Mulyadi Utomo

Blog SENI, DESAIN KRIYA PRODUK

  • Home
  • Agama Islam: Peringatan Isra Mi’raj

26

Nov

PAMERAN PRODUK KEKRIYAAN DI MUSEUM PENDET

Posted by mulyadiutomo  Published in Pameran Seni

PAMERAN PRODUK KEKRIYAAN
oleh
Agus Mulyadi Utomo
Menyaksikan pembukaan pameran “KRIYATIVE #1”, produk kriya kreatif yang bartajuk “Dinamika Karya Kriya ISI Denpasar” jam 17.00 Wita, pada tanggal 25 November 2014, dibuka oleh DR. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum, Rektor ISI Denpasar, dalam kata sambutan bahwa dunia pendidikan seni termasuk kriya diharapkan lebih responsive, kreatif dan mampu melakukan inovasi dan berpartisipasi aktif mewujudkan eksistensi kekriyaan dalam jagat seni pada umumnya. Pameran dibuka sampai tgl. 6 Desember 2014 di Museum Pendet, Jalan Nyuh Bojog, Banjar Nyuh Kuning, Mas Ubud, Gianyar. Pameran ini memberikan ruang kepada mahasiswa untuk unjuk kerja kreatif. Mahasiswa sebagai peserta pameran, merupakan insan muda akademis yang mencoba mengekplorasi dan berusaha menampilkan karyanya, dimaksudkan untuk membuka wawasan dalam memperkaya nilai-nilai seni-kekriyaan dan kemanusiaan serta pembelajaran berkesenian yang dibutuhkan masyarakat. Sehingga mahasiswa bisa berfikir dengan semestinya, yaitu bagaimana mempersiapkan diri sebagai calon lulusan bidang studi kriya yang professional dan kompetitif serta mampu menghasilkan produk kreatif-inovatif. Ditemui pada pembukaan pameran produk kriya kreatif di Museum Pendet ini, DRS. I Ketut Muka P, M.Si, Ketua Jurusan Kriya ISI Denpasar, menyebut bahwa pameran kali ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kriya dan bekerjasama dengan Museum Pendet, adalah serangkaian dari kegiatan di Jurusan Kriya pada bulan November 2014, dimulai dari studi lapangan kekriyaan dengan meninjau pengusaha / perajin tenun, songket, uang kepeng, logam, keramik dan gerabah bersama mahasiswa dan dosen, yakni 3 perusahaan kerajinan di Klungkung dan 3 perusahaan kerajinan di Tabanan. Dilanjutkan dengan kegiatan HMJ Kriya Nusantara di Yogyakarta dan terakhir adalah pameran unjuk kerja kreatif ini di Museum Pendet. Ia menyampaikan himbauan kepada berbagai pihak untuk bisa berpartisipasi atau dapat bekerjasama, ikut berperan serta membangun SDM dibidang produk kekriyaan. Selain Museum Pendet, yaitu Museum Tanteris di Tabanan dalam kunjungan lapangan tersebut (diresmikan akhir tahun ini) sudah memberikan sinyal kesediaan sebagai tempat berpameran dan kerja praktek di perusahaan Tanteris Keramik. Selanjutnya, diharapkan ada lagi pihak lain yang terbuka ikut berpartisipasi memajukan pendidikan tinggi kekriyaan bisa memberikan kesempatan yang sama dan positif serta berkelanjutan sebagai perusahaan/lembaga sebagai tempat untuk kerja praktek mahasiswa, studi lapangan dan lainnya.

