INSTRUMEN REONG

Reong adalah instrument yang bentuknya memanjang dan berpencon . Instrument ini pada umumnya memiliki pencon sebanyak 12(dua belas) buah yang diawali dengan nada ndeng dan diakhiri dengan nada ndung. Instrument ini dapat dimainkan atau dipukul oleh empat orang dengan masing-masing ornag memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kanan dan tangan kiri. Keempat orang pemain ini masing-masing dinamakan ; penyorang, pengenter, penyelah dan pemetit. Suara yang bisa ditimbulkan oleh instrument ini adalah suara mati yang diberi tanda O dan suara hidup atau ngelumbar diberikan tanda O. Pukulan ini terletak pada masing-masing moncol. Sedangkan pukulan lambe ditangan kanan diberi  tanda C sedangkan tangan kiri diberikan tanda K.

Umumnya reyong dibuat dari bahan kerawang (campuran timah murni dan tembaga) namun ada juga yang dibuat dari bahan besi atau pelat. Warna pencon reyong umumnya berwarna keemasan tergantung bahan yang digunakan.Satu pencon reyong hanya dapat menghasilkan satu nada saja, sehingga pada sebuah instrumen gamelan, satu tungguh reyong terdapat beberapa pencon reyong menyesuaikan dengan banyak nada yang digunakan oleh instrumen gamelan tersebut. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan sebuah pencon reyong ditentukan oleh besar kecil pencon dan cembung cekungnya pencon reyong. Semakin besar pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan, dan semakin cembung pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan.

Pada gong kebyar, satu tungguh reyong menggunakan dua belas pencon reyong dengan wilayah nada 3 oktaf, dengan susunan nada dari nada 5, 7, 1, 3, 4, 5, 7, 1, 3, 4, 5, 7, dibaca ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan ndung. Dua belas pencon reyong tersebut diletakan pada sebuah penyangga yang biasa disebut “Pelawah”. Semua pencon reyong tersebut diikat dengan tali pada lubang “gegorok” (lubang yang ada pada bagian bawah pencon). Penempatan nada-nada reyong berjejer dari nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan ukurannya besar ke kecil (nirus).

Pelawah dibuat dari bahan kayu yang dirangkai berbentuk memanjang menyerupai balok dengan kaki yaitu pada samping kiri, kanan, dan tengah. Pada bagian atas diisi sekat-sekat yang lebarnya disesuaikan dengan ukuran pencon masing-masing nada untuk meletakkan reyong agar tidak berpindah-pindah ketika dimainkan. Tinggi pelawah disesuaikan supaya dapat dimainkan dengan senyaman mungkin, pada umumnya tinggi pelawan sekitar +40cm.

Penyangga dibuat sedemikian indah dari segi bentuk, dan warna. Sisi kanan dan kiri yang langsung menjadi bagian kaki dibuat dengan menyerupai gapura melengkung dari bagian tengah hingga bagian atas, sama seperti kaki pada bagian samping, kaki tengah dibuat dengan bentuk gapura juga. Diukir dengan ukiran-ukiran khas bali misalnya motif wajah rangda. Pada bagian depan juga diukir dengan ukiran bunga. Ukiran-ukiran diwarna sedemikian indah, kebanyakan menggunakan cat prada (cat warna emas) dengan cat dasar warna merah.
Reyong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan teknik khusus permainan reyong. Pada gong kebyar, Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh masing-masing mempergunakan dua buah panggul pada tangan kanan dan kiri. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nadanya masing-masing sesuai dengan teknik pukulan yang dimainkan.

Adapun jenis-jenis pukulan pada reong adalah sebagai berikut ;

  1. Pukulan ngeremteb

Adalah nama dari salah satu pukulan reong yang menggunakan pola pukulan yang lebih mementingkan pada pola ritme daripada pola nada. Untuk mewujudkan pukulan ini moncol reyong di pukul dengan cara bersama. Nadanya bisa berbeda antara nada yang satu dengan nada yang lain. Suara yang muncul dalam pukulan ini adalah suara mati ( ditutup ) dan suara  hidup/ ngelumbar ( suara tidak ditutup ).

  1. Pukulan nerumpuk

Adalah nama dari salah satu pukulan reong yang memukul satu moncol atau satu nada yang dipukul oleh tangan kanan dan tangan kiri secara beruntun. Pukulan ini bisa dilakukan atau disajikan oleh keempat pemainnya.

