Mulyadi Utomo

Blog SENI, DESAIN KRIYA PRODUK

  • Home
  • Agama Islam: Peringatan Isra Mi’raj

1

Feb

SENI RUPA – KERAMIK ISLAM

Posted by mulyadiutomo  Published in Seni

SENI RUPA ‘KERAMIK ISLAM’

(4)

Agus Mulyadi Utomo

Studi keramik adalah kunci disiplin dalam penyelidikan arkeologi Timur Tengah. Keramik sherds adalah diantara yang paling umum ditemukan pada penggalian dan survei lapangan. Kehadirannya keramik di mana-mana, dapat disebabkan beberapa faktor: pertama, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat tembikar umumnya murah dan tersedia. Kedua, panci keramik mudah patah atau pecah. Ketiga, tidak seperti bahan-bahan organik seperti tekstil atau kulit dan bahan-bahan anorganik seperti logam. Juga tembikar sherds tidak mudah busuk ataU rusak di dalam tanah. Dan keempat, tidak seperti logam atau gelas, keramik dipanggang tidak dapat dicairkan atau untuk didaur ulang. Dengan demikian, dari segala bentuk artefak yang dibuat,  keramik yang paling sering ditemukan. Bentuk benda dan cara-cara dekorasi perubahan melalui waktu dan tembikar dapat digunakan untuk memahami periode di mana sebuah situs ditemukan. Selain itu, tembikar diperdagangkan, baik untuk dirinya sendiri atau karena digunakan sebagai wadah untuk produk lain seperti anggur atau minyak, sehingga keberadaan barang import di situs yang dapat memberitahu tentang cara di mana penduduk situs yang terlibat dalam perdagangan dengan daerah lain.

Keramik Islami, tembikar dan arkeologi adalah masalah yang diuraikan relevan dengan penelitian arkeologi tembikar dari semua pra-sejarah dan priode sejarah. Tidak ada kekhawatiran, hal yang sama dapat diterapkan pada studi tentang keramik periode Islam dari periode dari abad ketujuh Masehi sampai sekarang, walaupun masalah-masalah lain juga perlu dipertimbangkan. Barangkali isu yang paling penting adalah kesenjangan antara apa yang dianggap sebagai “tembikar Islam” oleh arkeolog dan sejarawan seni.

Jika mengunjungi banyak museum utama di Amerika Serikat, Eropa dan Timur Tengah, atau membaca sebagian besar dari panduan umum keramik Islam, akan menemukan contoh dari produk keramik dihiasi kaca atau berglasir dan diproduksi di berbagai wilayah dunia Islam dari abad kesembilan ke abad kesembilan belas. Kualitas dan berbagai teknik yang digunakan dalam pembuatan keramik tersebut memiliki nilai tinggi, yang dipimpin sejarawan seni dan kolektor untuk menganggap masa Islam sebagai salah satu yang paling penting dalam pengembangan keramik mengkilap halus. Penting untuk menyadari, bahwa bagaimanapun benda-benda dekorasi tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah total nilai keramik yang dihasilkan. Mayoritas secara sederhana pembakaran glasir on-glazes dimaksudkan untuk melakukan berbagai tugas-tugas fungsional. Situasi ini jelas digambarkan oleh sejarawan Maqrizi tentang keramik Mesir abad kelima belas dengan membahas ibukota Mesir, Kairo, dia pun komentar: ”Mereka mengatakan bahwa sampah yang dibuang ke tumpukan sampah Kairo setiap hari adalah seribu koin emas (bahasa Arab: dinar). Mereka merujuk pada alat-alat yang digunakan oleh pedagang susu, keju dan pedagang makanan. Ini adalah mangkuk tanah liat merah ke dalam susu dan keju yang diletakkan, atau di mana orang miskin makan makanan mereka di toko-toko memasak”.

Harus sadari, karena itu yang dihiasi dengan glasir indah yang berkaca-kaca pada tembikar, hal tersebut dapat dilihat di museum-museum, dimana dibuat sebagian besar untuk kelompok-kelompok sosial yang kaya di kota-kota dan khususnya dunia Islam.

Sebagaimana bisa dilihat, yaitu produk-produk khusus dari pusat-pusat perkotaan di Timur Tengah dan dalam jumlah kecil di dataran Karak. Namun arkeolog yang bekerja di wilayah ini dan bagian selatan Yordania, harus menghabiskan lebih banyak waktu melihat-lihat kesederhanaan on-glazes warna monokrom sherds mengkilap.

Selama periode Islam, yang dihasilkan Karak suatu dataran tinggi sebagai daerah pedesaan dan fakta ini tercermin dalam jenis keramik yang terdapat di sana, yaitu:

  • Pottery Islam awal (ketujuh-abad kesebelas)
  • Tengah Pottery Islam (kedua belas abad keempat belas)
  • Pottery Islam di kemudian hari (abad kelima belas)
  • The Emergence Handmade Pottery Islam di Tengah Periode
  • Glossary istilah-istilah teknis Tembikar

Hal tersebut berdasarkan hasil temuan keramik atau tembikar Islam yaitu berupa timah-mengkilap Moresque Hispano-ware dengan hiasan lusterware dari Spanyol sekitar tahun 1475.

Dari abad ke delapan belas, penggunaan keramik mengkilap sudah lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan tembikar dengan bentuk yang rumit. Tin-opacified dari kaca glasir adalah salah satu yang paling awal dari teknologi baru yang dikembangkan oleh masa Islam. Warna buram atau dof dari seni Islam, yang pertama glasir ditemukan sebagai warna biru di Basra, berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting lain adalah pengembangan stoneware atau keramik batu yang berasal dari abad ke-9 di Irak. Yang pertama kali produksi kompleks industri untuk glasir-kaca dan tembikar, yang diproduksinya dibangun di Ar-Raqqah, Suriah, pada abad ke-8. Selain inovatif, bentuk keramik dipusat tembikar di dunia Islam, termasuk di Fustat (975-1075), di Damaskus (dari 1100 sampai sekitar 1600) dan di Tabriz (1470-1550).

Lustreware ditemukan di Irak oleh ahli kimia Persia Jabir bin Hayyan (Geber) pada abad ke-8 selama kekhalifahan Abbasiyah. [Inovasi lain adalah albarello, sejenis guci mayolica yang awalnya dirancang untuk apotek sebagai tempat salep dan obat-obatan kering. Pengembangan jenis farmasi ini berupa jar dan memiliki akarnya dalam Islam Timur Tengah, yang dibawa ke Italia oleh Hispano-Moresque yaitu pedagang Italia, sebagai contoh paling awal yang diproduksi di Florence pada abad ke-15.

Hispano-Moresque menjadi gaya yang muncul di Andalusia pada abad ke-8, di bawah Fatimiyah. Ini adalah gaya tembikar Islam yang dibuat di Spanyol Islam, setelah Moor memperkenalkan dua teknik keramik untuk Eropa, yaitu glasir dengan opak-putih-glasir timah dan lukisan di lusters metalik. Islamik Moresque Hispano-ware dibedakan dari tembikar dari kekristenan dan karakter ke-Islaman dari dekorasinya, istilah ini juga mencakup barang-barang yang dihasilkan oleh orang Kristen saat itu.

Dunia Islam abad Pertengahan juga memiliki keramik dengan gambaran binatang, yang ditemukan di seluruh dunia Islam abad Pertengahan, khususnya di Persia dan Mesir yang mengerjakan keramik masih agak primitif (on-glazes) selama periode ini. Beberapa benda produk dari logam dapat bertahan dari waktu ini, tetapi tetap agak sulit untuk membedakan objek-objek yang diterapkan dari orang-orang dari masa pra-Islam.

Dari beberapa hal yang bisa dipahami dari penjelasan diatas ada tiga hal yang dapat dikatakan penting adalah sebagai berikut :

  1. Glasir Logam kaca dan penggunaan mineral dalam proses pembakaran dari abad ke-9 menghasilkan jenis lusterware yang unik dan sudah berteknologi maju.
  2. Perdagangan dengan Asia dengan penggunaan teknik produksi keramik dari China, terjadi dari abad ke-13  mendahului sebelum menerapkan teknik yang sama dari Eropa.
  3. Daerah yang berbeda seperti Turki, Iran, Mesir dan Suriah, yang masing-masing memiliki gaya daerah mereka tersendiri.

Keramik Islam Dengan Karya Cemerlang Era Keemasan

Mengulas data gambar dan informasi penting dalam bentuk seni Islam berupa produk keramik, pada beberapa museum di abad ke-19 sampai tahun 2000, semua terdapat gambar dari 302 potongan keramik Islam yang mencakup periode Islam abad 7-19, yang diwakili oleh Mesir dan daerah-daerah lain di Timur Tengah seperti Iran dan Turki sebagai sumber informasi yang bagus untuk pengulas keramik Islam.

