OGOH-OGOH

April 21st, 2014

Ogoh-ogoh, Simbol Bhuta Kala Menjelang Nyepi

 ogoh Ogoh-ogoh merupakan budaya di bali,kehadirannya menjadi salah satu pelengkap ritual di bali.sehari sebelum nyepi,masyarakat hindu khususnya di bali,melaksanakan tradisi pengerupukan.tradisi semacam prosesi mengembalikan bhuta kala ke asalnya.menurut kepercayaan, mereka mereka di bangunkan dengan alat-alat , umumnya,obor, api,saprakpak,sembur meswi, bunyi-bunyian kentongan yang di bawa mengelilingi seisi rumah.sementara itu,berwujud ogoh-ogoh,sang bhuta kala lalu di arak menuju cetus peta,perempatan.

Pawai ogoh-ogoh selalu di adakan tiap kali menyambut hari raya nyepi.rupa mereka direka sedemikian rupa dengan variasi bentuk menyeramkan,adayang berwujud raksasa,penjelmaan dewa-dewi dalam murti-nya,mengambil cerita tokoh dari pewayangan atau memakai figure-figur yang sedang popular,mereka di rakit memadukan estetika seni yang memikat secar visual.

Fungsi utama “ogoh-ogoh” adalah sebagai representasi Bhuta Kala yang dibuat menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, dimana “ogoh-ogoh” tersebut akan diarak beramai-ramai keliling banjar atau desa pada senja hari, sehari sebelum Hari Raya Nyepi (Pangrupukan). Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, prosesi ini melambangkan keinsyafan diri manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan “Bhuana Agung” (alam raya) dan “Bhuana Alit” (diri manusia). Dalam pandangan filsafat (tattwa), kekuatan tersebut dapat mengantarkan makhluk hidup di alam raya, khususnya manusia dapat menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua itu tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri serta seisi dunia.Hamper setiap tahun keberadaan ogoh-ogoh bek penggenap wajib dalam tradisi menyambut nyepi,pawai semarak selalu menjadi atraksi yang di nantikan,kebanyakan orang pasti bertanya perihal cikal bakal ogoh-ogoh dalam tradisi menyambut nyepi,penamaan ogoh-ogoh pun diambil dari sebutan ogah-ogah dari bahasa bali,artinya sesuatau yang di goyang-goyangkan,ogoh-ogoh di abadikan bahkan dalam sebuah lagu bali yang cukup popular.kata-kata itu di cantumkan sebagai lirik berbunyi”ogah-ogah,ogoh-ogoh, kala-kali lumamapah/ogah-ogah,ogoh-ogoh,ngiterin dese.

Tahun 1983 bisa menjadi bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di bali.pda tahun itu mulai di buat wujud-wujud bhuta kala dengan ritual nyepi di bali.ketika itu ada keputusan presiden yang menyatakan nyepi sebagai hari libur nasional,semenjak itu masyarakat mulai membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh,di beberapa tempat di bali.tradisi mengembalikan bhuta kalake asalnya di hari pengerupukan,di simbulkan dengan ogoh-ogoh,mirip tradisi lama masyarakat hindu di bali.tradisi barong landung, tradisi ndong nding,dan ngben ngwangun yang menggunakan ogoh-ogoh sang kalika,bisa juga di rujuk untuk menelusuri cikal bakal wujud ogoh-ogoh.

Bentuk Dan Makna Ogoh-Ogoh Di Bali

Sebelum hal ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kepercayaan yang di yakini oleh orang bali,yaitu hal-hal yang terjadi di dunia ini sebelum berpasangan,sebagai contoh sebagai orang baik dan ada orang jahat,ada kematian dan ada juga bayi yang baru lahir,atau pemahaman lebih sederhana yaitu ada warna hitam dan ada warna putih,jadi apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berjalan dengan seimbang,jadi ritual meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh di anggap sebagai perwkilan dari sifat buruk yang ada di dalam diri manusia.masyarakat bali memiliki persepsi bahwa ogoh-ogoh mempersentasikan sifat jelek atau buruk yang ada di dalam diri manusia,oleh karena itu masyarakat bali membuat ogoh-ogoh sebelum hari raya nyepi,di mana mereka melaksanakan tapebrata selama hari raya nyepi,setelah ogoh-ogoh selesai di buat dan di lanjutkan dengan diarak atau di bawa berkeliling desa, waktu untuk mengarak ogoh-ogoh pada sore hari di sebut pengerupukan, setelah itu ogoh-ogoh wajib di bakar sebagai symbol telah hilangnya sifat jelek atau buruk yang ada di dalam diri manusia,sehingga mereka siap melakukan tapabrata di hari raya nyepi di keesokan harinya.hari raya nyepidi bali merupakan hari raya yang sangat penting di bali,di mana mereka di wajibkan merenungkan segala perbuatan mereka selama satu hari penuh,jading membuat ogoh-ogoh dengan bentuk meyeramkan pun bukan bermaksud untuk menghina tapi lebih kepada menghormati keberadan dari roh-roh atu pengaruh jahat yang ada di alam ini,sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atu pawai biasanya melakukan minuman minuman keras yang di kenal dengan nama arak,mabuk karena minum arak di bali bukan sesuatu yang di larang, malah itu adalah hal yang di anjurkan oleh agama di bali , sebagai mana kita tahu masyarakat bali yang beragama hindu memiliki banyak dewa, begitu juga prilaku jahat mereka memiliki dewa dalam hal tersebut,yaitu dewa atau batara kala,sebenarnya hal ini bisa memberikan sedikit gambaran mengenai kepercayaan yang di yakini oleh orang bali, yaitu hal-hal yang terjadi di dunia ini selalu berpasangan,sebagai contoh ada orang baik dan ada juga orang jahat,ada kematian tapi ada juga bayi yang baru lahir atau pemahaman yang lebih sederhana yaitu ada warna hitam dan ada juga warna putih,jadi apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia setelah berjalan dengan seimbang,jadi ritual meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh di anggap sebagai perwakilan dari sifat buruk yang ada di dalam diri manusia dan akan di hilangkan bersamaan dengan di bakarnya ogoh-ogoh.hampir semua ogoh-ogoh di buat dengan wajah mengerikan seperti wajah setan  dan ada yang di buwat seperti tokoh-tokoh pewayangan.Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa ogoh-ogoh merupakan warisan budaya bali yang sudah ada dari jaman dulu. Ogoh-ogoh mempunyai makna yang begitu penting, di mana dalam perayaan hari raya nyepi ogoh-ogoh di pantaskan di desa atau didaerah masing-masing itu bertujuan untuk engusir roh jahat ( bhuta kala ).sebenarnya hal ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kepercayaan yang di yakini oleh orang bali,yaitu hal-hal yang terjadi di dunia ini selalu berpasangan, jadi apapu yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berjalan dengan seimbang. Dengan keberadaan arak-arakan “Ogoh-Ogoh” yang sudah menjadi tradisi inilah yang menambah daya tarik wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Karena selain memiliki keindahan tempat-tempat wisata, Balipun memiliki kekayaan budaya yang menjadi andalan kepariwisataan. Serasa belum lengkap bilamana wisatawan berkunjung tidak melihat prosesi “Ogoh-Ogoh” pada penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka.

 

Sumber Informan: AGUS INDRAWAN,UMUR 28,PEKERJAAN SENIMAN

Comments are closed.