lainnya.
Geliat Dinamis Produk Kekriyaan
Manusia dihadapkan berbagai macam tantangan hidup, bisa bersumber dalam dirinya, lingkungan, alam, sosial-budaya dan sebagainya, saling mempengaruhi serta saling berhubungan satu dengan lainnya. Dengan menggunakan akal, pikiran, perasaan dan ketrampilannya, pada akhirnya mampu mengatasi, memecahkan, memberi solusi, sehingga membuahkan hasil yang menyenangkan, bermanfaat ke arah tingkat kemajuan yang lebih tinggi dan layak. Setiap saat manusia dihadapkan suatu sikap untuk bisa mengambil keputusan atau tindakan sebagai suatu reaksi terhadap keadaan dan kebutuhan. Bereaksi itulah yang menyebabkan bisa melangkah untuk lebih maju dan berkembang, Tindakan bisa dengan reaksi intelektual (akal-ilmiah) atau emosional (rasa-ekspresi) atau didorong oleh kemauan atau kehendak (karsa) untuk senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan, berupa kegiatan merancang hingga mewujudkan produk bernilai sebagai hasil dari olah cipta, olah akal, olah rasa dan karsa. Setiap orang tentu ada keinginan untuk mengungkapkan tentang perasaannya, gagasannya, tanggapannya, pendapatnya, sikap dan pengalamannya adalah naluri telah diwarisi secara turun-temurun.
Wujud dinamika produk kekriyaan, dalam kenyataan dimasyarakat tampak sulit dibedakan satu dengan lainnya, karena bisa terjalin menjadi suatu rangkaian yang tidak terpisahkan. Dimana adat-istiadat, kebiasaan dan kepercayaan serta agama turut pula memberi arah pada pembuatan produk nyata sebagai wujud dari konsep yang dianggap bernilai atau ideal. Kehadiran benda tentu akan berakibat munculnya ide atau gagasan baru atau benda-benda yang baru pula, demikian seterusnya dan bisa merupakan serangkaian sebab-akibat atau sebagai proses pembelajaran menuju suatu yang lebih baik dan berkembang, sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya. Juga keberadaan produk kriya bisa sebagai suatu kompleks aktivitas, sesuatu yang dipolakan dan sebagai benda hasil karya manusia yang nyata atau kasat mata, dapat diraba dan difoto, mulai benda bangunan besar dengan hiasan interior dan eksterior serba kolosal, lalu candi-candi serta patung atau arca-arca, pakaian atau fashion, perhiasan atau aksesoris, hingga benda yang kecil peralatan hidup sehari-hari, benda magis-spiritual, sampai pada benda seni yang murni emosional.
Produk kriya umumnya mempunyai nilai fungsi atau bermanfaat ganda baik untuk perlengkapan hidup sehari-hari maupun untuk keperluan khusus misalnya untuk tujuan keindahan atau dekoratif (pajangan) dan pada awalnya disebut sebagai produk kriya. Benda-benda tersebut, yang berasal dari daerah-daerah Nusantara merupakan lambang atau citra dan cita rasa masyarakat daerah tersebut, sesuai dengan kepribadian masyarakat dilingkungannya yang tentunya ada perbedaan sedikit atau banyak dengan masyarakat daerah lainnya, karena adat kebiasaan atau kepercayan-agama atau terjadi kompleks sistem referensi yang bisa juga berbeda satu dengan yang lain. Semakin khusus dan khas gaya yang dimiliki benda kriya maka semakin mudah dikenali dan mudah pula mentradisi serta berkembang mencapai puncak mutu dan kejayaan serta menjadi bersifat klasik.
Bagaimanakah kelanjutan benda-benda kriya dengan wacana kekinian dengan wawasan intelektual (ilmiah) sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern di era global ? Untuk menjawabnya diperlukan pemahaman dan wawasan tentang kekriyaan itu sendiri, terutama bagi para kriyawan muda, pengusaha, pelaku pasar, mahasiswa dan perajin untuk dapat memberikan arah dalam pengembangkan kriya ke masa depan. Apalagi kini santer berkembang produk kreatif menjadi bagian industri kreatif dan inovatif, tidak hanya sekedar wacana dikalangan praktisi dan akademisi, tetapi sudah diimplementasikan sebagai hasil karya yang eksklusif dan konsep pengembangannya tentu ada di perguruan tinggi seni.
KARYA-KARYA MAHASISWA KRIYA ISI DENPASAR
Peserta pameran kali ini diikuti oleh lebih 40 mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kriya ISI Denpasar, juga ada 6 karya alumni kriya, termasuk karya beberapa mahasiswa asing yang sedang belajar di Kriya ISI Denpasar, mereka semua memajang karya kriya yang beragam coraknya. Ada yang menampilkan produk kriya fungsional, ada produk kriya seni murni dan produk khusus dekoratif sebagai hiasan atau pajangan. Sepintas terlihat ada keramik, ukir kulit, tas, kap lampu, topeng, hiasan dinding, patung, dan lainnya.