Keramik sering kali terabaikan dalam mengulas seni, terutama hasil bentuk seni keramik Timur Tengah dan Afrika Utara. Karena peradaban kuno di daerah ini memiliki sejarah panjang dalam produksi keramik. Pada periode Islam, penaklukan dan perdagangan di kawasan tersebut menunjukkan teknologinya sudah menghasilkan inovasi-inovasi baru seperti kaca metalik, palet warna atau warna beragam yang luas,  jauh sebelum inovasi berkembang sampai di Barat, disamping itu membuat imitasi dan adaptasi dari teknik produksi seperti China, meskipun ada kelemahan terutama dari medianya ada yang berubah. Contoh penting ini menunjukkan hasil keramik awal sering selamat tanpa cedera dan ditemukan di museum-museum di seluruh dunia. Namun koleksi terbesarnya masih di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Keramik merupakan sumber informasi yang berharga pada banyak aspek peradaban manusia dan masyarakat seperti dari sektor sosial-ekonomi, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi sampai pada kehidupan rumah tangga. Karena benda keramik tahan terhadap berbagai kondisi dan waktu serta berfungsi sebagai bukti penting adanya kegiatan manusia dimasa lampau, bersifat sekuler atau bukan seni dalam keagamaan Islam. Sebagai contoh, walaupun representasi seni dari sosok manusia dilarang dalam agama Islam, produk yang ditujukan untuk penggunaan domestik-seperti piring keramik, gelas, dan mangkuk-seringkali menampilkan sosok manusia. Bersamaan dengan itu, kaligrafi dipadukan dengan motif abstrak nabati dan desain geometrik juga menyertainya. Dan ini biasa dan umumnya dikaitkan atau berhubungan dengan seni Islam. Gambar benda-benda hasil peradaban ini, kini telah dijadikan pelajaran dalam memahami berbagai warisan seni Islam, juga menunjukkan bagaimana gambaran yang mencerminkan warisan penting dalam aspek ekonomi global dan pertukaran teknologi yang pernah terjadi di masa Islam.

Gaya keramik memberikan penjelasan yang kurang memadai dalam hal penggambaran teknik dan gambaran dasar dari ciri-ciri keramik periodesasi. Priode keramik dalam sejarah Islam dapat diurai sebagai berikut:

Umayyah (abad ke-8),

Fatimiyah (abad 10-12),

Ayyubiyah (abad ke-13),

Mamluk (abad 14-16), dan

Ottoman atau Turki (abad 16-19).

Sayangnya penjelasan yang diberikan untuk gaya spesifik ini banyak ditulis dan ditujukan untuk para spesialis atau penikmat dianggap masih kurang memadai dan kurang lengkap.

Ketika Timur Tengah berada di bawah kekuasaan Islam pada abad ketujuh, produksi artistik tidak segera memutuskan hubungan dengan masa lalu, hanya secara bertahap melakukan tradisi bervariasi di kawasan itu dimana artistik menggabungkan diri ke dalam gaya identifiably Islam dan menonjol yang diberikan untuk prasasti dalam bahasa Arab membantu memberikan karakter seni Islam sendiri, seperti halnya dalam kemajuan teknis. Dari abad kedua belas, misalnya, tembikar dilapisi dengan desain bawah glasir, sedangkan metalworkers dieksekusi secara kompleks dan penuh pola warna di permukaan brasswares menggunakan tatahan perak, tembaga, emas dan bahan lainnya. Keterampilan serupa juga diterapkan pada permukaan kaca, yang ditutupi glasir dengan ornamen cerah dan baik terdiri menggunakan warna berenamel dan penyepuhan.

Faktor eksternal dari pasukan telah membawa perubahan lebih lanjut. Perdagangan dengan China pada abad kedelapan diperkenalkan kembali penggunaan tablewares keramik ke Timur Tengah dan pada abad ketiga belas, pendudukan Mongol dari sebelah timur Timur Tengah menyebabkan penerapan motif kekaisaran Asia Timur seperti phoenix dan naga. Semua perubahan ini memiliki efek kumulatif, sehingga pada abad keempat belas, seni Islam telah menjadi benar-benar berbeda dari seni masa lalu pra-Islam.

Keramik dapat dibandingkan dengan gambar monumen dan masjid, untuk pelajaran tentang studi publik, dibandingkan dengan kepentingan privat (khusus) atau bersifat sekuler, juga dibandingkan dengan seni religius dalam dunia seni Islam. Foto gambar keramik dapat digunakan untuk membahas perkembangan teknologi dan pertukaran dalam sejarah serta perdagangan global sebelum ekspansi Muslim ke Eropa. Dan keramik dapat digunakan untuk mengeksplorasi kehidupan rumah tangga pra-masyarakat modern dari segi jenis dan fungsi tertentu dari potongan-potongan keramik yang ditemukan.

Islam muncul sebagai salah satu agama di Jazirah Arab di abad ke-7, dan dengan cepat menyebar ke wilayah tetangga, yang meliputi wilayah dari Saudi, Afrika Utara, dari Syria ke Iran di Timur dan Spanyol di Barat. Gaya artistik lokal dari daerah yang ditaklukkan, kemudian diserap dalam pembuatan seni tanah liat dan berasimilasi dalam seni budaya Islam. Hal ini tercermin dalam keramik dari periode awal Islam (abad ke 7 – 10) yang terus menggunakan teknik-teknik dan gaya Bizantium, Partia dan Sasanians dari abad 9 atau 10, hal tersebut dianggap bahwa gaya Islam yang unik telah muncul.  Motif bulat (roda) dilekatkan atau dicapkan ke benda keramik dengan desain geometris dan kombinasi hewan dan tumbuhan serta barang-barang hasil cetakan merupakan karakteristik keramik pada Islam awal abad ke-8. Sementara barang-barang keramik berglasir mengkilap baru masuk Irak sejenis ‘keramik biru-putih’, keramik mono-krom dan polikrom yang berkilau muncul pada abad ke-9 periode Abbasiyah. Dalam peningkatan perdagangan dengan China, masa Abbasiyah mempelajari teknik-teknik tembikar berkaca (berglasir) yang digunakan oleh tembikar China, terutama penambahan timah oksida untuk membuat glasir transparan, meniru dalam penampilan yang dianggap sebagai porselen China dengan bahan tanah putih halus. Teknik lain tembikar yang diperkenalkan oleh Islam adalah penggunaan hiasan yang kilap berkilau seolah bercahaya seperti kemilaunya metalik dari abad ke-10 dan seterusnya. Kemudian penggunaan berbagai jenis slip untuk menutupi tanah liat lokal dengan gaya dekoratif baru dalam bentuk kaligrafi akhirnya mulai diperkenalkan secara luas.

Pada periode Seljuk di Iran abad ke 12 -13 dapat dilihat perkembangan dari jenis  ‘frit ware’, terbuat dari tanah liat putih, kuarsa, dan glasir abu (debu), yang memungkinkan pencetakan bentuk yang lebih halus dengan dinding yang tipis. Salah satu pusat produksi utama keramik adalah Kasyan, terkenal dengan baik glasir kilaunya pada tembikar. Lustre hiasan ini populer dan sangat dihargai, tetapi mahal untuk diproduksi. Bentuk yang halus dan indah terbuat dari glasir logam terbaik, seperti perak, emas dan tembaga. Teknik yang mengkilat tersebut, ada kemungkinan sebagai reaksi yang berkembang sebagai tanggapan terhadap undang-undang yang melarang kesombongan yang berlebihan dalam bentuk tempat makanan yang terbuat dari logam mulia secara utuh.

Harvey B. Plotnick, kolektor dari Chicago,  yang telah mengumpulkan apa yang umumnya dianggap sebagai koleksi pribadi terbaik dalam keramik Islam awal di dunia, dalam suatu pameran Perfektual Kemuliaan. Hal ini dianggap suatu yang luar biasa dari objek yang sangat dikagumi oleh para pengamat atau spesialis di bidang penelitian seni Islam, yang sama-sama menjatuhkan pilihan berkisar 100 harta karun di permulaan awal zaman dari khalifah Abbasiyah di Irak abad ke-9 sampai abad ke-10 dan Ilkhanid dinasti Mongol di Iran dari abad pertengahan 13 sampai pertengahan abad ke14, juga dari dinasti Timur Lenk di kawasan timur Asia Tengah di abad 14  sampai abad 15.

Perkembangan yang dramatis dalam perkeramikan di masa Islam abad Pertengahan telah disebut dengan singkat dalam revolusi industri. Mengkilapnya barang-barang tembikar putih yang diglasir warna biru kobalt, lusterware mewah dan splash-ware, saat itu sedang marak diproduksi dalam jumlah yang relatif lebih besar dengan variasinya, daripada produk sebelumnya yang diperdagangkan secara luas di sepanjang Jalur Sutra. Mengamati yang terpenting dari jenis keramik, terutama yang diproduksi di Irak dan Iran selama sepangjang waktu produksi lusterware, penggunaan slip dan lapisan glasir keramik, glasir underglaze dan barang-barang yang berglasir over-glaze paling sering dikenal sebagai fitur mina’i dan objek-objeknya dengan sejumlah contoh yang kontekstual dari Mesir, Suriah, Afghanistan dan Asia Tengah.

Prestasi yang luar biasa dari keramik Islam dieksplorasi secara mendalam, seperti lusterware yang diproduksi melalui proses penerapan yang umumnya menggunakan logam tembaga dan perak oksida dengan banyak lagi campuran. Dalam produksi, adalah merupakan rahasia yang dijaga ketat oleh keluarga dari pengrajin di pusat seni terkenal seperti Kashan, Iran, pada akhir abad 12 dan awal abad ke-13. Lusterware pertama kali dikembangkan di Irak dalam abad ke-9 dan ditiru serta dihargai oleh para penguasa Fatimiyah di Mesir mulai pada pertengahan abad ke-10 sebelum menyebar ke Suriah, Anatolia dan pada akhirnya Iran, di mana kemudian mencapai puncaknya secara teknis dan artistik. Dalam presentasi lusterwares Iran, selain fitur permukaan yang berkilau, yang luar biasa dan banyak gambar-gambar figuratif, juga berkat adanya puisi terdapat pada prasasti aforisme yang diambil dari bahasa Arab dan Persia.

