ANALISIS BAHASA INGGRIS: DALANG I MADE SIDIA DALAM WAYANG INOVATIF ‘ASTA BRATA’ PADA FESTIVAL WAYANG INTERNASIONAL, PKB XXX

Abstrak

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Di era global ini, bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris, telah menjadi media yang sangat ampuh untuk penyebaran budaya ke seluruh dunia. Termasuk seni budaya pewayangan yang kini dikemas dengan beragam inovasi, termasuk menyelipkan bahasa Inggris dalam pementasannya. Hal ini tampak saat pelaksanaan Festival Wayang Internasional dalam PKB ke XXX. Festival Wayang Internasional mampu membangkitkan geliat Pariwisata Bali, sementara bahasa Inggris merupakan sarana pengungkap kebudayaan yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata khususnya di Indonesia. Salah satunya penampilan dalang asal Bali, I Made Sidia, yang menyuguhkan wayang inovasi berjudul ‘Asta Brata’ dengan menyelipkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang membuat penonton asing lebih mengerti. Selain itu mampu mendesiminasi filosofi yang terkandung dalam wayang kepada para penonton, khususnya penonton asing.

Kata Kunci: bahasa Inggris, komunikasi, wayang, festival

Abstrac

Language is a tool or cultural realization that utilized by human for communication or relate to each other, either through writing, speaking, or movement (body language), with the aim is to convey heart meaning or willingness to sombody or others. In this global era, the languange, in this case English has become a very powerful media for spreading culture to all around the world. Including wayang that is now packed by many innovations, including insert English language in its performance. It appears while International Shadow Puppet Festival in the 30th Bali Arts Festival. International Puppet Festival can generate Bali Tourism and the English language is a means that is used as the basis for tourism development, especially in Indonesia. One of them is Balinese puppeteer, I Made Sidia, who presents innovative puppet called ‘Asta Brata’ by slipping English as an international language that makes foreign audiences more understand. It is also able dissemination philosophy that contained in the wayang to the audience, especially for foreign audience.

Key word: English language, communication, wayang, festival

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa bahasa hanya memiliki satu fungsi. Fungsi yang lain adalah sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, serta sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 1980: 3)

Berdasarkan fungsi tersebut, disebutkan juga bahwa “Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbul bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia” (Keraf, 1980: 1). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sitindoan (1984: 17) yang menyatakan “Bahasa adalah lambang yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, mempunyai sistem dan mengandung arti yang bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia dalam kehidupannya sebagai alat komunikasi antar sesamanya untuk membentuk, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan perasaannya, sifatnya sosial kultural”.

Begitu halnya dengan peran bahasa Inggris, yang telah dipoklamirkan sebagai bahasa internasional. Memiliki fungsi yang sangat penting untuk berkomunikasi antar negara yang masing-masing memiliki bahasa berbeda-beda. Dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional maka akan lebih memudahkan setiap insan untuk berkomunikasi.

Salah satu akibat dari status bahasa Inggris sebagai bahasa internasional adalah perlunya usaha untuk saling memahami dan saling belajar baik secara linguistik ataupun budaya dari semua pengguna bahasa Inggris, baik yang menggunakannya sebagai bahasa pertama ataupun sebagai bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, dengan segala pengaruh yang dimilikinya, seharusnya dijadikan alat untuk mencapai kemajuan yang berbasiskan budaya lokal/ nasional, dan bukan sebagai alat untuk semakin mengokohkan hegemoni budaya global.

Hal senada juga menjadi dasar digelarnya Festival Wayang Internasional untuk menyemarakkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-30 yang digelar selama sebulan penuh, 14 Juni-12 Juli 2008. Kegiatan bertaraf internasional itu diharapkan mampu meningkatkan citra Bali di mancanegara sekaligus menyukseskan tahun kunjungan wisata (Visite Indonesian Year) 2008. Disini terlihat jelas bagaimana hubungan antara bahasa dengan kebudayaan dan hubungan bahasa dengan pariwiata. Salah satunya penampilan dalang asal Bali, I Made Sidia, yang tergabung dalam Sanggar Paripurna, Bona, Gianyar-Bali. Made Sidia menyuguhkan wayang inovasi berjudul ‘Asta Brata’ yaitu delapan landasan berpijak yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Dalam kisah Asta Brata juga menampilkan perjalanan seorang tualen (punakawan) dan seorang anaknya. Tualen dan Mredah inilah yang lebih banyak menggunakan bahasa Inggris, guna memberikan gambaran terhadap cerita yang ingin ditampilkan.

