Komentar video Gong Luang

This post was written by madesujendra on Desember 28, 2011
Posted Under: Tak Berkategori

“GONG LUANG”

            Gong Luang merupakan salah satu gamelan yang tergolong tua, yang mana satu-satunya yang terdapat di kabupaten Badung adalah di desa Kerobokan, adapun dengan repertoarnya yang masih ada seperti :

  • Pengarit ( pengawit ) untuk pembukaan
  • Kembang barig, untuk melasti
  • Gendang puyung, untuk ngelinggihan Betara
  • Belumbungan untuk iringan pemujaan Ida Betara
  • Lilit, untuk muspa
  • Ayat, untuk ngayat Ida Betara
  • Tayog, untuk iringan pendet

Di Kerobokan sendiri gong Luang memiliki fungsi ganda yaitu untuk upacara Dewa Yajna dan Pitra Yajna. Di Kerobokan atau mungkin di kabupaten Badung Gong Luang selalu identik dengan upacara Atma Wedana ( Nyekah Bukur ) tapi di Kerobokan sendiri sesuai gending-gending yang ada dipergunakan juga untuk mengiringi prosesi Piodalan di Pura- pura setempat, bahkan belakangan dipergunakan untuk mengiringi tarian Rejang, Baris Punia dan Drama tari ( Petopengan ). Gong Luang merupakan gamelan yang langka keberadaanya, dari segi barunganya jarang sekali pertumbuhanya dibandingkan dengan barungan gamelan yang lainya, seperti gong kebyar ataupun semar pegulingan.

Di kalangan masyarakat Hindu di Bali, Gong Luang dipercaya dapat mengantarkan roh orang yang meninggal kembali kepada asalnya yaitu ke alam para Dewa. Hal ini menunjukan bagaimana kedudukan Gong Luang sebagai unsur seni yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas dalam upacara pitra yajna. Gamelan Gong luang di Kerobokan dianggap sebagai gamelan yang sakral. Untuk menjaga kesakralan gamelan Gong Luang tersebut dengan cara menghaturkan sesaji ketika akan pentas ( muputin wali ).

Fungsi estetis dari pada Gong Luang di Kerobokan akan nampak pada upacara atma wedana atau nyekah bukur dari yang nista, madya maupun yang utama ( nyatur bah ) yaitu, mulai dari prosesi mepurwa daksina, ngaturan pemendakan, wali, nulek ajengan prelina dan  puncaknya pada prosesi mapralina dan waktunyapun pada jam-jam tertentu yang dianggap sebagai waktu yang begitu tenang biasanya sekitar jam 03,00 menjelang pagi, suasana begitu terasa sangat sakral dan magis dibalut dengan tetabuhan dari pada Gong Luang, jadi suasana terasa sangat begitu hening. Namun belakangan sangat disayangkan karena peran Gong Luang sering digantikan dengan Gong Kebyar, maka nilai sakralnyapun akan terasa kurang hal ini patut menjadi renungan kita bersama. Sama halnya ketika peranan Anklung keklentangan digantikan dengan Gong Kebyar pada prosesi memandikan jenasah disuatu upacara pengabenan nilai estetisnya akan menurun, mungkin Gamelan Gambang akan terasa lebih tepat dibandingkan dengan menggunakan gong Kebyar.

Dalam sajian ritual pitra yajna gamelan Gong Luang dapat membangkitkan rasa estetis yang bernuansa spiritual. Hal ini terkait dengan karakter gamelan Genta Pinara Pitu. Sebagaimana disebutkan dalam Prakempa ( Bandem, 1986 : 13 ), bahwa nada genta pinara pitu diciptakan oleh Bhagawan Wiswakarma. Ciptaan nada itu mengambil dari bunyi atau suara delapan penjuru Dunia yang bersumber pada dasar bumi. Suara itu dibentuk menjadi sepuluh suara atau nada yang selanjutnya bisa dibagi menjadi laras pelog dan laras slendro.