  1. Pukulan norot, ngesot dan ngodot

Adalah nama dari salah satu pukulan instrument reong. Pukulan norot, ngosot dan nngodot ada dua macam yaitu ; Pukulan norot cepat ( gencang ) dan pukulan norot pelan ( adeng ).

  • Norot cepat ( gencang )

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri yang salah satu pemain ( penyorag )yang memukul sambil menutup atau nekes, yang pelaksanaannya bergantian dan tangan kanan lebih sering.

  • Norot pelan ( adeng )

Pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain ( penyorag ) yang memukul sambil menutup/ nekes dimana pelaksanaannya bergantian.

  1. Pukulan memanjing

Adalah pukulan reong yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian dimana letak pukulan di bagian muka ( mue ) yang sering juga disebut lambe pada waktu akan membuat angsel-angsel

 

  1. Pukulan ubit-ubitan ( ngubit )

Adalah sebuah teknik permainan yang dihasilkan dari perpaduan sistem on-beat (polos) dan off-beat (sangsih). Pukulan polos dan sangsih jika dipadukan akan menimbulkan perpaduan bunyi yang dinamakan jalinan atau ubit-ubitan. Pukulan ini biasa juga disebut dengan istilah inter loking. Dalam literatul ubit-ubitan sebuah teknik sebuah teknik permainan gambelan bali yang disusun oleh bapak Dr. I  Made Bandem, ada menyebutkan jenis-jenis  pukulan ubit-ubitan. Contohnya :

Ubit-ubitan nyalimput

Perpaduan antara pemain penyorong yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan pemain pengenter juga dilakukan oleh tangan kanan dan kiri. Sehingga membentuk suatu jalinan (kotekan). Jumlah nada yang dipukul adalah empat nada. Nada dan moncol pertama dipukul oleh tangan kiri bagian penyorong sedangkan nada dan moncol keempat dipukul oleh tangan kanan pengenter, sedangkan tangan kanan bagian penyorong dan tangan kiri bagian pengenter memukul nada / moncol kedua dan ketiga sedhingga dapat membuat suatu jalinan atau kotekan.

Pukulan ubit-ubitan gegelut

Perpaduan antara pemain penyorong yang dilakukan oleh tangan kanan dan kiri sedangkan pemain pengenter juga melakukan dengan tangan kanan dan tangan kiri sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan. Jumlah nada serta moncol yang dipukul berjumlah tiga nada atau tiga moncol yang berbeda. Nada atau moncol pertama dipukul oleh tangan kiri bagian penyorong  dan nada atau moncol kedua dipukul oleh tangan kanan penyorong dan tangan kiri pengenter, sedangkan tangan kanan pengenter memukul nada atau moncol ketiga sehingga membentuk suatu jalinan atau kotekan “neluin”.

  1. Pukulan beburu

Adalah pola salah satu pukulan reong yang membuat suatu pukulan yang saling berkejar-kejaran dengan nada yang beruntun kenada yang lebih tinggi. Pukulan berburu pada instrument reong adalah memukul empat buah nada yang berbeda dipukul oleh dua orang pemain dengan memakai tangan kanan dan tangan kiri. Pukulan tangan kiri penyorong dengan tangan kanan pengenter bertemu sekali dalam waktu yang bersamaan, sedangkan tangan kanan penyorong dan tangan kiri pengenter bertemu sekali tetapi tidak bersamaan.

reong dalam gong kebyar juga mempuyai fungsi sebagai  membuat angsel-angsel yang jenis pukulannya sama dengan cengceng yang  dimana sering menonjol pada tabuh tari-tarian, pada tabuh kreasi terutama pada bagian bapang.