Adalah sebuah proyek yang menggali seni lintas budaya dari warisan bersejarah jaringan darat dan maritim rute perdagangan antara China dan Laut Tengah, dapat disaksikan pada pameran yang disajikan bersama Silk Road Chicago, sebuah kolaborasi antara Art Institute of Chicago, Chicago Symphony Orchestra, Kota Chicago – Department of Cultural Affairs dan Jalur Sutera. Buah karya para seniman Muslim di era keemasan memang sungguh luar biasa dan membuat takjub ilmuwan dan pengamat seni keramik yang didesain para seniman Muslim di abad ke-12 M. Hal ini merupakan salah satu bukti kejayaan Islam di masa kekhalifahan, dimana peradaban Islam menguasai teknologi pembuatan tembikar atau keramik dimulai pada tahun 622 Masehi setelah kekhalifahan Islam melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke Bizantium, Persia, Mesopotamia, Anatolia, Mesir, hingga Andalusia, sehingga teknologi pembuatan keramik  dikuasai para seniman Muslim.

Sejarah peradaban Islam tidaklah memungkiri, jika kemampuan para seniman Muslim dalam mengembangkan teknik pembuatan keramik khas Islam banyak dibantu orang-orang China, Mesir, dan Yunani. Meski begitu, keramik dari peradaban Islam mampu tampil khusus dengan ciri khas tersendiri, sehingga teknik dan desain keramik Islam tersebut mampu memberi pengaruh yang begitu besar bagi peradaban Barat. Menurut Emily Stockin dalam tulisannya yang bertajuk ‘The Pottery of Islam’, para seniman Muslim mampu mengembangkan beragam teknik baru pembuatan keramik yang khas Islam dan dianggap tembikar Islam paling termasyhur karena lapisannya yang berkilau. Tidak hanya itu, keramik Islam juga begitu unik dengan desain hiasan nan estetis. Yang tak kalah penting, peradaban Islam di era keemasan sudah mulai menggunakan lantai (ubin) keramik, juga hiasan utama dalam arsitekturnya. Pada masa kekhalifahan, negeri-negeri di Timur Tengah lainnya, seperti Iran, Irak, Suriah dan Mesir merupakan sentra utama produsen keramik Islam. Dari kawasan itulah, aneka produk tembikar atau keramik khas Islam berkembang begitu pesat selama beberapa abad. ‘’Sejarah keramik Islam yang berkembang di sentra industri keramik itu dapat dibagi dalam tiga periode; Pertama, adalah periode awal yang berlangsung dari abad 9 hingga abad 11. Kedua, adalah periode pertengahan dari abad 12 hingga abad 14. Periode ketiga, berlangsung dari abad 15 hingga abad 19.

Pada periode awal para seniman Muslim masih banyak terpengaruh gaya dari negeri lain dalam membuat keramik dan produksi tembikar pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai meningkat dan mendapat pengaruh dari China. Tahun 846 M – 885 M. perdagangan antara dunia Islam dengan China berlangsung dengan pesat. Ada fakta bahwa Gubernur Khurasan, Ali ibnu Isa mengirimkan 20 pasang porselin kekaisaran China kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid. Pada periode awal, para seniman Islam sudah mulai mengembangkan ide tentang lusterware – jenis tembikar atau porselin dengan memberi efek warna dari lapisan metalik. Lusterware pertama diciptakan para seniman Islam dengan melalui tiga proses pembakaran. Mula lusterware menggunakan beragam warna, lantaran faktor ekonomi tembikar atau keramik jenis lusterware hanya menggunakan satu warna saja, saat itu keramik atau porselin jenis itu diproduksi di Mesir, sebagai tembikar khas negeri Piramida yang dilukis bergambar burung, hewan-hewan serta bentuk manusia, ketika Mesir berada dalam era kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Selain itu, lusterware pun dikembangkan dan diproduksi di Persia dan Afghanistan.

Memasuki pertengahan abad ke-11 M, Persia ditaklukkan oleh Dinasti Seljuk yaitu suku nomaden dari Turki. Seperti halnya Dinasti Fatimiyah, bangsa Seljuk juga membawa gaya dan teknik pembuatan keramik ke berbagai wilayah yang dikunjungi. Dinasti Seljuk mampu menciptakan perdamaian selama tiga abad dari 11 M sampai 13 M., sehingga kesenian pun tumbuh dengan pesat. Sejarah mencatat disepanjang separuh abad dari 1175 M hingga 1225 M., industri keramik berkembang dengan pesat di kawasan Timur Dekat. Pada masa itu, kota Rayy dan Kashan, di utara Persia tengah menjadi sentra beragam jenis tembikar.

Di abad ke-13 M., sentra keramik mulai muncul di Kashan dan Mesir. Di kedua wilayah itu, industri keramik tumbuh begitu pesat, sebab pusat industri keramik di negeri Muslim lainnya telah dihancurkan tentara Mongol. Sepanjang abad ke-13 M hingga 14 M, beragam jenis keramik diproduksi di Kashan. Pusat industri keramik itu juga diakui sebagai penghasil ubin lantai yang termasyhur. Pada periode pertengahan itu, Mesir juga menjelma menjadi sentra industri keramik yang maju. Apalagi negeri tersebut tidak mampu ditembus pasukan tentara Mongol.

Dinasti Mamluk yang berkuasa di kawasan itu mampu memukul mundur serangan membabi-buta yang dilancarkan bangsa Mongol. Produksi keramik berkembang pesat, lantaran penguasa Mamluk menarik banyak seniman pembuat keramik dari wilayah lain untuk berkreasi di Mesir. Ciri khas keramik yang diciptakan seniman Mamluk adalah menampilkan tema-tema keagamaan. Dinasti ini memang sangat mendukung berkembangnya seni rupa Islam. Pada periode akhir, ada tiga jenis keramik atau tembikar yang berkembang di dunia Islam. Salah satu keramik yang terkenal pada masa itu adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat industri keramik pada peride terakhir itu berada di Kirman. Di wilayah itu, para pembuat keramik membuat tiruan keramik China. Teknik dan desain keramik Islam yang khas telah berpengaruh terhadap seni keramik di Negara-negara Eropa seperti: Italia, Prancis, Spanyol dan Inggris. Bahkan, para seniman Spanyol kerap menggunakan desain Islam dalam membuat aneka produk keramik yang dikenal dengan nama Hispano-Moresque. Begitulah, para seniman Muslim di era keemasan turut mewarnai perkembangan seni pembuatan keramik.

Firman-firman pun ditulis menghiasi produk keramik. Tidak ada yang lebih karakteristik dari eni Islam pada penggunaan dalam prasasti dengam tulisan atAu bahasa Arab, yang muncul di dinding istana dan mesjid, dan berbagai objek dari produk pakai. Sebuah sistem proporsi yang mengatur bentuk huruf dan hubungannya satu sama lain dikembangkan pada awal abad ke delapan. Seiring waktu, peraturan berubah, sebagai gaya yang berbeda menjadi populer. Tapi aturan selalu ada, pinjaman dari konsistensi pada seni kaligrafi Islam yakni seni menulis indah atau “menulis dengan baik” dalam tulisan Arab.

Pentingnya peningkatan prasasti selama periode Islam adalah terkait erat dengan sifat Islam, yang didasarkan pada wahyu yang diterima dari Tuhan oleh Nabi Muhammad SAW.  Al Qur’an  adalah firman Allah diucapkan dalam bahasa Arab. Muslim di setiap generasi mempelajari dan membuat salinan Al-Quran yang ditulis dalam tulisan Arab, Bentuk yang menggunakan penulisan indah untuk mencatat dan pengingat akan firman Allah telah memberikan status kaligrafi Arab sangat terkemuka dalam budaya Islam.

Kutipan dalam bentuk kaligrafi dari Al-Qur’an dan teks-teks agama sangat elegan, penggunaan lain untuk menghiasi bangunan masjid dan arsitektur Islam serta karya seni. Kaligrafi terutama digunakan dalam konteks agama, seperti dalam kasus dekorasi ubin yang membawa tulisan Al-Qur’an monumental, juga pernah menghiasi makam Buyanquli Khan di Bukhara, Uzbekistan. Namun, berbagai prasasti sekuler ada juga yang muncul, Benedictions banyak mengungkapkan yang artinya seperti “Baik keberuntungan dan kemakmuran bagi pemiliknya ! ” Terkadang, nama-nama pelanggan dan seniman yang bekerja menjadi hiasan kaligrafi, sebagaimana kutipan dari gudang besar puisi Timur Tengah yang ditulis dalam bahasa Arab, Persia, dan Turki.

Salah satu dari anggapan yang populer adalah bahwa budaya Islam tidak mentolerir citra figural atau penggambaran manusia dan hewan. Larangan ini tentu dapat dilihat di tempat kerja dalam konteks agama. Tidak ada sosok manusia atau hewan muncul pada dekorasi masjid dan tidak ada ilustrasi dalam Al Quran. Di sisi lain, gambar figural yang umum dalam konteks sekuler, khususnya dalam karya seni dibuat untuk para penguasa Islam.   Peti mati gading dari kuasa pengadilan Muslim Spanyol, misalnya, kadang-kadang diukir dengan gambar-gambar musisi istana dan dikelilingi oleh burung-burung serta binatang dalam setting taman dan naskah sastra yang banyak mengandung ilustrasi figural.

