BENTUK TABUH LELAMBATAN PEGONGAN GAYA BADUNG

This post was written by maindradana on Juli 9, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

Salah satu bentuk kekayaan di bidang seni karawitan Bali adalah komposisi tabuh lelambatan pegongan. Komposisi karawitan ini dapat didefinisikan sebagai bentuk komposisi karawitan instrumental yang biasanya dimainkan dengan media gambelan Gong Gede dan gambelan Gong Kebyar. Kekeberadaan komposisi ini sangat populer di masyrakat, dimana penyebaran sangat merata di Bali. Tidak ada wilayah kabupaten dan kota yang tidak memiliki bentuk komposisi ini. Dan keberadaannyapun sangat beragam dengan ciri-ciri dan gaya yang berbeda. Dilihat dari daerah kelahirannya terdapat berbagai macam gaya. Gaya –gaya tersebut masing-masing memiliki cirri khas serta karakter tersendiri yang membedakan satu dengan yang lainnya. Kuatnya karakter yang dimiliki oleh masing-masing gaya tersebut, terkadang mampu menunjukan identitas wilayah kelahirannya. Di bali terdapat berbagai macam gaya karawitan dimana masing-masing memiliki karakteristik serta identitas yang sangat kuat. Keberadaan gaya-gaya tersebut sangat eksis di masyarakat dan memiliki arti yang sangat penting sebagai sebuah identitas, sehingga kalangan masyarakat dan seniman kususnya dapat dengan mudah mengenali sebuah gaya musik dengan memperhatikan idiom-idiom dari masing-masing gaya tersebut. Aspek fisik (pelawah) dari bangunan gamelan, ornamentasi (ukiran), merupakan idiom non-musikal yang dapat mencerminkan identitas kedaerahan, sedangkan bentuk musik, pengungkapan dan pengolahan musikalitas serta ekspresi penyajiannya menjadi idiom musikal yang mudah dikenal. Sisi lain perkembangan seni karawitan Bali adalah sulitnya mengidentifikasikan gaya-gaya karawitan. Keberadaan gaya-gaya yang sebelumnya eksis dan mengakar di masyarakat serta menjadi identitas personal dan regional menjadi kabur, bahkan ada diantaranya terancam punah karena mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini hanya semata-mata gaya tersebut dianggap kurang kompetetif dan tidak mampu bersaing pada event-event festival atau parade yang digelar oleh pemerintah. Fenomena yang terjadi di wilayah Bali Utara adalah merupakan salah satu contoh yang sangat menarik untuk diungkapkan karena untuk dapat meraih prestasi dalam festival, para seniman dan pemerintah meninggalkan gaya kekebyaran yang sebelimnya begitu kuat mengakar dengan beralih ke gaya kekebyaran Bali Selatan. Tabuh Lelambatan Pagongan Gaya Badung adalah salah satu bentuk komposisi Lelambatan Pagongan yang lahir dan berkembang di wilayah Badung. Gaya ini telah menjadi identitas tersendiri bagi daerah Badung yang membedakannya dengan gaya-gaya tabuh lelambatan pagongan lainnya di Bali. Keberadaan lelambatan gaya Badung adalah merupakan salah satu gaya yang populer di kalangan masyarakat khususnya yang berkecimpung di dalam dunia seni karawitan Bali. Kepopuleran gaya ini tidak saja dikenal oleh kalangan seniman karawitan di daerah Badung namun juga dikenal oleh kalangan seniman yang ada di luar wilayah Badung. Kelebihan dan keunggulan dalam bahasa musical serta keharmonisan dalam penataannya, menyebabkan lelambatan gaya Badung sering menjadi karya terbaik dan dijadikan acuan dalam penggarapan tabuh-tabuh lelambatan yang ditampilkan dalam berbagai event seperti Festival Gong Kebyar dan event-event lainnya. Fenomana ini sangat menarik untuk dijadikan mengingat di suatu pihak tabuh lelambatan gaya Badung masih eksis di masyarakat dan memiliki posisi yang sangat penting