Geliat Dinamis Produk Kekriyaan

Manusia dihadapkan berbagai macam tantangan hidup, bisa bersumber dalam dirinya, lingkungan, alam, sosial-budaya dan sebagainya, saling mempengaruhi serta saling berhubungan satu dengan lainnya. Dengan menggunakan akal, pikiran, perasaan dan ketrampilannya, pada akhirnya mampu mengatasi, memecahkan, memberi solusi, sehingga membuahkan hasil yang menyenangkan, bermanfaat ke arah tingkat kemajuan yang lebih tinggi dan layak. Setiap saat manusia dihadapkan suatu sikap untuk bisa mengambil keputusan atau tindakan sebagai suatu reaksi terhadap keadaan dan kebutuhan. Bereaksi itulah yang menyebabkan bisa melangkah untuk lebih maju dan berkembang, Tindakan bisa dengan reaksi intelektual (akal-ilmiah) atau emosional (rasa-ekspresi) atau didorong oleh kemauan atau kehendak (karsa) untuk senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan, berupa kegiatan merancang hingga mewujudkan produk bernilai sebagai hasil dari olah cipta, olah akal, olah rasa dan karsa. Setiap orang tentu ada keinginan untuk mengungkapkan tentang perasaannya, gagasannya, tanggapannya, pendapatnya, sikap dan pengalamannya adalah naluri telah diwarisi secara turun-temurun.
Wujud dinamika produk kekriyaan, dalam kenyataan dimasyarakat tampak sulit dibedakan satu dengan lainnya, karena bisa terjalin menjadi suatu rangkaian yang tidak terpisahkan. Dimana adat-istiadat, kebiasaan dan kepercayaan serta agama turut pula memberi arah pada pembuatan produk nyata sebagai wujud dari konsep yang dianggap bernilai atau ideal. Kehadiran benda tentu akan berakibat munculnya ide atau gagasan baru atau benda-benda yang baru pula, demikian seterusnya dan bisa merupakan serangkaian sebab-akibat atau sebagai proses pembelajaran menuju suatu yang lebih baik dan berkembang, sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya. Juga keberadaan produk kriya bisa sebagai suatu kompleks aktivitas, sesuatu yang dipolakan dan sebagai benda hasil karya manusia yang nyata atau kasat mata, dapat diraba dan difoto, mulai benda bangunan besar dengan hiasan interior dan eksterior serba kolosal, lalu candi-candi serta patung atau arca-arca, pakaian atau fashion, perhiasan atau aksesoris, hingga benda yang kecil peralatan hidup sehari-hari, benda magis-spiritual, sampai pada benda seni yang murni emosional.
Produk kriya umumnya mempunyai nilai fungsi atau bermanfaat ganda baik untuk perlengkapan hidup sehari-hari maupun untuk keperluan khusus misalnya untuk tujuan keindahan atau dekoratif (pajangan) dan pada awalnya disebut sebagai produk kriya. Benda-benda tersebut, yang berasal dari daerah-daerah Nusantara merupakan lambang atau citra dan cita rasa masyarakat daerah tersebut, sesuai dengan kepribadian masyarakat dilingkungannya yang tentunya ada perbedaan sedikit atau banyak dengan masyarakat daerah lainnya, karena adat kebiasaan atau kepercayan-agama atau terjadi kompleks sistem referensi yang bisa juga berbeda satu dengan yang lain. Semakin khusus dan khas gaya yang dimiliki benda kriya maka semakin mudah dikenali dan mudah pula mentradisi serta berkembang mencapai puncak mutu dan kejayaan serta menjadi bersifat klasik.
Bagaimanakah kelanjutan benda-benda kriya dengan wacana kekinian dengan wawasan intelektual (ilmiah) sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern di era global ? Untuk menjawabnya diperlukan pemahaman dan wawasan tentang kekriyaan itu sendiri, terutama bagi para kriyawan muda, pengusaha, pelaku pasar, mahasiswa dan perajin untuk dapat memberikan arah dalam pengembangkan kriya ke masa depan. Apalagi kini santer berkembang produk kreatif menjadi bagian industri kreatif dan inovatif, tidak hanya sekedar wacana dikalangan praktisi dan akademisi, tetapi sudah diimplementasikan sebagai hasil karya yang eksklusif dan konsep pengembangannya tentu ada di perguruan tinggi seni.