Berdasarkan uraian di atas, dalam tulisan ini mengkaji Bahasa Inggris yang digunakan Dalang I Made Sidia dalam wayang inovasi berjudul ‘Asta Brata’, yang ditampilkan saat Festival Wayang Internasional Pada PKB ke XXX.

B. Analisis Bahasa Inggris dalam Pertunjukan Wayang Inovasi ‘Asta Brata’, Dalang I Made Sidia

Pariwisata budaya yang diusung Bali pun menguatkan tekad I Made Sidia untuk melahirkan inovasi pedalangan dengan menyelipkan bahasa Inggris dalam setiap pementasan yang bertaraf internasional. Dalang I Made Sidia dalam penyampaian bahasa Inggris menggunakan aksen Bali. Menurutnya hal tersebut sengaja dilakukan untuk tidak meninggalkan kesan Bali yang dimiliki serta menjadikan ciri khas wayangnya.

Peran Twalen – Mredah dan Sangut – Delem dinilai tepat untuk penyelipan bahasa Inggris dalam setiap pementasan. Dalam kisah Asta Brata terdapat adegan ketika Twalen dan Mredah berada di hutan. Di tengah perjalanan tanpa sengaja mereka bertemu dengan seekor macan. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mengusir macan agar tidak memangsa mereka. Dari mulai membujuk hingga merayunya, tapi sang macan tetap ganas dan berusaha menerkam mereka. Tualen pun tak hilang akal, dia berusaha menghibur macan dengan menyanyikan sebait syair lagu dalam bahasa Bali, tapi ternyata lagu itu tidak mampu menjinakkan macan. Kemudian potongan syair lagu Indonesia Raya pun didendangkannya, namun tetap saja lagu kebangsaan negara Indonesia itu tidak mampu meredam nafsu macan untuk memangsa mereka. “Oh, he doesn’t like Indonesian song, maybe he is a western tiger!,” seru Tualen dalam logat bahasa Inggris yang kaku. Dialog antara Tualen dan anaknya yang diucapkan dalam bahasa Inggris kerap memberi hiburan tersendiri bagi para penonton yang berasal dari negara-negara luar Indonesia. Pertunjukan wayang yang berdurasi sekitar satu jam pun, menurut penonton, khususnya penonton asing dinilai tidak membosankan. Ini dikarenakan dalang mampu menyelipkan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang membuat penonton asing lebih mengerti.

Berdasarkan penggunaan bahasa Inggris dalam pertunjukan wayang inovasi ‘Asta Brata’ bersama Dalang I Made Sidia, peneliti menganalisis tiga point yang diamati yaitu (1) Pilihan Kata, (2) Tata Bahasa (Grammar), dan (3) Pelafalan  (Pronunciation).

1. Pilihan Kata

Pemilihan kata yang digunakan Dalang I Made Sidia hampir sepenuhnya tepat. Dari analisis peneliti berikut analisa rincian beberapa pilihan kata dari pertunjukan wayang inovasi ‘Asta Brata’.