Nada-nada genta pinara pitu disebutkan mempunyai kaitan dengan panca tirta dan panca geni, yang merupakan dua keseimbangan hidup manusia. Sejalan dengan ini laras pelog mempunyai hubungan dengan panca tirta yang merupakan manifestasi dari Bhatara Semara dan laras slendro mempunyai hubungan dengan panca geni yang merupakan manifestasi dari Dewi Ratih. Dari penggabungan nada-nada yang dijiwai oleh Semara dan Ratih akan menimbulkan kenikmatan yang berimbang antara kekuatan Purusha dan Pradana.

Dari semua hal tersebut bahwasanya makna estetis dari gamelan Gong Luang, dalam kaitanya dengan upacara pitra yajna tidak terbatas hanya sebagai pelengkap prosesi upacara saja. Gamelan Gong Luang memiliki makna yang lebih dalam terutama jika dikaitkan dengan nada-nada yang dimiliki dan tabuh-tabuh yang dimainkan menggunakan gamelan ini.

Dari semua hal tersebut diatas dapat kami simpulkan bahwa:

Gamelan Gong Luang adalah termasuk gamelan golongan tua yang keberadaanya sangat langka dan satu-satunya di kabupaten Badung hanya ada di desa Kerobokan.

Fungsi dari Gong Luang khususnya di Kerobokan adalah untuk ritual Dewa yajna dan Pitra yajna, namun ada pergeseran akibat pengaruh dari pada gamelan Gong Kebyar yang sekarang banyak menggantikan peranan Gong Luang bahkan peranan gamelan lainnya.

Dalam kaitanya dengan upacara pitra yajna Gong Luang dipercaya dapat mengantarkan roh orang meninggal untuk kembali ke alam para Dewa, hal ini menunjukan bahwa Gong Luang juga dipercaya dapat meningkatkan kualitas suatu upacara.

Gong Luang juga merupakan gamelan yang terkait dengan gamelan genta pinara pitu,sebagaimana disebutkan dalam Prakempa.

 

KOMENTAR DARI REKAMAN VIDEO, YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI “REKONTRUKSI GENDING-GENDING GONG LUANG”

 

Dalam sebuah rekaman apapun jenis dan bentuknya sudah barang tentu kita akan selalu dihadapkan dengan beberapa permasalahan, yang mempunyai keterkaitan yang satu dengan yang lain sehingga diharapkan dapat membentuk satu kesatuan yang utuh dan mampu mencerminkan tingkat profesionalisme seseorang.

Beberapa hal yang terkait dengan persoalan di atas antara lain:

ª      Setting dari instrument

ª       Sound system

ª      Tata lampu / lighting

ª      Tehnik pengambilan gambar

ª      Penempatan personel

 

  1. Setting instrument, tampaknya sudah bagus menurut apresiasi saya.
  2. Penempatan sound system, tampaknya perlu ada penambahan, terutama pada beberapa instrument: jublag, jegogan dan Gong yang tidak begitu jelas kedengaran.
  3. Tata lampu atau lighting, sudah bagus dan merata.
  4. Pengambilan gambar juga sudah bagus, menurut pendapat saya.
  5. Penempatan personel, disini tampak bahwa penembang menghalangi beberapa instrument dan pemukulnya dan penembang yang laki-laki lagi beberapa orang di belakangnya juga tidak nampak secara utuh. Jadi intinya perlu ada pembenahan.

 

Seperi itulah yang kiranya yang bisa saya sampaikan, sesuai dengan sebuah tugas  perkuliahan Pengetahuan Multi Media II. Pendapat ini tidaklah mencerminkan bahwa saya seorang yang profesional dalam bidang tersebut, ini hanyalah sebuah pendapat saja.Kadang –kadang seorang penonton lebih pintar dari pemain, yang sesungguhnya sudah secara profesional bermain demi memenangkan sebuah pertandingan. Seperti itulah seorang penonton, mereka bisa tertawa ,menangis, marah dan bahkan beringas serta cendrung bertindak anarkis.

Jika ada ucapan ,tindakan yang tidak berkenan di hati baik yang sengaja maupun tidak sengaja saya atas nama pribadi mohon maaf yang sebesar-besarnya,dan melalui kesempatan ini kami ucapkan terima kasih.

Reader Comments

Trackbacks

  1. A片  on Agustus 19th, 2022 @ 4:27 am