Pada saat penggunaan citra Islam, bahkan ada bentuk tiga-dimensi, meskipun bentuk patung itu dianggap berbahaya karena dekat dengan bentuk berhala, bahwa Tuhan telah memperingatkan ummat Islam tidak menyembah berhala atau patung. Karena pematung juga dianggap meniru daya cipta dari Allah dengan mereproduksi bentuk lahiriah dari makhluk-Nya, Banyak orang menganggap karya-karya patung seperti ofensif dan bersifat kreatif unik, menggoda atau ujian dari keimanan setiap muslim.

2.147 comments

1

Feb

SENI RUPA – KERAMIK ISLAM

Posted by mulyadiutomo  Published in Seni

PERKEMBANGAN SENI RUPA

KERAMIK  ISLAM

(3)

Agus Mulyadi Utomo

Sorotan baru sekarang diarahkan kepada sebuah kebudayaan Islam yang telah lama terabaikan. Kutipan sabda Nabi Muhammad SAW.  Mengatakan bahwa: “Tuhan itu indah dan Dia mencintai keindahan“. Pada masa yang sekarang, kalimat seperti ini sangat berharga sekali untuk dapat diingat dan disebarkan dalam rangka memahami seni. Namun ini semua sama sekali bukan sesuatu yang  baru, yang didorong oleh keindahan produk seni, tetapi ada keinginan untuk belajar dari keindahan rancangan seni Islam sebelumnya.

 

Museum-museum seni rupa Islam memperoleh kebanyakan koleksinya dari abad ke-19 Masehi dan awal abad ke-20 Masehi, jauh sebelum seni Timur Tengah diperhitungkan. Coba perhatikan ornamen yang sangat indah pada dinding-dinding bangunan bersejarah di Turki. Keindahan yang sama bisa juga dilihat di “Darb-i Imam shrine” di Isfahan-Iran, juga di “Seljuk Mama Hatum Mausoleum” di Tercan-Turki. Bangunan-bangunan abad pertengahan Islam tersebut membuktikan perkembangan Islam tak terlepas dari jiwa dan nafas seni. Pola-pola yang terlukis di bangunan-bangunan, diakui memiliki tingkat dan nilai seni yang tinggi, melebihi pengetahuan seni dunia barat pada masa itu. Peter J Lu, peneliti dari Harvard University, Amerika Serikat, telah membuktikannya. Pada kesimpulan penelitian yang dilakukannya, ia mengatakan, ornamen-ornamen itu nyaris membentuk pola quasi-crystalline yang sempurna. Padahal dunia Barat baru mengenal pola yang indah itu setelah 500 tahun kemudian. Dunia Barat mengenal pola quasi-crystalline setelah Roger Penrose, seorang ahli matematika dan kosmologi berkebangsaan Inggris memperkenalkannya pada tahun 1970. Dan pola semacam itu kemudian disebut dengan quasi-crystalline Penrose.

 

Pola quasi-crystalline adalah pola bergaris yang saling bertautan satu sama lain yang membentuk pola yang tidak berulang, bahkan jika diteruskan ke semua arah sekalipun. Pola quasi-crystalline memiliki bentuk yang simetris khusus. Pola semacam itu sudah banyak digunakan arsitek-arsitek muslim abad pertengahan Islam, menyebutnya sebagai karya yang menakjubkan, dimana pembuatan ubin-ubin memperlihatkan penguasaan pada matematika yang begitu canggih sehingga tak dapat dibayangkan bertahan sampai dengan 20 atau 50 tahun sesudahnya.

 

Dunia juga mengakui, salah satu corak keramik yang paling indah adalah karya tangan-tangan terampil pembuat perajin keramik muslim. Memang pada awalnya mereka meniru corak keramik dari China dan Yunani. Namun, dalam perkembangan waktu, mereka menghasilkan corak yang berbeda. Keramik-keramik yang mereka ciptakan membentuk karakter keindahan tersendiri, berbeda dengan karakter keramik dari China atau Yunani. Teknik-teknik baru dalam pembuatan keramik pun lahir memperkaya khasanah seni Islam.

 

Semua bukti-bukti di atas tak selalu mengubah pandangan sebagian muslim yang menganggap bahwa Islam menghambat seni dan memusuhinya. Seolah-olah pada setiap perkembangan seni berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Sebagai pengenalan umum tentang seni Islam, yang diambil dari contoh-contoh dari koleksi museum secara komprehensif telah mencakup karya dari daerah selatan yang membentang dari Spanyol ke Asia Tengah, mulai dari abad ketujuh hingga sekarang ini sebagai usaha untuk melihat permukaan dengan jelas tentang keindahan seni Islam dan menemukan sejarah yang kaya akan tradisi budaya yang muncul pada seni.

 

Royal patronase atau pejabat berkuasa yang membuat kebijakan memainkan peran penting dalam pembuatan seni Islam, seperti yang terjadi dalam seni budaya lain. Pembangunan masjid dan bangunan keagamaan, termasuk dekorasi dan perabotan mereka, adalah tanggung jawab penguasa dan hak prerogatif pejabat pengadilan tinggi saat itu. Monumen kebijakan seperti itu tidak hanya diberikan untuk kebutuhan ruhani muslim, tetapi sering disajikan oleh komunitas pendidikan dan berfungsi sebagai amal baik. Royal patronase bagi seni sekuler juga merupakan fitur standar dari kedaulatan Islam, yang memungkinkan penguasa untuk menunjukkan kemegahan istananya dan dengan berdasarkan ekstensi keunggulan dari negara. Bukti seni-sopan-patronase ini berasal dari karya-karya seni itu sendiri, tapi yang sama pentingnya adalah sumber informasi dan tubuh yang ekstensif teks sejarah kerajaan yang menegaskan adanya sponsor dari seni hampir sepanjang periode Islam. Karya-karya sejarah ini juga menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari pengadilan terhadap seni ini, yang disponsori pun telah selamat, apalagi benda-benda tersebut terbuat dari bahan berharga dan sangat jarang dijumpai.

 

Dari abad keempat belas dan seterusnya, khususnya di bagian timur wilayah kekuasaan Islam, seni buku dan sastra menyediakan dokumentasi terbaik dari seni-sopan-patronase. Tentu saja tidak semua karya seni Islam yang disponsori oleh pengadilan, bahkan mayoritas benda dan naskah dalam koleksi museum berasal dari tempat lain. Seperti karya seni, termasuk produk keramik, pangkal metalware, karpet dan tekstil, yang sering kali dipandang sebagai produk urban, kelas menengah patronase. Objek ini tetap sering mencerminkan gaya yang sama dan menggunakan bentuk yang sama dengan teknik yang digunakan dalam seni yang sopan.

 

Produksi dalam seni-sopan-santun atau pengaturan perkotaan atau seni untuk konteks religius, perwujudan seni Islam pada umumnya merupakan karya seniman anonim. Sebuah pengecualian, adalah dalam bidang seni buku. Nama-nama ahli kaligrafi tertentu sangat terkenal, yang tidak mengejutkan mengingat keunggulan kata-kata tertulis dalam Islam, seperti juga orang-orang dari sejumlah pelukis, yang sebagian besar melekat pada pengadilan tertentu. Identifikasi seniman ini didasarkan pada telah ditandatangani atau diberikan contoh-contoh karya mereka dan pada referensi bersifat tekstual. Mengingat sejumlah besar yang masih ada sebagai contoh, ada beberapa tanda tangan komparatif ditemukan pada logam, tembikar, ukiran kayu, ukiran batu dan tekstil, dimana mereka memberikan tanda tangan. Yang sering kali terjadi selama beberapa generasi, khususnya dalam medium tertentu atau teknik tertentu.

 

Seni Keramik Muslim Era Keemasan

 

Lantaran Islam berawal dari Jazirah Arab, sedikit-banyak seni pembuatan keramik yang tersebar di dunia Islam banyak dipengaruhi kebudayaan Arab. Pembuatan keramik di dunia Islam sangat berhubungan dengan beberapa aspek kehidupan sehari-hari, baik itu untuk memenuhi kebutuhan publik maupun kebutuhan pribadi. para seniman Muslim di era kekhalifahan, yang telah membuat beragam bentuk untuk lantai keramik yang juga digunakan untuk menghiasi dinding.. Tak cuma itu, para seniman pun membuat beragam barang kebutuhan sehari-hari seperti, cangkir, gelas, piring, mangkuk, botol dan penampung air dari tembikar.

Gaya Hispano-Moresque muncul di Andalusia pada abad ke-8, di bawah dinasty Fatimiyah. Ini adalah gaya keramik Islam yang dibuat di Spanyol masa Islam, setelah Moor, telah diperkenalkan dua teknik keramik untuk Eropa yaitu  glasir opak dan putih, glasir timah dan lukisan dengan metalik lusters. Islamic Moresque Hispano-ware, dibedakan dalam keramik dari telaah sudut kekristenan dan dari sudut pandang karakter seni Islam yang dilihat dari dekorasinya. Istilah ini juga mencakup barang-barang yang dihasilkan oleh orang Kristen. Dunia Islam Abad Pertengahan juga memiliki keramik dengan gambaran binatang atau hewan. Contoh-contohnya dapat  ditemukan di seluruh dunia Islam Abad Pertengahan, khususnya di Persia dan Mesir.