NO
MAKSUD YANG INGIN DISAMPAIKAN
(Bhs. Indonesia)
PILIHAN KATA
(Bhs. Inggris)
KATA YANG DIPILIH
ANALISIS
1
Ayah/ Bapak
Father, Daddy, Dad.
Dad
TEPAT
(Dad tepat digunakan untuk menyampaikan singkatan dari ‘Bapak’ yaitu ‘Pak’)
2
Anak
Child, kid, son
Son
TEPAT
(Son tepat digunakan untuk menyampaikan kata anak laki-laki yaitu ‘Nak’)
3
Raja/ Penguasa/ Tuan/ Tuhan
King, Lord
Lord
Exapmple: Lord Rama
TEPAT
(Lord tepat digunakan untuk menyebut tokoh-tokoh pewayangan yang memiliki sifat Ketuhanan)
Lord Rahwana
KURANG TEPAT
(Karena Rahwana tidak memiliki sifat Ketuhanan, sehingga lebih tepat menggunakan King Rahwana)
4
Muncul, Menyala, Maju, Mulai hidup, Datang, Naik, Timbul, Diadakan, Memancar, Ayo
Come on
Come on
TEPAT
(Namun vocabulary atau perbendaharaan untuk kata tersebut terlalu banyak digunakan. Dalang bisa menggunakan phrase ‘Let us go’)
5
Betul
Right, Correct, True, Exact, Very, Really
Right
Example:
That’s right
TEPAT
(Namun vocabulary atau perbendaharaan untuk kata tersebut terlalu banyak digunakan. Dalang bisa menggunakan phrase ‘That’s true, Exactly, absolute

2. Tata Bahasa (Grammar)

Walaupun Dalang I Made Sidia menggunakan bahasa tutur dalam setiap pementasan berbahasa Inggris, namun struktur grammar juga tidak dapat diabaikan. Menurut Dalang Sidia, dia mempelajari grammar dan struktur dalam bahasa Inggris sejak dia duduk di bangku SMP, yang dilanjutkan mengikuti kursus bahasa Inggris saat masih duduk SMKI. Dijenjang kuliah pun Sidia mendapatkan mata kuliah bahasa Inggris, namun karena tidak intensif, maka materi pelajaran bahasa Inggris tersebut terlupakan.

Sidia mempelajari bahasa Inggris termasuk grammarnya dari metode audio-lingualisme. Metode ini sangat efektif untuk pembelajaran bahasa Inggris. Audio lingual method merupakan hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip linguistik structural, analisis konstratif, pendekatan aural-oral dan behavioristik. Dengan proses mendengar, meniru, pengulangan (pelafalan), mengingat hingga mempraktekkan.

Tata bahasa yang digunakan Sidia hampir sepenuhnya benar, karena Dalang Sidia mengadopsi dari naskah ketika dia mendalang di Australia. Sehingga naskah yang diterjemahkan oleh native speaker tersebut sempurna, namun dalam pementasan Wayang Inovasi ‘Asta Brasta’ ada beberapa kekeliruan tata bahasanya:

NO
BAHASA INGGRIS ASLI
TERJEMAHAN
ANALISIS
1.
Shita calling animal.
Shita memanggil binatang.
Dalam Present Continuous Tense memiliki grammar sbb.: S + To be (is, am, are) + V I + ing + O + ADV
Dalam kalimat tersebut menghilangkan (to be), karena Shita termasuk orang ketiga tunggal, maka to be yang tepat adalah is.
Sebaiknya:
Shita is calling animal
Artinya:
Shita sedang memanggil binatang
2.
Shita, you so beautiful, honey…
Shita, kamu sangat cantik.
Ababila dalam kalimat berbahasa Inggris,  tidak terdapat kata berja, maka diperlukan to be (kata kerja bantu)
Untuk pola present berikut penggunaan to be yang tergantung dari subjek kalimatnya:
Orang
Tunggal
To be
Jamak
To be
Pertama
I
am
We
are
Kedua
You
are
You
Are
Katiga
She/ He/ It
is
They
are
Sesuai dengan penjabaran di atas maka dalam kalimat Shita, you so beautiful, honey… tidak terdapat kata kerja, maka diperlukan to be: are karena you merupakan orang kedua tunggal.
Sebaiknya:
Shita, you are so beautiful honey……
3.
Yes. What.. what problem with Rahwana?
Ya. Apa.. apa permasalahan dengan Rahwana?
Walaupun tidak mengurangi makna. Penjelasan kalimat tersebut sama dengan penjelasan pada no. 2. Yang berbeda adalah kalimat tersebut adalah kalimat Tanya, sehingga penempatan to be adalah setelah kata Tanya (what), yang to be nya juga merujuk dari subjeknya.
Sebaiknya:
Yes. What.. what is problem with Rahwana?