 

 

 

FUNGSI TAJEN PADA UPACARA DEWA YADNYA ATAU YANG DI SEBUT ‘TABUH RAH’

    Di dalam upacara dewa yadnya seperti ngenteg linggih di dalam agama hindu ada acara yg di sebut tabuh rah atau tajen, Tajen merupakan Budaya Bali yang dilaksanakan untuk melengkapi upacara keagamaan. Dalam upacara ini ada proses menaburkan 5 warna zat cair yang disebut metabuh. Putih disimbolkan dengan tuak, kuning dengan arak, hitam dengan berem, merah dengan darah, dan brumbun dengan campuran semua zat cair tadi. Darah inilah yang didapatkan dari tabuh rah yang dalam perkembangannya disalah fungsikan menjadi ajang judi sehingga menjadi juditajen. Di Bali belum ada tindakan tegas mengenai hal ini karena bebotoh (penjudi) menjadikan alasan upacara agama sebagai kedok agar dapat beroperasi.

 

Tajen tetaplah judi yang memang harus diberantas. Penyakit masyarakat ini harus kita lenyapkan untuk mencegah dampak negatif tajen seperti banyaknya tanah yang berpindah tangan untuk membayar hutang tajen, meningkatnya tingkat kemiskinan. Hal yang paling buruk dapat terjadi jika tajen tetap dipertahankan. Banyak orang-orang Bali akan kehilangan martabat di tanah kelahiran sendiri bahkan kita akan terusir dari tanah kelahiran sendiri karena terlilit kemiskinan, harta mereka akan digunakan untuk berjudi sehingga semua harta benda yang dimiliki dipertaruhkan di jalan yang justru merugikan ini. Mereka akan jatuh pada kemiskinan, karena judi tidak akan pernah membuat orang kaya malah akan membuat kecanduan. Ini akan berdampak pada generasi muda kita yang akan kehilangan masa depan cerah mereka, padahal mereka mengemban beban untuk memajukan Bali. Apa jadinya jika semua generasi muda kita kehilangan masa depan hanya karena judi yang dilakukan oleh orang tua mereka. Inilah yang menimbulkan dorongan dari berbagai pihak untuk menghapuskan tradisi yang telah dilaksanakan dari zaman kerajaan.

 

Kita tidak dapat melakukan hal tindakan sepihak untuk melarang tajen untuk digelar, melihat kontribusi tajen selama ini. Tajen membuat peternak ayam sangat diuntungkan dengan menjual ayam jago kepada bebotoh , ayam akan dijual lebih mahal dari ayam lain dan di tempat tajen akan terjadi perputaran uang yang sangat cepat antara pedagang dan bebotoh yang pada akhirnya menggerakkan roda perekonomian Bali, terlebih lagi tajen dapat dijadikan sebagai atraksi yang dapat menambah kunjungan wisatawan ke Bali. Tajen juga berperan dalam pembangunan Bali, di beberapa daerah tajen digunakan untuk menggali dana untuk membangun pura. Dengan kontribusi tersebut, desa adat mampu mengurangi ketergantungan terhadap Pemerintah Bali.

 

Pemerintah Bali harus mulai memikirkan cara memanfaatkan budaya yang satu ini dengan baik agar terhindar dari pengaruh negatif. Tajen memiliki nilai positif dan hal-hal yang harus digali dan dioptimalkan oleh pemerintah seperti mengubah tajen yang kerap diwarnai dengan judi dijadikan tajen atraksi yang bernilai budaya, sportivitas Bali, dan permainan khas Bali yang akan menarik perhatian dan memajukan pariwisata Bali.

 

 

 

Walaupun tajen telah terbukti berdampak negatif terhadap kondisi perekonomian masyarakat, namun dibalik semua itu terdapat pula segi-segi positif bagi sebagian masyarakat yang bergelut di dunia tajen tersebut. Bali sebagai tujuan wisata, banyak tamu asing yang kebetulan lewat dan melihat aktifitas tajen, ini mungkin perlu mendapatkan penjelasan yang benar dari pemandu wisatanya. Kalau kita lihat kehidupan dan aktifitas seputar tempat tajen akan banyak dijumpai orang berjualan nasi, kopi, buah-buahan, bakso dan lain-lain. Bebotoh dan penonton menikmati sekali makanan yang dijajakan oleh para pedagang tersebut. Selain pedagang, yang bisa mengais rejeki di tempat tajen adalah tukang ojek, tukang parkir, tukang sapu, dan tukang karcis. Itulah sebabnya, para pembela tajen senang mengatakan bahwa uang yang berputar di tempat tajen tidak lari keluar pulau, melainkan hanya berputar dikalangan masyarakat. Maksudnya barangkali menyindir togel (toto gelap) yang menyedot uang masyarakat dan uang tersebut lari keluar pulau. Untuk memberantas tajen memang sangat dilematis sekali, sekarang kita saja, masyarakat Bali yang harus menilai, apakah tajen ini perlu dilestarikan atau tidak.