KARYA-KARYA MAHASISWA KRIYA ISI DENPASAR

Peserta pameran kali ini diikuti oleh lebih 40 mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kriya ISI Denpasar, juga ada 6 karya alumni kriya, termasuk karya beberapa mahasiswa asing yang sedang belajar di Kriya ISI Denpasar, mereka semua memajang karya kriya yang beragam coraknya. Ada yang menampilkan produk kriya fungsional, ada produk kriya seni murni dan produk khusus dekoratif sebagai hiasan atau pajangan. Sepintas terlihat ada keramik, ukir kulit, tas, kap lampu, topeng, hiasan dinding, patung, dan lainnya.
I Gd Mahardika menampilkan keramik guci citra labu, yang terlihat lebih matang dalam mengkomposisi bentuk. Kadek Yuliawan dengan karya stoneware berjudul ‘Leleh-leleh”. Ada kotak perhiasan dari I Md Sudibya berbahan kayu nangka. Topeng Arsa Wijaya oleh I KM Kerta Yasa dari kayu pule. Keramikus yang duduk di semester lima yaitu I Km Adi Artha, sudah terlihat lebih dewasa, ia menampilkan bentuk vas berglasir coklat, dimana pada bagian tertentu diperlihatkan ketegangan akibat kesalahan atau suatu kejadian, yang berhasil menunjukkan lingkaran lembaran yang sisi atas tak sama atau karya lainnya ada bagian kulit luar dan kulit berwarna kontas atau gelap terang, berisikan corak dekorasi geometris sebagai center of interest. Desak Made Yuni, seniornya menampilkan vas keramik yang terlihat unik, yaitu badan vas berdekorasi tumbuhan pohon anggur dengan warna yang bervariasi coklat dan krem, diikat dengan warna biru pada bagian mulut-leher vas membuat vas terlihat lebih menarik. Sedangkan I Putu Adi Wikarsa menampilkan keramik seperti bentuk vas, dimana lehernya dibelah dua dan bagian perut dikuak sehingga terlihat bagian dalam bawah yang difungsikan sebagai “Onion Lamp- Aroma Terapi”, dan produk kriya keramik lainnya. Kriyawan muda yang menampilkan keramik diantaranya seperti Rai Gede Wahyudi Putra, karyanya fungsional berupa teaset stoneware dengan glasir warna merah orange yang seakan terasa hangat, berhiaskan corak ornamen tradisi batun timun dengan warna dasar kuning. Ada I Km Budi Purwanto, menampilkan bentuk patung yang imut dari wujud “Dewi Saraswati” dengan glasir warna coklat. Lalu IGN Agus Marnata, mahasiswa semester awal ini menampilkan patung orang mabuk berwarna coklat dan Garuda Wisnu berwarna putih pucat. Teman seangkatannya Ni Kadek Dian Wahuri, menampilkan keramik lobang terawang seolah mencari makna baru yang dikombinasi gambar bunga dan daun sebagai vas bunga kering Kriyawan muda bernama I Wayan Yuniantarayana, menampilkan karya berbahan batok kelapa, digabung rotan dan kayu yang menunjukkan upaya kreatif cukup tinggi dalam mendesain produk yang dirangkai seperti sekumpulan dedaunan, difungsikan sebagai kap lampu. Rekannya I Wayan Sulastra menampilkan karya logam tembaga yang diberi judul “Daun Timbul” yang juga dapat difungsikan sebagai kap lampu tempel. Karya I Wy Eka Septiana berupa produk desain kekriyaan, berfungsi sebagai tempat lampu tempel yang terdapat ukiran kulit dengan ornamen warna-warni yang mencolok, pada bagian penyangga di bawah terbuat dari bambu dan kayu. Demikian pula karya I Kt Edi Setiawan, sebagai desain kekriyaan yang sederhana berfungsi sebagai kap lampu yang ditempel pada dinding, bermotifkan teratai dari bahan kayu jati, lidi, benang wol, rotan dan besi sebagai kerangka.
Ada juga asbak, dimana bunga kamboja diwarnai kuning semu keputihan dan satu lembar daun hijau, dan serangkaian ukiran yang terbuat dari kayu jati dibuat oleh I N Adnyana Putra. Tidak ketinggalan pada pameran ini, juga menampilkan gambar tradisi yang dibingkai kaca di atas kanvas dengan warna cat air ini diberi judul “Semara Ratih” dibuat oleh I Made Susanto. Produk lain tampil seperti jam meja dengan kemasan, berbentuk monyet karya I Wayan Swantara. Ada seni konsep kriyawan anyar yang meniru citra bonsai dari I Wayan Sutama. Juga produk lampu dinding memanfaatkan batok kelapa karya I Pt Gd Panca Palguna. Lalu kriya seni murni ditampilkan Onky Putra Pratama berjudul “Erosi”, berupa ukiran kayu mahoni mengesankan garis dimensi bergelombang vertikal dan garis horizontal yang melintas, seolah ada yang berteriak minta perhatian diwanai gelap. Produk kriya dekoratif lain seperti berbahan tulang sapi, dibuat dengan ketekunan khusus ukirannya bermotif flora dan fauna dan diberi judul “Sapi Kesayangan” . Kriya ekspresi murni lainnya dibuat oleh I Nyoman Juliana, menampilkan ”ekspresi kepala-kepala kuda liar”, yang terbuat dari kayu jati. Dan penampilan elemen dasar desain kekriyaan yang ditampilkan oleh kriyawan muda seperti Muhamad Azhar dan I Gd Wana Arsa Putra. Elemen bentuk dan garis menggunakan berbagai bahan (mix media), seperti bunga matahari dan suatu bentuk tiga dimensi. Dan masih banyak bentuk produk kriya lainnya. Dari unjuk karya ini, sesungguhnya bagi mereka dalam rangka mencari pengalaman di masyarakat dan menimba ilmu dari segala arah, disamping mengetahui selera pasar dan pemasaran produk kekriyaan. Tidak lain semua itu untuk menyempurnakan karya mereka dimasa mendatang. Untuk itu masukan, kritik dan dorongan yang sifatnya positif diperlukan bagi mahasiswa yang sedang berproses dan penyelenggara pendidikan kekriyaan di Perguruan Tinggi.