 

Sebelum mampu mengembangkan teknik sendiri, pada periode awal para seniman Muslim masih banyak terpengaruh gaya dari negeri lain dalam membuat keramik. Menurut sejarahwan, Arthur Lane, produksi tembikar pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah mulai meningkat. Pada era itu, papar Lane, produksi keramik di dunia Islam mendapat pengaruh dari China. Hal itu dibuktikan dengan catatan yang ditulis sejarahwan Islam seperti Ibnu Kurdadhbih dalam risalah yang berjudul Book of Roads and Provinces bertarikh 846 M – 885 M. Dia mengungkapkan bahwa pada era itu, perdagangan antara dunia Islam dengan China berlangsung dengan pesat. Sejarahwan muslim Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki mengungkapkan fakta bahwa Gubernur Khurasan, Ali ibnu Isa mengirimkan 20 pasang porselin kekaisaran China kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid yang tak pernah terlihat sebelumnya di istana sang khalifah.

 

Pada periode awal, para seniman Islam sudah mulai mengembangkan ide tentang lusterware – sejenis tembikar, keramik – porselin dengan lapisan glasir  metalik yang memberi efek warna. Lusterware pertama diciptakan para seniman Islam dengan melalui tiga proses pembakaran. Awalnya, lusterware menggunakan beragam warna. Namun, lantaran faktor ekonomi tembikar atau keramik jenis lusterware hanya menggunakan satu warna saja. Pada masa itu, keramik atau porselin jenis itu diproduksi di Mesir. Tembikar khas negeri ‘Piramida’ itu dilukis dengan gambar burung, hewan-hewan serta manusia. Saat itu, Mesir berada dalam era kekuasaan dinasti Fatimiyah. Selain itu, lusterware pun dikembangkan dan diproduksi di Persia dan Afghanistan. Memasuki pertengahan abad ke-11 M, Persia ditaklukkan Dinasti Seljuk suku nomaden dari Turki. Seperti halnya dinasti Fatimiyah, bangsa Seljuk juga membawa gaya dan teknik pembuatan keramik ke berbagai wilayah yang mereka kunjungi. Selama tiga abad (11 M – 13 M), dinasti Seljuk mampu menciptakan suasana perdamaian, sehingga, kesenian pun tumbuh pesatnya. Sejarah mencatat, sepanjang separuh abad dari 1175 M hingga 1225 M, industri keramik berkembang dengan pesat di kawasan Timur Dekat. Pada era itu, kota Rayy dan Kashan, di utara Persia tengah menjadi sentra beragam jenis tembikar. Paling tidak, ada tiga jenis tembikar yang diperkenalkan oleh dinasti Seljuk ini. Di abad ke-13 M, sentra keramik mulai muncul di Kashan dan Mesir. Di kedua wilayah itu, industri keramik tumbuh begitu pesat, karena pusat industri keramik di negeri muslim lainnya telah dihancurkan oleh tentara Mongol. Sepanjang abad ke-13 M hingga 14 M, beragam jenis keramik diproduksi di Kashan yang menjadi pusat industri keramik dan diakui sebagai penghasil ubin lantai yang termasyhur.

 

Salah satu faktor yang membuat tembikar dan keramik Islam unik adalah bentuk dan hiasannya. Keramik dengan desain ukiran merupakan salah satu jenis produk yang banyak ditemukan di dunia Islam. Produksi jenis keramik ini dimulai pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah. Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-bentuk flora yang dimasukkan dengan cara distempel dan ditempel. Keramik jenis ini dapat ditemukan di Samara, Irak, dan Fustat dan Mesir. Keramik jenis ini diproduksi sebagai bentuk penghormatan kepada dinasti Fatimiyah dan Aybiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-11 M hingga 13 M. Tak heran, jika keramik jenis ini banyak ditemukan di Mesir. Keramik jenis ini juga dihiasi dengan beragam motif seperti flora, fauna serta kaligrafi.

Seni pembuatan tembikar atau keramik merupakan salah satu keahlian yang dimiliki para seniman muslim di era kejayaan Islam. Hampir di setiap wilayah kekuasaan Islam, beragam seni rupa berkembang dengan pesatnya, menandakan bahwa peradaban ummat muslim di zaman itu mengalami masa keemasan. Keramik atau tembikar yang diproduksi para seniman muslim pun dikenal sangat berkualitas tinggi. Teknik pembuatan keramik Islam memang terkenal sangat unik. Para seniman muslim secara gemilang mampu membuat keramik dengan memadukan bahan seperti emas dan perak. Sehingga, tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan cantik. Terlebih keramik Islam menghadirkan kilauan metalik yang memukau setiap pecinta keramik.

 

Seni membuat keramik sebagai bagian dari seni rupa Islam merupakan perpaduan seni dari daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil dan Eropa. Wilayah itu didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok (China). Keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya.

 

Keramik dengan timah yang mengkilat, Moresque Hispano-ware dengan hiasan lusterware masa Islam dari Spanyol sekitar tahun 1475. Dari abad delapan sampai abad delapan belas, penggunaan keramik mengkilap telah lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan bentuk rumit tembikar. Glasir tin-opacified sebagai pelapis yang tampak seperti kaca adalah salah satu yang paling awal dari penggunaan teknologi baru yang dikembangkan sebagai bahan tembikar atau keramik Islam. Glasir buram pertama dalam seni Islam dapat ditemukan sebagai ware bercat biru di Basra, berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting lain adalah pengembangan stonepaste keramik, yang berasal dari abad ke-9 di Irak.

 

Industri pertama yang kompleks dari industri untuk kaca dan keramik yang produksinya dibangun di Ar-Raqqah, Suriah, pada abad ke-8. Inovatif keramik lainnya, adalah adanya pusat tembikar di dunia Islam termasuk Fustat (975-1075), Damaskus (1100 – 1600) dan Tabriz (1470-1550).

 

Lustreware ditemukan di Irak oleh ahli kimia Persia bernama Jabir bin Hayyan (Geber) pada abad ke-8 selama kekhalifahan Abbasiyah. Inovasi lain adalah albarello, sejenis mayolica guci gerabah yang awalnya dirancang untuk tempat obat untuk apotek seperti tempat salep dan obat-obatan kering. Pengembangan jenis ini untuk kebutuhan farmasi seperti jar keramik yang memiliki akar dalam Islam Timur Tengah. Bentuk ini dibawa ke Italia oleh pedagang Hispano-Moresque Italia, sebagai contoh paling awal dari produksi di Florence pada abad ke-15.

 

Pada periode pertengahan itu, Mesir juga menjelma menjadi sentra industri keramik yang maju. Apalagi negeri itu tak mampu ditembus oleh pasukan tentara Mongol. Dinasti Mamluk yang berkuasa di kawasan itu mampu memukul mundur serangan membabi-buta yang dilancarkan bangsa Mongol. Produksi keramik berkembang pesat, lantaran penguasa Mamluk menarik banyak seniman pembuat keramik dari wilayah lain untuk berkreasi di Mesir. Ciri khas, keramik yang diciptakan seniman Mamluk adalah menampilkan tema-tema keagamaan. Dinasti ini memang sangat mendukung berkembangnya seni rupa Islam. Pada periode akhir, ada tiga jenis keramik atau tembikar yang berkembang di dunia Islam. Salah satu keramik yang terkenal pada masa itu adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat industri keramik pada periode terakhir itu berada di Kirman, di wilayah tersebut banyak dibuat tiruan keramik Cina.

 

Teknik dan desain keramik Islam yang khas telah berpengaruh terhadap seni keramik di Negara-negara Eropa, seperti Italia, Prancis, Spanyol serta Inggris. Bahkan, para seniman Spanyol kerap menggunakan desain Islam dalam membuat aneka produk keramik yang dikenal dengan nama Hispano-Moresque. Begitulah, para seniman muslim di era keemasan turut mewarnai perkembangan seni pembuatan keramik.

 

Seni pembuatan tembikar atau keramik merupakan salah satu keahlian yang dimiliki para seniman muslim di era kejayaannya. Hampir di setiap wilayah kekuasaan Islam beragam seni rupa berkembang pesat yang menandakan bahwa peradaban ummat muslim di zaman itu mengalami masa keemasan. Keramik atau tembikar yang diproduksi para seniman muslim pun dikenal sangat berkualitas tinggi. Teknik pembuatan keramik Islam memang terkenal sangat unik. Para seniman muslim secara gemilang mampu membuat keramik dengan memadukan bahan seperti emas dan perak. Sehingga, tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan cantik. Terlebih keramik Islam menghadirkan kilauan metalik yang memukau setiap pecinta keramik.

 

Para seniman muslim di era kekhalifahan telah membuat beragam bentuk lantai keramik yang digunakan juga untuk menghiasi dinding bangunan. Para seniman pun membuat beragam produk keramik untuk kebutuhan sehari-hari seperti, cangkir, gelas, piring, mangkuk, botol, gentong penampung air. Salah satu faktor yang membuat tembikar dan keramik Islam unik adalah bentuk dan desain ukiran serta hiasannya yang banyak ditemukan sebagai peninggalan seni.

 

Produksi jenis keramik pakai dimulai pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah. Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-bentuk flora yang diterapkan dengan cara cap atau distempel. Keramik jenis ini dapat ditemukan di Samara, Irak, dan Fustat, Mesir. Keramik jenis ini diproduksi sebagai bentuk penghormatan kepada dinasti Fatimiyah dan Aybiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-11 M hingga 13 M. Tak heran, jika keramik jenis tersebut  banyak ditemukan di Mesir. Keramik jenis ini juga dihiasi dengan beragam motif seperti flora, fauna, serta kaligrafi.

 

Seni membuat keramik sebagai bagian dari seni rupa Islam merupakan perpaduan seni dari daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di se kitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, Eropa. Wilayah itu didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemu kan pula pengaruh aki bat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya.