3. Pelafalan (Pronounciation)

Belajar bahasa Inggris salah satunya adalah belajar pengucapan (pronounciation). Bisa berbicara dalam bahasa Inggris tentunya harus bisa berbicara dalam lafal yang tepat. Kesalahan dalam pelafalan dalam bahasa Inggris akan berakibat fatal, yaitu mengubah makna yang dimaksud. Sehingga hal ini sangat penting untuk dipelajari.

Dalam Wayang Inovasi ‘Asta Brata’ Dalang I Made Sidia dalam penyampaian bahasa Inggris menggunakan aksen Bali. Menurutnya hal tersebut sengaja dilakukan untuk tidak meninggalkan kesan Bali yang dimiliki serta menjadikan ciri khas wayangnya.Dalang Sidia belajar banyak pelafalan dari pengalaman menjadi dalang bahasa Inggris ketika mendalang bahasa Inggris di Australia. Disana dia dilatih bagaimana cara pengucapan kata yang tepat, sehingga tidak mengubah makna. Namun karena Dalang I Made Sidia bukanlah native speaker, maka ada beberapa pelafalan yang kurang tepat disampaikan. Dianalisis dari pertunjukan wayang inovasi dengan judul Asta Brasta, berikut pelafalan yang perlu disempurnakan:

Pelafalan Transkrip Asli
Terjemahan
Maksud Dalang(Bhs. Indonesia)
Analisa
1.
but I put it the forest noble tringkwility.
Tapi saya meletakkan itu di hutan orang bangsawan yang tiada artinya.
Apa yang saya lakukan di hutan, rumah para bangsawan yang tidak ada artinya
Dalang ingin menyampaikan kata tanya what, pelafalan seharusnya [hwat], namun dalang melafalkan [bdt] = but yang artinya tetapi.Bahasa yang digunakan ini adalah bahasa puisi
Sebaiknya:
What am I to do in the foreast, home to those of noble’s tringkwility?
2.
Em… I have done my best son, but what I need. It’s a hot bath, long full beer. I put my pit up on the news paper and what an Indonesian sop opra on the tv.
Saya telah melakukan tugas terbaik saya nak, tapi apa yang saya perlukan. Sebuh permandian air panas, bir penuh dan lama. Saya meletakkan lubang diatas Koran dan apa sebuah sinetron Indonesia di tv.
Saya telah melakukan tugas terbaik saya nak, tapi apa yang saya perlukan. Sebuah permandian panas, bir dingin untuk meletakkan kaki
saya diatas dan membaca koran serta menonton sinetron di tv.
Dari kata yang digarisbawahi dalang ingin menyampikan kata kaki = feet [fIt], namun dalang melafalkannya dengan [pIt] yang berarti lubang.Sebaiknya:
Em… I have done my best son, but what I need. It’s a hot bath, a long cold beer to put my feet [fIt] up and read a news paper  and wacth an indonesian  soup opra on the tv
3.
they’s nice big pussy cat. You look like ‘kucing garong’.
Mereka adalah kucing besar yang baik. Kamu seperti ‘kucing garong’.
Ada, dia adalah seekor kucing besar yang baik. Kamu seperti ‘kucing garong’.
There dilafalkan [qer]. Sementara dalang melafalkannya dengan [qe] [Iz] yang mermakna they’s = mereka adalahSebaiknya:
There [qer], he is a nice big pussy cat. You look like ‘kucing garong’.
4.
rock and rule. Yes.. one two tree po..
‘rock and peraturan’. Iya.. satu dua pohon po..
‘rock and roll’. Iya.. satu dua tiga empat..
Pengucapan tiga dalam bahasa Inggris adalah [qri]. Th tersebut diucapkan  (q).Sementara dalang mengucapkannya [tri[ yang berarti pohon.
Sementara pelafalan empat dalam bahasa Inggris adalah [for]. Dalang melafalkan [po] yang tidak bermakna.
Sebaiknya:
rock and roll. Yes.. one two three [qri] four..[for]
5.
Rock and rule.
Rock dan peraturan.
Rock and roll.
Dalam pelafalan roll diucapkan [rul] = rule, sehingga berarti peraturan. Roll dilafalka [rol]Sebaiknya:
Rock and roll [rol]
6.
Good idea.. good idea. Came on..came on. Okay…. okay… I will cing.. I will ching
Ide bagus.. ide bagus. Ayo.. ayo. Oke… oke… saya akan cing.. saya akan cing.
Ide bagus.. ide bagus. Ayo.. ayo. Oke… oke… saya akan berubah.. saya akan berubah.
Sesuai dengan yang digaris bawahi, dalam pengucapannya dalang menyampaikan cingberubah, maka sebaiknya pengucapannya adalah [tzend3]Sebaiknya:
yang dalam bahasa Inggris kata tersebut tidak bermakna. Sementara maksud dalang adalah
Good idea.. good idea. Came on..came on. Okay…. okay… I will change.. [tzend3] I will change[tzend3]