Selain itu uang merupakan menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tajen masih eksis di wilayah agama uang memiliki makna simbolik yang sangat kuat baik secara denotatif maupun konotatif .Dalam judi tajen konteks pengertian fungsi simbolik uang tanpa didasari alasan untuk resistensi adat dan resistensi kolektifitas mabanjar ,Dengan melihat budaya Bali termasuk tajen didalamnya yang telah melekat dihati masyarakat sampai sekarang , tentunya merupakan sebuah budaya yang luar biasa tanpa menyalah artikan dan maksud dari tajen tersebut.

 

Bagi sebagian orang Bali tajen adalah bagian dari ritual adat budaya yang identik dengan tabuh rah harus dijaga dan dilestarikan, bagi sebagian orang Bali yang lain, tajen merupakan bentuk perjudian yang harus dihapuskan, karena dianggap tidak sesuai dengan norma-norma dalam agama Hindu-Bali itu sendiri. Maraknya judi di seluruh pelosok Bali disebabkan bukanlah karena umat Hindu di Bali tidak taat beragama, tetapi karena tidak tahu bahwa judi itu dilarang dalam Agama. Judi khususnya tajen sudah mentradisi di Bali. Dampak negatif pariwisata dalam hal ini seolah-olah membenarkan tajen sebagai objek wisata antara lain terlihat dari banyaknya lukisan atau patung kayu yang menggambarkan dua ekor ayam sedang bertarung, atau gambaran seorang tua sedang mengelus-elus ayam kesayangannya. Berjudi juga sering menjadi simbol eksistensi kejantanan. Laki-laki yang tidak bisa bermain judi dianggap banci. Judi juga menjadi sarana pergaulan, mempererat tali kekeluargaan dalam satu Banjar. Oleh karena itu bila tidak turut berjudi dapat tersisih dari pergaulan, dianggap tidak bisa “menyama beraya”. Di zaman dahulu sering pula status sosial seseorang diukur dari banyaknya memiliki ayam aduan. Raja-raja Bali khusus menggaji seorang “Juru kurung” untuk merawat ayam aduannya. Ketidaktahuan atau awidya bahwa judi dilarang Agama Hindu antara lain karena pengetahuan agama terutama yang menyangkut Tattwa dan Susila kurang disebarkan ke masyarakat.

 

Saya mencari informasi untuk membuat artikel ini dari paman saya yang seorang bebpotoh ya itu I GEDE KARI dan dia juga seorang guru agama hindu.