 

Keramik dengan motif Islam abad 8 ditemukan di Nara. Dewan Pendidikan Kota Nara, hari Jumat, tanggal 3 Juli 2009, mengumumkan penemuan 19 pecahan kendi keramik dengan motif Islam yang diperkirakan berasal dari Asia Barat di bekas situs kuil Saidaiji Prefektur Nara. Penemuan ini merupakan pecahan kendi keramik tertua dari Asia Barat di Jepang dan memberikan petunjuk bagi sejarah pertukaran budaya di Asia. Pecahan dari alas dan badan kendi keramik, yang diperkirakan berasal dari akhir abad ke-8 masehi, ditemukan bersama naskah berisi karakter tulisan China yang ditujukan untuk Jingokeiun Ninen. Pecahan kendi keramik dengan motif Islam ini diperkirakan dibawa ke Jepang dari Asia Tengah melalui rute jalur sutra laut yang terlebih dahulu singgah di China. Pejabat Dewan Pendidikan Kota Nara menyatakan penemuan ini sangat penting karena pecahan itu dapat memberikan petunjuk mengenai sejarah lalu lintas laut dan pertukaran budaya di Asia.

 

Deskripsi industri gelas di era keemasan Islam “Faisal Saleh” yaitu ilmu kimia, merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para kimiawan muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern diletakkan para kimiawan muslim.  Tidak hanya itu, sejarah mencatat bahwa peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang kimia. Kimiawan muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia.  Teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri wangi-wangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya kimia. Pada abad ke-13 Masehi seorang dokter muslim mencatat peradaban Islam melakukan revolusi bidang kimia. Kutipan dari sebuah seni dalam membuat gelas, yang merupakan salah satu pencapaian yang pernah ditorehkan peradaban Islam di era keemasan. Seni membuat gelas merupakan salah satu pencapaian yang ditorehkan Islam di era keemasan, tetapi jauh sebelum Islam ada, industri gelas telah dikembangkan oleh peradaban Mesir, Mesopotamia dan Suriah. Namun, pada era kejayaan Islam, teknologi distilasi uap yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi industri minyak wangi di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Kimiawan muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia, industri kimia sebagai warisan kejayaan Islam. Bagi peradaban Islam, kimia bukan hanya teori belaka, dimana melalui berbagai upaya, ummat Islam di abad keemasan telah melahirkan sederet industri yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ummat manusia. Perkembangan industri dalam peradaban Islam dipelopori dengan berkembangnya industri tekstil, dimana tekstil dipandang sebagai industri yang sangat penting bagi masyarakat Islam di era keemasan. Industri tekstil pun akhirnya berkembang begitu pesat di seluruh dunia. Ibn Miskawyh pernah melihat pemintal sutera (ibrism), penggulung sutera pada sejumlah batang alat pintal (mighzal) dan pada sebuah tongkat polo (sawladjan) atau pun gelas.

 

Sumber terpercaya menunjukkan bahwa tembikar muslim tidak mapan hingga abad ke-9 di Irak (sebelumnya Mesopotamia), Syria dan Persia. Selama periode ini, terutama digunakan glasir potongan timah putih (timah-glaze). Informasi mengenai periode sebelumnya sangat terbatas. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya spesimen yang masih hidup dalam kondisi yang baik, yang juga membatasi minat dalam studi keramik periode ini. Penggalian arkeologi yang dilakukan di Yordania menemukan hanya beberapa contoh keramik dari periode Umayyah, sebagian besar glasir on-glaze dari Khirbat Al-Mafjar.

 

Selama dinasti Abbasiyah, produksi tembikar mendapatkan momentum, dimana sebagian besar menggunakan glasir timah terutama dalam bentuk glasir putih buram. Beberapa sejarahwan, seperti Lane, melihat atribut bangkitnya suatu industri seperti dipengaruhi China. Bukti dari naskah-naskah Islam, seperti Akhbar al-Sin wa al-Hind (sekitar 851) dan Ibn’s Book Kurdadhbih. Jalan dan Provinsi (846-885), menunjukkan bahwa perdagangan dengan China sudah mapan. Lane juga mengacu pada bagian dalam sebuah karya yang ditulis oleh Muhammad bin al-Husayn al-Baihaki, (circa 1059) di mana ia menyatakan bahwa gubernur Khurasan, ‘Ali bin’ Isa, yang dikirim sebagai hadiah kepada khalifah Harun Al-Rasyid (786-809), adas dua puluh keping Imperial China porselen (Chini faghfuri), yang seperti yang belum pernah terlihat di istana khalifah sebelumnya, di samping 2.000 porselen lain.

 

Menurut Lane, pengaruh tembikar China berkembang dalam tiga tahap utama. Pertama, kontak dengan China terjadi tahun 751, ketika Arab mengalahkan China di Pertempuran Talas. Telah dikemukakan bahwa pembuat tembikar dan kertas China bisa dipenjarakan dan dibebaskan jika bisa mengajarkan Muslim seni tembikar dan pembuatan kertas. Hingga tahun 800-an tembikar dalam bentuk periuk dan porselen China mencapai Abbasiyah. Tahap kedua, berlangsung di abad kedua belas dan ketiga belas, masa tersebut terkenal karena penurunan industri tembikar setelah jatuhnya dinasti Seljuk. Periode ini juga melihat invasi bangsa Mongol yang membawa tradisi tembikar China. Pada tahap ketiga, di abad kelima belas, ketika banyak pengaruh yang datang melalui impor produk buatan dari dinasti Tang, Song dan Ming, di tangan Zheng He. Pengaruh keramik dari Dinasti Tang dapat dilihat pada lustrewares, tembikar yang diproduksi oleh Mesopotamia dan pada beberapa barang-barang putih awal yang diperoleh di Samarra dalam zaman modern Irak. Keramik dari periode ini ditemukan pula di Nisyapur dalam zaman modern Iran dan di Samarkand dalam zaman modern Uzbekistan. Islam inovasi juga dapat dilihat Hispano-Moresque ware, Iznik tembikar dan ilmu kimia dalam Islam.

 

Dari antara abad kedelapan dan kedelapan belas, penggunaan keramik mengkilap sudah lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan bentuk rumit tembikar.  Tin-opacified kaca, untuk produksi glasir kaca timah, adalah salah satu yang paling awal baru teknologi yang dikembangkan oleh tembikar Islam. Warna glasir buram Islam pertama dapat ditemukan sebagai keramik berglasir biru di Basra, berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting lain adalah pengembangan stone-paste keramik, yang berasal dari abad ke-9 Irak. Ini adalah glasir-kaca atau keramik semivitreous ware bertekstur halus, dibuat terutama dari api non-refactory dalam pembakaran tanah liat. Juga sebagai pusat dari tembikar atau keramik yang inovatif dan termasuk dunia Islam di Fustat (975-1.075), di Damaskus (dari 1100 menjadi sekitar 1600) dan di Tabriz (1470-1550).

 

Timah yang mengkilap dari Moresque Hispano-ware dengan lusterware hiasan, dari Spanyol sekitar tahun 1475. The Hispano-Moresque gaya tersebut muncul di Andalusia pada abad ke-8, di bawah Fatimiyah. Suatu bentuk gaya Islam dari tembikar yang dibuat di Spanyol Islam, setelah Moor telah memperkenalkan dua teknik keramik untuk Eropa: glasir dengan opak putih-glasir timah dan lukisan  metalik lusters. Hispano-ware Moresque sebagai karakter dekorasi Islam dibedakan dari tembikar kekristenan oleh para pengamat.

Lusterware diproduksi di Mesopotamia pada abad 9, teknik dan gaya tersebut segera menjadi populer di Persia dan Suriah. Lusterware kemudian diproduksi di Mesir selama kekhalifahan Fatimiyah di abad ke-10 sampai ke-12.  Sementara produksi lusterware diteruskan di Timur Tengah, menyebar ke Eropa yang pertama untuk Andalus terutama di Malaga dan kemudian ke Italia di mana glasir digunakan untuk meningkatkan mayolica.

 

Inovasi lain adalah albarello, sejenis guci gerabah mayolica, awalnya dirancang untuk pelengkap apotek sebagai tempat obat salep kering. Pengembangan jenis kewperluan farmasi berupa jar memiliki akarnya dalam Islam Timur Tengah. Dibawa ke Italia oleh Hispano-Moresque pedagang Italia sebagai contoh paling awal yang diproduksi di Florence pada abad ke-15.

 

Frit-ware mengacu pada jenis keramik yang pertama kali dikembangkan di Timur Dekat, di mana tanggal produksi pada akhir milenium pertama Masehi sampai melalui milenium kedua Masehi, dimana glasir-frit bahan yang signifikan. Sebuah resep untuk “fritware” berasal tahun 1300 yang ditulis oleh Abul Qasim dan melaporkan bahwa rasio kuarsa untuk “frit-kaca” pada tanah liat putih adalah 10 :1:1. Jenis keramik juga telah disebut sebagai “stonepaste” dan “fayans” di antara nama-nama lain. Sebuah korpus abad kesembilan dari “proto-stonepaste” dari Baghdad telah “renda pecahan kaca” dalam kain. Kaca adalah alkali-kapur-lead-silika dan ketika pasta dibakar atau didinginkan, Wollastonite dan diopside kristal yang terbentuk di dalam pecahan kaca. Kurangnya “inklusi hancur keramik” menunjukkan fragmen-fragmen ini tidak datang dari glasir. Alasan selain itu pasti akan melepaskan alkali ke dalam matriks pada mengglasir. yang akan “mempercepat vitrification pada suhu pembakaran relatif rendah, dan dengan demikian meningkatkan kekerasan dan densitas dari body keramik”. Apakah ini “kaca renda fragmen” sebenarnya “frit” dalam rasa terlihat lebih kuno.