labu-IGd Mahardika Susila 2014_0001labu-IGd Mahardika Susila 2014_00032013-06-24 10.27.022014-11-25 17.24.452014-11-25 17.19.51                                                                                                     Keterangan:  Suasana Pembukaan Pameran Kriya dan beberapa karya yang dipamerkan

764 comments

30

Nov

Pameran Kriya ISI Denpasar Di Ubud – Bali

Posted by mulyadiutomo  Published in Pameran Seni
karya agus mulyadi utomo (pinggir kiri-kanan) dan n. laba

karya agus mulyadi utomo (pinggir kiri-kanan) dan n. laba

Dari Pameran Kriya dan Fashion ISI Denpasar

“INOVASI PRODUK KRIYA DAN FASHION MENUJU INDUSTRI KREATIF’

Tahun 2012.

Oleh Agus Mulyadi Utomo

 Gallery Monkey Forest, Padangtegal Ubud, Gianyar diadakan pembukaan pameran produk kriya dan fashion bertajuk “Inovasi Produk Kriya dan Fashion Menuju Industri Kreatif”, yang diresmikan oleh Rektor ISI Denpasar yakni Dr. I Gede Arya Sugiartha, SS.Kar. M.Hum. Pameran yang bekerjasama dengan Gallery Monkey Forest itu merupakan sosialisasi akan keberadaan dari Jurusan Kriya Produk (PS. Kriya Seni dan PS. Fashion) sebagai alternatif / pilihan bagi lulusan SMA / SMK untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Seni Negeri di Bali.

Drs. Ketut Muka, M.Si sebagai Ketua Jurusan Kriya dalam  kata pengantarnya mengatakan bahwa selama ini sebagai jurusan yang terpinggirkan dan kini menggandeng Fashion yakni Program Studi baru yang memiliki kesamaan dari sisi keunggulan craftsmanhip.

Menanggapi hal tersebut Dekan FSRD, Dra. Ni Made Rinu, M.Si, bahwa sebagai sebuah kritik betapapun itu tidak menyenangkan  harus diterima serta dianggap positif. Bendesa Adat setempat menambahkan jangan sampai karya kreatif dan inovatif di Bali dimonopoli orang asing yang kini banyak membuka usaha dan kita hanya menonton saja, harapannya adalah mahasiswa berperan nantinya sebagai calon intelektual.