dalam berbagai kehidupan sosial dan keagamaan, namun di sisi lain demi mengikuti perkembangan karya seni modern, gaya lelambatan ini mengalami perubahan dan kolektivitas gaya yang dimiliki sebelumnya digantikan oleh gaya-gaya individual. TABUH LELAMBATAN Tabuh dalam konteks karawitan Bali memiliki pengertian yang sangat luas, adakalanya tabuh juga dipergunakan untuk menunjukan bentuk-bentuk komposisi lainnya di luar dari gending-gending lelambatan tradisional misalnya tabuh kreasi baru yaitu suatu bentuk komposisi karawitan yang di luar kaidah-kaidah tetabuhan klasik. Di samping itu kata ‘tabuh’ juga dipergunakan untuk menyebutkan bentuk-bentuk komposisi dari berbagai jenis barungan gamelan seperti tabuh Semar pegulingan, tabuh Gong Gede, tabuh Kekebyaran dan sebagainya. Tabuh bila dilihat sebagai suatu estetika teknik penampilan adalah hasil kemampuan seniman mencapai keseimbangan permainan dalam mewujudkan suatu repertoir hingga sesuai dengan jiwa, rasa dan tujuan komposisi. Selanjutnya pengertian tabuh sebagai suatu bentuk komposisi didifinisikan sebagai kerangka dasar gending-gending lelambatan tradisional. Misalnya tabuh Pisan, tabuh Telu, tabuh Pat dan sebagainya. Lelambatan diparkirakan berasal dari kata lambat yang berarti pelan yang mendapat awalan Le dan akhiran an kemudian menjadi lelambatan yang berarti komposisi lagu yang dimainkan dengan tempo dan irama yang lambat/pelan. Tambahan kata Pegongan pada bagian belakang kata lelambatan sebagai penegasan pengertian bahwa gending-gending lelambatan klasik pegongan adalah merupakan reportoar dari gending-gending yang dimainkan dengan memakai barungan gamelan “Gong”. Gamelan Gong yang dimaksud adalah gamelan-gamelan yang tergolong dalam kelompok barungan yang memiliki patutan Gong yaitu istilah yang dipergunakan untuk menyebutkan kelompok gamelan Bali yang mempergunakan laras pelog 5 (lima) nada. Adapun kelompok gamelan yang berlaras pelog lima nada di Bali ada beberapa jumlahnya diantaranya: Gamelan Gong Gede, Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Palegongan, Gamelan Gandrung. Namun demikian dari berbagai jenis tersebut yang biasanya dipergunakan untuk menyajaikan tabuh-tabuh lelambatan pegongan adalah Gamelan Gong Gede dan Gamelan Gong Kebyar. Terbentuknya Tabuh Lelambatan Gaya Badung Secara spesifik terbentuknya gaya dibidang seni sebagaimana dikatakan oleh Sukerta (2005:3), bahwa gaya dibentuk atau diwujudkan oleh unsure-unsur fisik, teknik, kaidah estetika sehingga menunjukan suatu identitas. Di antara komponen-komponen baku tersebut, beberapa diantaranya yang berperan sangat penting adalah kondisi geografis dan latar belakang budaya masyarakat. Sebagai mana dikatakan Ketut Gde Asnawa (wawancara tgl. 11 juni 2007) bahwa gaya lelambatan Tabanan (Pangkung) yang cenderung lebih dinamis. Bentuk Dan Struktur komposisi  Tabuh Dua Lelambatan Gaya Badung Sebagaimana umumnya bentuk-bentuk komposisi karawitan klasik, salah satu cirri khasnya adalah mempergunakan konsep hitung atau angka-angka. Hitungan angka-angka tersebut  dipergunakan sebagai untuk menunjukan adanya pengulangan frase-frase (angsel atau pade) motif permainan beberapa instrument yang ditandai jatuhnya pukulan kempur, kempli, kajar yang diakhiri dengan pukulan gong. Dilihat dari bentuknya, terdapat berbagai komposisi tabuh yang tegolong tabuh lelambatan pegongan yang berkembang dan memiliki identitas sebagai lelambatan gaya Badung, diantaranya:

  1. Tabuh Pisan
  2. Tabuh Dua
  3. Tabuh Telu
  4. Tabuh Pat, Nem dan Kutus

Comments are closed.