 

Iznik tembikar diproduksi di Utsmani, Turki, pada awal abad ke-15 Masehi. Terdiri dari body, slip, dan glasir, di mana tubuh tembikar berglasir  “quartz-frit” . Glasir yang di “frits” dalam berbagai kasus yang tidak biasa dalam arti bahwa glasir mengandung timah oksida serta soda; yang mempengaruhi oksida dan membantu mengurangi koefisien ekspansi termal dari keramik. Analisis mikroskopis mengungkapkan bahwa materi yang telah diberi label “frit” adalah “kaca interstisial” yang berfungsi untuk menghubungkan partikel kuarsa.  Tite berpendapat bahwa gelas ini telah ditambahkan sebagai frit dan bahwa kaca terbentuk pada interstisial pembakaran glasir.

 

Dunia Islam Abad Pertengahan juga memiliki keramik dengan “animasi citra”. Produk tersebut dapat ditemukan di seluruh dunia Islam Abad Pertengahan, terutama di tempat-tempat seperti Persia dan Mesir. Menurut Art Institute of Chicago, yang menyebut sebagai “perkembangan dramatis keramik dalam periode Islam Abad Pertengahan disebut secara singkat dari sebuah revolusi industri “, tahun  1200-1400, dan Albarello dengan fleur-de-lys dekorasi dari Musée du Louvre, di awal abad ke-14, Suriah,.

 

Dimulai pada awal abad kesembilan, produksi keramik muslim secara bertahap dikembangkan. Hal ini menyebabkan pembentukan industri yang memiliki reputasi baik di Timur (Irak) yang kemudian menyebar ke seluruh dunia Islam. Dalam laporan Ibn Naji (1016) khalifah yang dikirim, selain ubin, “seorang laki-laki dari Baghdad” dimana kilau Qairawan untuk menghasilkan ubin untuk mihrab dari Masjid Agung (masih terawat). Georges Marcais tembikar, menyarankan bahwa Irak memang datang ke Quairawan. Kedatangan potter Baghdadi ini mengarah pada pembentukan sebuah pusat satelit untuk produksi keramik di Quairawan, tetapi tidak ada informasi yang belum dikembangkan untuk mengkonfirmasi atau menolak saran ini.

 

Di daerah Timur, bukti-bukti menunjukkan bahwa sebuah pusat produksi didirikan di Samarkand di bawah Samanid dinasti yang memerintah daerah ini dan bagian dari Persia antara 874 dan 999 Masehi yang dianggap paling tinggi teknik pembuatan dari pusat produksi ini adalah penggunaan kaligrafi dekorasi di kapal. Kejadian-kejadian yang mengarah pada runtuhnya Fatimiyah yang memerintah tahun 1171 menyebabkan produksi keramik pindah ke pusat-pusat baru, melalui proses yang serupa dengan yang dijelaskan di atas sehubungan dengan Irak. Akibatnya, Persia menjadi pusat kebangkitan kembali seni Isl;am di bawah kekuasaan Seljuk (1038-1327). Ini bukan suatu kebetulan sebagai memperluas kekuasaan.  Seljuk menguasai Persia, Irak, Suriah, dan Palestina serta Anatolia dengan Muslim di Asia Kecil.  Semua ini telah membangun untuk beberapa waktu yang dianggap cukup, sebagai pusat tembikar tua.

 

The Seljuk membawa inspirasi baru dan segar bagi dunia Muslim, dengan menarik seniman, pengrajin dan tembikar dari semua daerah termasuk Mesir. Selain melanjutkan produksi yang sama yang bertambah lebih halus dengan timah dan kilau glasir keramik, dimana Seljuk (di Persia) yang diposisikan untuk memperkenalkan tipe baru yang kadang-kadang dikenal sebagai “fayans“, ini terbuat dari putih keras frit paste dilapisi dengan transparan alkali Glaze.

 

Dalam naskah langka dari Kasyan dikompilasi oleh Abulqassim di tahun 1301, ada penjelasan lengkap mengenai bagaimana produksi fayans dilakukan. Frit itu terbuat dari sepuluh bagian bubuk kuarsa, satu bagian dari tanah liat dan satu bagian dari campuran glasir. Yang berwarna lembut sendiri adalah terbentuk dari kira-kira sama campuran tanah kuarsa dan abu tanaman gurun yang mengandung proporsi yang sangat tinggi dari garam alkaline yang bertindak sebagai fluks dan menyebabkan kuarsa untuk berubah menjadi kaca pada suhu yang bisa diatur. Selain itu akan menghasilkan glasir transparan. Lane membandingkan bahan ini dengan pate tender Perancis, yang digunakan pada tembikar yang baru di abad kedelapan belas. Body dari material dan glasir baru tersebut ditawarkan tukang periuk dalam kemampuan menangani dan manipulasi produksi yang lebih besar. Ini memungkinkan perajin periuk untuk meningkatkan kualitas dan penampilan dari benda, termasuk desain yang lebih halus dengan pola dekoratif. Hasilnya adalah berbagai produk besar seperti mangkuk dari berbagai ukuran dan bentuk, kendi, tempat pembakar dupa, lampu, tempat lilin, nampan, ubin dan sebagainya. Keuntungan ini juga memungkinkan kontrol lebih besar pada benda berukir, hiasan, penggunaan yang halus di Seljuk dan diperpanjang sampai abad kedua belas.

Hiasan ukiran di keramik adalah sebuah tradisi lama yang digunakan dalam tembikar muslim abad kesembilan dikenal sebagai teknik sgraffiato, yang merupakan teknik ukiran berdasarkan incising desain dengan alat yang tajam melalui slip putih- merah untuk mengungkapkan warna dasar body tembikar. Produk tersebut kemudian dilapisi dengan glasir.

 

Seljuk juga mengembangkan apa yang disebut silhouette barang yang dibedakan oleh latar belakang hitam. Ini diproduksi oleh suatu teknik yang terdiri dari lapisan body putih fritware dengan slip hitam tebal untuk hiasan kemudian diukir. Kemudian, diterapkan lapisan berwarna biasanya biru atau hijau, glasir transparan. Menurut Lane, teknik ini digunakan, dalam bentuk yang lebih sederhana, di Samarkand antara abad kesembilan dan kesepuluh. Metode yang kemudian dikembangkan terdiri dari pencampuran warna buram dengan slip tanah liat tebal sebagai  gantinya.

 

Pada akhir  setelah abad pertengahan (1400-seterusnya), pengaruh warna biru dan putih dari porselen Yuan dan dinasti Ming terbukti dalam banyak produk keramik yang dibuat oleh perajin tembikar Muslim. Barang dagangan yang dibuat di kota Iznik di Anatolia sangat terkenal dan memiliki pengaruh besar terhadap seni dekoratif Eropa, misalnya Mayolica di Italia.

 

Dalam studi tembikar Islam, Arthur Lane menghasilkan dua buku yang membuat kontribusi substansial untuk memahami sejarah dan jasa keramik Muslim. Buku pertama didedikasikan untuk mempelajari keramik awal dari Abbasiyah sampai periode Seljuk, dengan membuat sketsa berbagai peristiwa yang memainkan peran penting dalam naik turunnya gaya tertentu. Dalam buku kedua, Lane bekerja, menggunakan gaya retoris yang sama, diadopsi dari buku pertama, kali ini mencurahkan perhatiannya untuk periode dari abad kesembilan belas dari tembikar Mongol ke Iznik dan Persia. Benda-benda lain tidak membutuhkan penjelasan untuk dikagumi, sebuah mangkuk batu kristal abad ke-11 M dari Mesir; sebuah lampu masjid tembikar Iznik abad ke-16 M dari Istanbul; sebuah mangkuk abad ke-15 M yang menggambarkan sebuah kapal Portugis yang sedang berlayar yang dibuat di Spanyol dengan menggunakan teknik pengkilapan glasir yang diciptakan di Irak berabad-abad sebelumnya. Juga sebuah mimbar kayu setinggi 19 kaki yang dibuat pada akhir abad ke-15 M untuk sebuah masjid di Kairo.

 

Berikut sejumlah penelitian Lane, muncul. karya yang paling komprehensif mengadopsi pandangan umum dari RL Hobson, Ernst J. Grube, Richard Ettinghausen, dan lebih baru dari Alan Caiger-Smith dan Gesa Febervari. Kontribusi tambahan dibuat oleh orang-orang yang mengkhususkan diri dalam waktu tertentu atau regional tembikar dalam sejarah Islam seperti Georges Marcais dalam karyanya di Afrika Utara, Oliver Watson di Persia dan JR Hallett di Pottery Abbasiyah.

 

Dunia juga mengakui, salah satu dari corak keramik yang paling indah adalah karya tangan-tangan terampil pembuat keramik muslim. Memang pada awalnya mereka meniru corak keramik dari China dan Yunani. Namun, dalam perkembangan waktu, mereka menghasilkan corak yang berbeda dan khas. Keramik-keramik yang mereka ciptakan membentuk karakter keindahan tersendiri, berbeda dengan karakter keramik dari China atau Yunani, sehingga teknik-teknik baru dari pembuatan keramik pun lahir memperkaya keramik Dunia.