C. Jenis Bahasa Inggris yang Digunakan

Kita mengenal dua jenis bahasa, yaitu bahasa akademik dan bahasa non akademik. Bahasa akademik adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Biasanya bahasa akademik juga dikenal dengan bahasa ilmiah, karena dalam penggunaannya untuk menulis ilmiah. Karangan ilmiah itu harus memenuhi kreteria logis, sistematis dan lugas. Karangan ilmiah disebut logis jika keterangan yang dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karangan ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karangan ilmiah disebut lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga (Arifin, E. Zaenal, 1987: 65).

Sementara bahasa non akademik yang biasa dikenal dengan bahasa tutur adalah bahasa yang digunakan untuk melakukan komunikasi dengan lawan bicara. Wujud bahasa yang sesungguhnya adalah bunyi. Dengan kata lain, bahasa primer adalah bahasa tutur atau bahasa lisan (Simpen, I Wayan, 2008: 4). Dalam bahasa tutur ini biasanya mengabaikan kaidah-kaidah EYD, namun tidak harus mengurangi makna. Begitupula dalam penggunaan bahasa Inggris, untuk academic writing kita wajib mengacu pada kaidah-kaidah struktur penulisan yaitu Grammar. Mengingat dalam bahasa Inggris memiliki aturan grammar yang paten, dalam bahasa tuturnya, kita tidak boleh terlalu mengabaikan kaidah-kaidah bahasa Inggris yang benar, karena hal tersebut bisa berakibat fatal, yaitu terjadinya miss communication. Jika ini terjadi dapat berakibat terjadinya salah paham yang berdampak buruk.

Sementara dalam pementasan wayang inovasi ‘Asta Brata’, Dalang I Made Sidia menggunakan bahasa Inggris tutur, yang ringan dan mudah dimengerti. Namun karena I Made Sidia, SSP., bukanlah native speaker, terkadang ada beberapa pelafalan kurang tepat, yang berakibat terjadinya miskomunikasi. Sehingga Sidia mencari jalan tengah agar pementasan wayang berbahasa Inggris dimengerti oleh penonton asing, maka Sidia menyampaikan dialognya dengan penekanan yang jelas dan lebih diperlambat.

D. Hambatan Menjadi Dalang Berbahasa Inggris

Berbagai hambatan ditemui ketika Sidia mendalang menggunakan bahasa Inggris, diantaranya Dalang Sidia masih ragu-ragu untuk mendalang mengguna-kan bahasa Inggris, karena takut berbuat kesalahan baik pelafalannya maupun tata bahasanya. Walaupun Sidia pernah belajar grammar bahasa Inggris di jenjang SMP, namun dia masih ragu akan bahasa Inggris yang digunaknnya, apalagi dalam even-even besar. Sidia merasa lemah di grammar sehingga Sidia masih sulit untuk membedakan penggunaan jamak dan singular dalam bahasa Inggris. Hambatan lainnya yaitu Dalang Sidia belum bisa menterjemahkan dialog dari bahasa asli ke bahasa Inggris, sehingga dia harus meminta orang lain (khusunya asing) untuk menterjemahkan. Terkadang hasil terjemahan orang lain tidak sesuai dengan apa yang Sidia maksud.