Dr. I Gede Arya Sugiartha, SS.Kar. M.Hum. mengatakan sebagai Rektor yang baru, bahwa “perubahan  harus datang dari Program Studi / jurusannya yang akan menjemput  kemajuan yang diinginkan”, sembari  tersenyum  penuh harap dan hal ini  merupakan awal dari segalanya.

Produk Kekriyaan

 

Seni Kriya merupakan hasil pekerjaan dengan berbagai ragam teknik merupakan cakupan dalam kebudayaan. Kebudayaan sebagai suatu sistem mencakup tiga wujud: wujud gagasan, wujud tingkah laku berpola dan hasil tingkah laku. Sudah sejak zaman prasejarah kita mengenal berbagai peninggalan berupa artefak, ada yang berupa peralatan, perhiasan dan sebagainya. Dan hasil karya tersebut dihasilkan karena ada ketrampilan seseorang dalam  membuat dan mengubah bahan atau benda keperluan sehari-hari menjadi karya kriya, sehingga diakui bahwa keberadaan kriya memang sudah sejak lama.

 

Seni kriya sudah sangat tua umurnya dan merupakan cikal bakal seni rupa Indonesia pada umumnya. Sejak zaman prasejarah manusia telah berkarya menghasilkan artefak (benda buatan manusia) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya:  a) Untuk keperluan yang bersifat teknis, seperti pisau (kapak batu), alat berburu, alat pertanian dan sebagainya. b) Sebagai penanda akan status sosial,contoh: perhiasan, mahkota dan perabotan rumahtangga. c) Untuk keperluan religius atau ritual (upacara) contoh patung.candi, dsbnya. Uraian historis dan pertumbuhan seni kriya tradisional Indonesia telah menjelaskan akan kehadirannya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang kini memiliki potensi dan peluang untuk  dikembangkan menjadi unit usaha Industrial (industri kreatif) dan inovatif sesuai tuntutan gaya hidup global sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan terutama menjadikan sebagai basis ekonomi kreatif.

 

Seni kriya hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan Indonesia bagaikan pernik-pernik manikam persada Nusantara. Kehadirannya beriringan sejalan dengan eksistensi manusia di tanah air. Penciptaannya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik kebutuhan jasmani (fisik) maupun kebutuhan rohani /jiwani (spiritual). Oleh karena itu, hasil karya sen kriya sering merepresentasikan  sebagai pola fikir dan perilaku masyarakat pada zamannya ( Franz Boas, 1955). Dan keberadaan seni kriya selalu berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi tertentu,meskipun pemenuhan fungsi-fungsi itu sering dipandang hanya dari sisi fisiknya saja,dan tidak menyeluruh, tidak sesuai dengan realitas kebutuhan hidup yang lengkap dan utuh.

 

Seni Kriya adalah semua hasil karya manusia yg memerlukan keahlian khusus yg berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya dapat dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya yg mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius). Namun seni kriya juga membutuhkan kemampuan kecakapan teknik (craftsmanhip) dan ketelatenan yg tinggi, sebagai suatu cirri khas seperti seni kriya ini  yakni tenun, batik, anyaman, furnitur, gerabah/keramik, perhiasan/asesorioes/fashion,  kriya logam, dan kayu, hingga keris.  Semua terwujud dikarenakan desakan kebutuhan.

 

Kebangkitan Kriya

 