 

1.674 comments

11

Des

SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2 (1-10)

Posted by mulyadiutomo  Published in Seni

SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2

Oleh Agus Mulyadi Utomo

Istilah Islam dan seni rupa mengantarkan untuk memahami pertumbuhan atau perkembangan dan penyebaran agama Islam serta proses integrasi masyarakat di Indonesia abad 16 – 19. Dengan memahami pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran agama Islam serta proses integrasi masyarakat yang ada di Indonesia, maka diharapkan tumbuh kesadaran dalam diri ummat untuk menghargai dinamika masyarakat Indonesia sehingga dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam membahas proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam serta wujud akulturasinya di Indonesia, adalah juga membahas kerajaan-kerajaan Indonesia yang bercorak Islam, sehingga ada uraian proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia dan contoh wujud akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam serta filsafat Islam dalam seni bangunan, seni rupa, aksara dan sastra atau kaligrafi, system pemerintahan dan sistem kalender.

            

Adalah “sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah’, begitulah ungkapan petualang Muslim asal Maroko, bernama Ibnu Batutta, bagaimana menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan pada Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya selama 15 hari pada tahun 1345 Masehi. Dalam catatan perjalanan berjudul “Tuhfat Al-Nazha”, Ibnu Batutta menuturkan, pada masa itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Jauh sebelum ‘Sang Pengembara Muslim’ itu menginjakkan kakinya di kerajaan muslim pertama di Nusantara itu, seorang penjelajah asal Venicia, Italia bernama Marco Polo pada tahun 1292 M. Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin rombongan yang membawa ratu dari China ke Persia. Bersama 2.000 pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan di bumi ‘Serambi Makkah’ itu. Dalam kisah perjalanan berjudul “Travel of Marco Polo”, pelancong dari Eropa itu juga mengagumi kemajuan yang dicapai kerajaan yang terletak di Aceh tersebut. Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai berdiri lebih awal dibanding Dinasti Usmani di Turki yang sempat menjadi adikuasa dunia. Jika Ottoman mulai menancapkan kekuasaannya pada tahun 1385 M, maka Samudera Pasai sudah mengibarkan bendera kekuasaannya di wilayah Asia Tenggara pada tahun 1297 M.  Raja pertama Samudera Darussalam bernama Merah Silu.

Hikayat Raja-raja Pasai menceritakan asal-muasal penamaan kerajaan yang berada di pantai utara Sumatera. Syahdan, suatu hari Merah Silu melihat seekor semut raksasa yang berukuran sebesar kucing. Merah Silu yang kala itu belum memeluk Islam menangkap dan memakan semut itu. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra. Tak semua orang percaya kisah yang berbau legenda itu. Sebagian orang meyakini kata Samudera berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘laut’. Sedangkan kata Pasai diyakini berasal dari Parsi, Parsee atau Pase. Saat itu, banyak pedagang dan saudagar muslim dari Persia-India alias Gujarat singgah ke Nusantara. Merah Silu kemudian memutuskan untuk masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik Al-Saleh. Dia mulai menduduki tahta Sultan Samudera Pasai pada tahun 1297 M. Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai bersamaan dengan melemahnya dominasi Kerajaan Sriwijaya. Konon, Malik Al-Saleh bukanlah pendiri Kerajaan Samudera Pasai. Ada yang menyebutkan kesultanan itu didirikan Nazimuddin Al-Kamil, seorang laksamana laut asal Mesir. Sekitar tahun 1283 M, Pasai dapat ditaklukan Nazimuddin. Ia lalu mengangkat Merah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Di bawah kepemimpinan Malik Al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Tahta Malik Al-Saleh yang berkuasa selama 29 tahun akhirnya diganti Sultan Muhammad Malik Al-Zahir (1297 M – 1326 M).

Pada era kepemimpinan Al-Zahir, Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya. Ibnu Batutta yang berkunjung di era kepemimpinan Al-Zahir mencatat berbagai kemajuan yang telah dicapai Samudera Pasai. Menurut Battuta, Samudera Pasai begitu subur. Aktivitas perdagangan dan bisnis di kerajaan itu sudah begitu berkembang pesat. Hal itu dibuktikan dengan sudah digunakannya mata uang emas. Batutta juga tak bisa menutupi rasa kagumnya begitu berkeliling kota pusat kerajaan itu. Ia begitu takjub melihat sebuah kota besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara kayu.

Di masa keemasannya, Samudera Pasai pun menjelma menjadi pusat perdagangan internasional. Kerajaan pelabuhan Islam itu begitu ramai dikunjungi para pedagangan dan saudagar dari berbagai benua seperti, Asia, Afrika, China dan Eropa. Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan Seumerlang. Di abad ke-13 M hingga awal abad ke-16 M, Pasai merupakan wilayah penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia, dengan lada sebagai salah satu komoditas andalannya. Setiap tahunnya, Pasai mampu mengekspor lada sekitar 8.000 hingga 10 ribu bahara. Tak cuma itu, Pasai pun merupakan produsen komoditas lainnya seperti sutra, kapur barus serta emas. Sebagai alat tukar perdagangan, Samudera Pasai sudah memiliki mata uang emas, yakni dirham. Selain menjalin kongsi dengan negara-negara dari luar Nusantara, hubungan dagang dengan pedagang-pedagang dari Pulau Jawa pun begitu baik. Bahkan, para saudagar Jawa mendapat perlakuan yang istimewa. Mereka tak dipungut pajak. Biasanya para saudagar dari Jawa menukar beras dengan lada.

Sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai juga memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Allah SWT ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan.

Konon, Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, Sultan Pasai. Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten ternyata putera daerah Pasai. Dengan demikian Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Pulau Jawa.

Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Tak heran, bila kehidupan masyarakatnya juga begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam. Inilah yang membuat Aceh kemudian dikenal sebagai Serambi Makkah. Pemerintahnya bersifat teokrasi berdasarkan ajaran Islam. Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh, Pasai juga menjalin persahabatan dengan penguasa negara lain seperti Campa, India, Tiongkok, Majapahit dan Malaka.

Pada tahun 1350 M, Kerajaan Majapahit menggempur Samudera Pasai dan mendudukinya. Samudera Pasai pun mulai mengalami kemunduran. Sekitar tahun 1524 M, wilayah Pasai berhasil diambil kerajaan Aceh. Sejak saat itulah, riwayat kejayaan Samudera Pasai berakhir.

Sejarah Kejayaan Pasai sebagai kerajaan Islam pertama yang pernah berjaya di bumi Nusantara, dimana Samudera Pasai meninggalkan berbagai peninggalan penting, dianggap sebagai saksi sejarah kejayaan Samudera Pasai. Adalah Deureuham atau Dirham, dirham merupakan alat pembayaran dari emas tertua di Asia Tenggara. Mata uang ini digunakan Samudera Pasai sebagai alat pembayaran pada masa Sultan Muhammad Malik al-Zahir. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat. Lalu  ada  Cakra Donya, Cakra Donya adalah hadiah yang diberikan Kaisar China kepada Sultan Samudera Pasai. Hadiah ini berupa bel, terbuat dari besi dan diproduksi pada tahun 1409 M. Bel itu dipindahkan ke Banda Aceh sejak Portugis dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Juga terdapat makam Sultan Malik Al-Saleh. Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab. Selain itu ada makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir. Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, yang memimpin Samudera Pasai sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat: Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.

 

2.847 comments

Komentar Terbaru

  • 퍼스트카지노 pada Berpikir Desain Produk dan Pengertian Awal
  • MiaDoova pada MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (1)
  • diversidad de comidas típicas pada MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (1)
  • diversidad de comidas típicas pada SENI RUPA ISLAM INDONESIA 1 (1-10)
  • como hackear correos pada SENI RUPA ISLAM INDONESIA 1 (1-10)

Arsip

  • Januari 2017
  • September 2016
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Juni 2014
  • Februari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013

Kategori

  • desain
  • ergonomi
  • karya
  • Keramik
  • ornamen
  • Pameran Seni
  • produk kekriyaan
  • Seni
  • seni kriya
  • Tak Berkategori
  • Tulisan
  • workshop

Meta

  • Daftar
  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed komentar
  • WordPress.org

Recent Entries

  • Tinjauan Khusus Keramik (1-Yunani, 2-China, 3-Korea, 4-Jepang, 5- Modern, 6-Indonesia)
  • Berpikir Desain Produk dan Pengertian Awal
  • Workshop Penerapan Warna Pebeo Pada Mixed Media
  • PAMERAN PRODUK KEKRIYAAN DI MUSEUM PENDET
  • Kajian Ergonomi 1
  • KEUNGGULAN SENI KERAMIK BALI, TANTANGAN DAN HARAPAN
  • 64
  • SENI RUPA – KERAMIK ISLAM
  • SENI RUPA – KERAMIK ISLAM
  • SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2 (1-10)
  • Random Selection of Posts

    • MENGENAL ORNAMEN
    • Halo dunia!
    • SENI RUPA – KERAMIK ISLAM
    • SENI RUPA ISLAM INDONESIA 1 (1-10)
    • SENI RUPA ISLAM INDONESIA 2 (1-10)
    • MATERI TEORI KRIYA PRODUK PELATIHAN GURU SENI SMA / SMK PROPINSI BALI (4)
© 2008 Mulyadi Utomo is proudly powered by WordPress
Theme designing by Mark Hoodia
Selamat Datang di Fasilitas Bloging ISI Denpasar Klik untuk mendaftar ISI Denpasar Mainsite