E. Simpulan dan Saran

Simpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Festival Wayang Internasional yang digelar pada PKB XXX telah mampu membangkitkan geliat Pariwisata Bali serta turut mendukung program Visit Indonesian Year 2008. Ini disebabkan pada setiap pementasan wayang internasional, selalu menyelipkan bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional sebagai bahasa pengantarnya. Dengan demikian bahasa Inggris merupakan sarana pengungkap kebudayaan yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata khususnya di Indonesia.(2) Pementasan dalang I Made Sidia dalam Festival Wayang Internasional, Made menggunakan Bahasa Kawi, Bali, Indonesia hingga bahasa Inggris. Dari kedua penampilan dalang tersebut, sangatlah jelas bahwa peran bahasa dalam hal ini bahasa Inggris telah mampu dan sukses menarik wisatawan asing untuk menyaksikan pertunjukan. Peran bahasa Inggris sebagai bahasa internasional menjadi media komunikasi, dan alat yang sangat ampuh untuk menyebarkan budaya ke seluruh dunia. (3) Dalam Pementasan Wayang Inovatif ‘Asta Brata’, Sidia menggunakan bahasa tutur yang ringan dan mudah dimengerti. (4) Eksistensi dalang berbahasa Inggris di Bali terbilang langka, I Made Sidia adalah salah seorang dalang Bali yang mencoba menekuni dalang berbahasa Inggris yang sangat rumit dan kompleks. Dalam pementasannya Dalang Sidia menemukan beberapa hambatan, diantaranya Dalang Sidia masih ragu-ragu untuk mendalang menggunakan bahasa Inggris, karena takut berbuat kesalahan baik pelafalannya maupun tata bahasanya, apalagi dalam even-even besar. Sidia merasa lemah di grammar sehingga Sidia masih sulit untuk membedakan penggunaan jamak dan singular dalam bahasa Inggris. Hambatan lainnya yaitu Dalang Sidia belum bisa menterjemahkan dialog dari bahasa asli ke bahasa Inggris, sehingga dia harus meminta orang lain (khusunya asing) untuk menterjemahkan. Terkadang hasil terjemahan orang lain tidak sesuai dengan apa yang Sidia maksud.

Saran

Tujuan pembangunan pariwisata nasional adalah mewujudkan pariwisata berkesinambungan. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Indonesia yang berlandaskan kebudayaan harus benar-benar dicermati. Sehingga ajang-ajang bergengsi seperti Festival Wayang Internasional dapat dilaksanakan kembali sebagai ajang tahunan dalam Pesta Kesenian Bali ataupun dalam kegiatan bergengsi lainnya.

Mengingat dampak positif yang dirasakan apabila seorang dalang mampu menguasai bahasa Inggris, maka dalang di Bali selain mampu menguasai bahasa Kawi, Bali dan Indonesia juga diharapkan dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Sehingga seni pedalangan juga dapat dikonsumsi untuk sektor pariwisata. Selain itu nilai-nilai luhur dan filosofi yang terkandung dalam wayang dapat disebarluaskan lewat pementasan wayang berbahasa Inggris. Sehingga perdamaian dunia dapat terwujud lewat seni pedalangan.

Diperlukan wadah khusus atau lembaga yang dapat membantu seorang dalang untuk menguasai bahasa Inggris serta bahasa asing lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahrian Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Simpen, I Wayan. 2008. Pelangi Bahasa Indonesia. Denpasar: Pustaka Larasan

Sitindoan, G. 1984. Pengantar Linguistik dan Tata Bahasa Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima.

Sumandi. 1990. Perkembangan Wayang Kulit Bali, LISTIBIYA Propinsi Daerah tingkat I Bali

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Moleong, J. Lexy. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Rosdakarya, Bandung,

Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

I.B. Netra, Metodelogi Penelitian. 1974. Penerbit Biro Penelitian dan Penerbitan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Udayana, Singaraja.