Kebangkitan seni dan kriya di paruh pertengahan abad ke 19, mewujudkan suatu kekayaan tradisi dan keragaman politik, kepercayaan / agama dan gagasan estetik yang didapati dari berbagai ragam bentuk medianya. Saat ini berkembang adanya dasar-dasar dan keyakinan ketentuan umum terhadap perkembangan pergerakan pengetahuan Seni dan Kriya secara umum. Kriya kayu Indonesia berasal dari berbagai daerah etnik, kriya masa lampau merupakan bagian kekayaan etnik tradisi Nusantara. Keragaman terlihat melalui hasil-hasil yang tersebar di berbagai daerah. Karakter dan ciri khas daerah masing-masing tercermin jelas. Berbagai media yang digunakan menghasilkan berbagai jenis hasil kriya, media yang digunakan antara lain kayu, logam, tanah liat, kulit dan lain-lainnya. Hasil karya kriya terwujud dalam berbagai bentuk dan gaya, guna memenuhi berbagai kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. Mulai dari Sabang hingga Merauke terhampar berbagai ragam karya kriya Indonesia yang terpadu dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika (Unity in variety serta unity and diversity). Konsep yang mencerminkan tekat bangsa untuk menegakkan kesatuan dan persatuan dalam keragaman etnik, suku, budaya dan religi. Adapun kriya di Indonesia diikat oleh nilai-nilai konsep masing-masing daerah tidak pernah pudar. Kehadirannya membangkitkan pesona, daya pikat dan keunggulan komparatif, bila dibandingkan dengan karya sejenis dari daerah lain atau Negara lain. Terdapat pada bangunan Percandian, bangunan rumah adat, istana raja, rumah tinggal bangsawan dan penduduk, perabot mebel dan berbagai unsur interior utilitas umum lainnya. Dibidang aksesoris, terdapat perangkat busana tari, perangkat upacara keagamaan, perangkat musik tradisi, mainan anak-anak, benda-benda cinderamata dan masih banyak lagi yang lain. Produk kriya yg banyak dipasarkan sebagian besar merupakan replika produk kriya masa lampau, bahkan pengusaha asing banyak yg bergerak di lingkup bisnis „barang antik‟. Sayangnya produk kriya kayu yg sudah langka dan termasuk yg dilindungi sebagai „aset kekayaan craft‟ Indonesia, banyak yg mengalir ke luar negeri sebagai komoditi perdagangan. Jenis barang tersebut antara lain furnitur, elemen hias rumah, alat-alat upacara religi/kepercayaan dan lain-lain. Kehidupan perekonomian di beberapa daerah menjadi meningkat berkat memberdayakan sumber daya yang ada, Kriya sebagai komoditi ekspor cukup bisa diandalkan selain produk migas, hasil yg diperoleh sangat besar sehingga dapat meningkatkan taraf perekonomian di beberapa daerah. Kekayaan seni dan budaya dari berbagai etnis yg berbeda, tersebar di ribuan pulau, bila dituangkan dan diwujudkan melalui benda-benda seni dan craft, akan tidak pernah habis gagasan yg dapat dimunculkan. Bahkan bila disertai dengan inovasi salah satunya menggabungkan dua atau tiga etnis yg berbeda akan menghasilkan puluhan atau ratusan, bahkan mungkin ribuan bentuk benda kriya yg berbeda-beda. Kriya sebagai sarana pemerataan kesejahteraan, dapat dicapai melalui proses kerja kolektif.

 

Desain Kriya

 

Dari 75 buah karya yang diupamerkan merupakan kolaborasi karya dosen dan mahasiswa FSRD-ISI Denpasar, Kegiatan mendesain / merancang sbg suatu aktivitas yg ditujukan untuk menghasilkan suatu produk yg secara fungsional sangat dekat kaitannya dgn aspek manusia dan fenomenanya, merupakan salah satu aspek yg menjadi pemicu berkembangnya gaya hidup (lifestyle) dalam masyarakat. Desain sebagai suatu aktifitas dalam merencanakan pembuatan suatu produk “Inovatif”, seringkali menimbulkan dampak sosial (negatif maupun positif), sebagai akibat dari etos penciptaan dan kreativitas yg berlebihan, diantaranya : 1). Berkembangnya gaya hidup konsumerisme. 2). Pensegmenan kelas sosial semakin terlihat dgn jelas. 3). Beredarnya banyak produk imitasi. 4). Peniruan / plagiarisme menjadi hal yg wajar. 5). Penggunaan produk ber-merk lebih merupakan  “penggunaan mimpi”, sehingga produsen bukan  lagi menawarkan atau menjual komoditas pakai (fungsional), tapi menawarkan / menjual “mimpi”. 6). Pada bidang busana / fesyen, eksplorasi besar- besaran terhadap desain sering menyebabkan  banyaknya “KORMOD” (Korban Mode).