I Gd Mahardika menampilkan keramik guci citra labu, yang terlihat lebih matang dalam mengkomposisi bentuk. Kadek Yuliawan dengan karya stoneware berjudul ‘Leleh-leleh”. Ada kotak perhiasan dari I Md Sudibya berbahan kayu nangka. Topeng Arsa Wijaya oleh I KM Kerta Yasa dari kayu pule. Keramikus yang duduk di semester lima yaitu I Km Adi Artha, sudah terlihat lebih dewasa, ia menampilkan bentuk vas berglasir coklat, dimana pada bagian tertentu diperlihatkan ketegangan akibat kesalahan atau suatu kejadian, yang berhasil menunjukkan lingkaran lembaran yang sisi atas tak sama atau karya lainnya ada bagian kulit luar dan kulit berwarna kontas atau gelap terang, berisikan corak dekorasi geometris sebagai center of interest. Desak Made Yuni, seniornya menampilkan vas keramik yang terlihat unik, yaitu badan vas berdekorasi tumbuhan pohon anggur dengan warna yang bervariasi coklat dan krem, diikat dengan warna biru pada bagian mulut-leher vas membuat vas terlihat lebih menarik. Sedangkan I Putu Adi Wikarsa menampilkan keramik seperti bentuk vas, dimana lehernya dibelah dua dan bagian perut dikuak sehingga terlihat bagian dalam bawah yang difungsikan sebagai “Onion Lamp- Aroma Terapi”, dan produk kriya keramik lainnya. Kriyawan muda yang menampilkan keramik diantaranya seperti Rai Gede Wahyudi Putra, karyanya fungsional berupa teaset stoneware dengan glasir warna merah orange yang seakan terasa hangat, berhiaskan corak ornamen tradisi batun timun dengan warna dasar kuning. Ada I Km Budi Purwanto, menampilkan bentuk patung yang imut dari wujud “Dewi Saraswati” dengan glasir warna coklat. Lalu IGN Agus Marnata, mahasiswa semester awal ini menampilkan patung orang mabuk berwarna coklat dan Garuda Wisnu berwarna putih pucat. Teman seangkatannya Ni Kadek Dian Wahuri, menampilkan keramik lobang terawang seolah mencari makna baru yang dikombinasi gambar bunga dan daun sebagai vas bunga kering Kriyawan muda bernama I Wayan Yuniantarayana, menampilkan karya berbahan batok kelapa, digabung rotan dan kayu yang menunjukkan upaya kreatif cukup tinggi dalam mendesain produk yang dirangkai seperti sekumpulan dedaunan, difungsikan sebagai kap lampu. Rekannya I Wayan Sulastra menampilkan karya logam tembaga yang diberi judul “Daun Timbul” yang juga dapat difungsikan sebagai kap lampu tempel. Karya I Wy Eka Septiana berupa produk desain kekriyaan, berfungsi sebagai tempat lampu tempel yang terdapat ukiran kulit dengan ornamen warna-warni yang mencolok, pada bagian penyangga di bawah terbuat dari bambu dan kayu. Demikian pula karya I Kt Edi Setiawan, sebagai desain kekriyaan yang sederhana berfungsi sebagai kap lampu yang ditempel pada dinding, bermotifkan teratai dari bahan kayu jati, lidi, benang wol, rotan dan besi sebagai kerangka.
Ada juga asbak, dimana bunga kamboja diwarnai kuning semu keputihan dan satu lembar daun hijau, dan serangkaian ukiran yang terbuat dari kayu jati dibuat oleh I N Adnyana Putra. Tidak ketinggalan pada pameran ini, juga menampilkan gambar tradisi yang dibingkai kaca di atas kanvas dengan warna cat air ini diberi judul “Semara Ratih” dibuat oleh I Made Susanto. Produk lain tampil seperti jam meja dengan kemasan, berbentuk monyet karya I Wayan Swantara. Ada seni konsep kriyawan anyar yang meniru citra bonsai dari I Wayan Sutama. Juga produk lampu dinding memanfaatkan batok kelapa karya I Pt Gd Panca Palguna. Lalu kriya seni murni ditampilkan Onky Putra Pratama berjudul “Erosi”, berupa ukiran kayu mahoni mengesankan garis dimensi bergelombang vertikal dan garis horizontal yang melintas, seolah ada yang berteriak minta perhatian diwanai gelap. Produk kriya dekoratif lain seperti berbahan tulang sapi, dibuat dengan ketekunan khusus ukirannya bermotif flora dan fauna dan diberi judul “Sapi Kesayangan” . Kriya ekspresi murni lainnya dibuat oleh I Nyoman Juliana, menampilkan ”ekspresi kepala-kepala kuda liar”, yang terbuat dari kayu jati. Dan penampilan elemen dasar desain kekriyaan yang ditampilkan oleh kriyawan muda seperti Muhamad Azhar dan I Gd Wana Arsa Putra. Elemen bentuk dan garis menggunakan berbagai bahan (mix media), seperti bunga matahari dan suatu bentuk tiga dimensi. Dan masih banyak bentuk produk kriya lainnya. Dari unjuk karya ini, sesungguhnya bagi mereka dalam rangka mencari pengalaman di masyarakat dan menimba ilmu dari segala arah, disamping mengetahui selera pasar dan pemasaran produk kekriyaan. Tidak lain semua itu untuk menyempurnakan karya mereka dimasa mendatang. Untuk itu masukan, kritik dan dorongan yang sifatnya positif diperlukan bagi mahasiswa yang sedang berproses dan penyelenggara pendidikan kekriyaan di Perguruan Tinggi.
Keterangan: Suasana Pembukaan Pameran Kriya dan beberapa karya yang dipamerkan