7). Pola konsumerisme yg berkembang seringkali menimbulkan berbagai masalah dalam  kesehatan, terutama karena fihak produsen yg mengeksplorasi aspek estetika dan visualisasi yg memukau pada produk tanpa memperhatikan aspek ergonomis tentang kesehatan dan keamanan serta kenyamanan produk

 

Produk Kriya ISI Denpasar

 

Pada dasarnya, pameran yang berlangsung dari 28 April s.d 11 Mei 2013 ini , memicu kreativitas dosen dan mahasiswa untuk menumbuh kembangkan ide-ide baru lerwat karya kriya dan fashion, baik yang bersifat terapan maupun yang mengangkat nilai-nilai budaya daerah, dengan sentuhan performan dan penanampilan secara mandiri. Lihat saja karya Isnah Nur Bintari dan Putu Yuda Jayanthi dengan karya berupa keramik Guci Vas Bunga yg mengambil ide lipatan kain seperti pakaian  melilit body guci atau untaian gording yang cukup memikat dan Tempat Payung yang unik berupa anyaman dengan narasi serangga di atas daun.

 

Karya lainnya, berupa tas wanita karya Ketut Sida Arsa yang memikat, berbahan kulit domba dikombinasi dengan anyaman rotan dfan kain songket Bali. Juga rancangan sepatu wanita dari Nyoman Laba berbahan kulit domba dan kain songket. Ada tempat tisu, tempat lilin, tempat sabun, vas, asbak, sangku, kotak perhiasan, assesories, batik,  kap lampu dan  dan benda pajangan serta ekspresi lainnya. Tak kalah dengan itu mahasiswa asing jurusan kriya yang bernama Barbora Pauloviciva menampilkan gambar wayang tradisi Bali “Ishwara”.  Beberapa dosen mahasiswa fashion menampilkan rancangan busana dari kebaya bernuansa etnik dan modern dan dari kertas bekas serta karung beras.

 

1.170 comments

Komentar Terbaru

  • como hackear correos pada SENI RUPA ISLAM INDONESIA 1 (1-10)
  • como hackear correos pada MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (1)
  • como hackear una cuenta pada SENI RUPA ISLAM INDONESIA 1 (1-10)
  • mundo hacker pada MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (1)
  • como hackear una cuenta pada PARADIGMA PERGURUAN TINGGI KRIYA PRODUK

Arsip

  • Januari 2017
  • September 2016
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Juni 2014
  • Februari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013

Kategori

  • desain
  • ergonomi
  • karya
  • Keramik
  • ornamen
  • Pameran Seni
  • produk kekriyaan
  • Seni
  • seni kriya
  • Tak Berkategori
  • Tulisan
  • workshop

Meta

  • Daftar
  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Recent Entries

  • Tinjauan Khusus Keramik (1-Yunani, 2-China, 3-Korea, 4-Jepang, 5- Modern, 6-Indonesia)
  • Berpikir Desain Produk dan Pengertian Awal
  • Workshop Penerapan Warna Pebeo Pada Mixed Media
  • PAMERAN PRODUK KEKRIYAAN DI MUSEUM PENDET
  • Kajian Ergonomi 1
  • KEUNGGULAN SENI KERAMIK BALI, TANTANGAN DAN HARAPAN
  • 64
  • SENI RUPA – KERAMIK ISLAM
  • SENI RUPA – KERAMIK ISLAM
  • SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2 (1-10)
  • Random Selection of Posts

    • SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2 (1-10)
    • Kajian Ergonomi 1
    • Berpikir Desain Produk dan Pengertian Awal
    • MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (1)
    • PARADIGMA PERGURUAN TINGGI KRIYA PRODUK
    • MENGENAL ORNAMEN
© 2008 Mulyadi Utomo is proudly powered by WordPress
Theme designing by Mark Hoodia
Selamat Datang di Fasilitas Bloging ISI Denpasar Klik untuk mendaftar ISI Denpasar Mainsite