PROFIL I KETUT SUDIANA

Nama saya I Ketut Sudiana pada kesempatan kali ini saya akan memperkenalkn diri saya dan asal usul saya , saya I Ketut Sudiana saya biasa di panggil dengan nama pangilan tomat oleh teman teman saya, saya anak bungsu dari pasangan I Gede Kari dan Ni Ketut Marni, saya mempunyai dua kakak I Wayan Suciani dan I Kadek Juniati dan saya paling bungsu I Ketut Sudiana. Asal saya dari desa adat basangalas kecamatan abang kabupaten karangasem.saya lahir paada tanggal 12 desember 1993 saya menempuh pendidikan sekolah dasar d isdn 3 tista dan melanjutkan pendidikan di smp negri 1 abang dan melanjutkan pendidikan sma di sma parisada amlapura dan setalah tamat sma saya melanjutkan kuliah di insetitut seni Indonesia denpasar pada tahun 2013 dan sya sekarang baru semester 2. Saya melanjutkan kuliah di isi denpasar karena saya ingin menjadi composer karawitan,saya dari kelas 3 sd sudah belajar karawitan di desa saya dan saya sangat di dukung oleh orang tua saya untuk menlanjutkan kuliah di isi denpasar karena orang tua saya juga senang dan hobi dengan kesian karawitan,selain seni karawitan saya juga senang dengan ksenian tari dan vocal, Saya bersukur bias kuliah di isi denpasar dengan mendapatkanbiasiswa bidikmisi karena tanpa biasiswa tersebut saya tidak bisa melanjutkan skolah di isi denpasar, Dulu waktu saya smp saya pernah ikut extra tabuh di sekolah saya dan saya bosan karena di skolah saya cuma ad satu barung baleganjurv saja dan tidak ada gong kebyar dan akhirnya saya berhenti mengikuti extra tersebut pada kelas 2 smp, dan dulu pada saat sya sd saya pernahh berlibur ke tabanan di rumah paman saya,dari karangasem saya dan orang tua saya berangkat dengan menggunakan alat transportasi bus pada pukul 5 pagi dan sampai pada pukul 9 siang setelah menmpuh jarak jauh akhirnya saya skeluarga sampai tujuan dengan selamat dan saya di sambut baik oleh paman saya skeluarga,saya sekeluarga merencanakan Cuma tiga hari berlibur di rumah paman pendeknya waktu liburan di karenakan ayah ibu harus bekerja meski Cuma tiga hari saya merasa senang berada di rumah paman karena udaranya sangat sejuk yang membuat saya nyaman dan saya di ajak sembahyang ke pura tanah lot oleh paman saya, di pure tanah lot sesudah sembahyang saya melihat dan menikmati pemandangan yang indah dan memanjakan mata saya disana saya dan paman saya juga dapat mapir di warung makan dan tempat penjualan sofenir dan saya di belikan baju sama paman saya dan pada hari kedua dan ketiga saya di ajak jalan jalan ke bedugul disana saya juga dapat sembahyang di pure danau beratan disana saya senang sekali dsna alamnya indah sekali saya baru pertama kali ksana saya sangat senang dapat berlibur ke rumah paman saya dan sampai nsekarang masih saya ingat dan akhirnya saya pulang kekarangsem dengan kedua orang tua saya rasanya waktub cepat sekali berlalu pada saat liburan dan saya kembali melakan aktifitas saya di rumah dan bersekolah keesokan harinya, pada saat saya kelas 2 smp saya juga pernah tour bersama teman teman sekolah ke goalawah,pura tanah kilat sakenan,tampaksiring ulwatu sya berngkat jam 6 pagi dari sekolah dengan menggunakan bus pariwisata di perjalanan saya duduk di belakang bersama dua temean saya di perjalanan menuju pure goa lawah di bus sangat ramai karena teman teman bercanda dibus dan ada juga teman saya muntah karena dia mabuk darat dan dia tidaak terbiasa naek bus kasian sekali dia karena dia tidak bisa menikmati perjalanan sesampainya di pura goalawahpada pukul 7 pagi kami dan rombongan turun dari bus dan memasuki pure untuk melakukan persembahyangan bersama, setelah selesai bersembahyang di pure goalawah saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke pura tanah kilaat dan di

 

perjalanan agak sepi karena teman teman tidur di bus dari pura goalawah ke pura tanah kilat menmpuh jarak kurang lebih 1 jam perjalanan dan sesampainya kami di sana kami turun dari bus dan memasuki pura untuk melakukan persembahyangan stelah melakukan persembahyangan kami semua makan siang yang di sediakan oloeh guru guu di sekolah kami menikmati kebersamaan pada saat makan bersama semua beban beban fikiran menjadi lepas karena kami makan di pinggir pantai, dan setelah selesai maka siang kami melanjutkan perjalanan ke pura tampak siring suasana bus pada saat perjalanan tidak sepi lagi karena teman teman tidak ad yang tidur karena slesai makan siang sesampainya kami di pura tampak siring kaami turun dari bus dan melanjutkan perersembahyangan di pre tampak siring stelah melakukan persembahyangan kami ber keliling keliling di seputar pere untuk melihat kolam dan disana juga ada istana peresiden disana kami menghabiskan waktu selama 30 menit untuk jalan jalan dan berbelanja dan akhirnya melanjutkan perjalanan ke pure slanjutnya ya itu bpura uluwatu kami tiba di pura ulwatu jsm 3 sore dan setaalah sembahyang disana kamin langsung pulang dan kami tiba di skolah jam 7 malam. Dan saya juga punya pengalaman yang sangat menarik ketika saya ikut mewakili kecamatan saya seleksi gong kebyar dewasa pada saat saya masih kelas 2 sma saya sangat senang dan banggakarena say di pilih untuk iku mewakili gong kebyar dewasa mewakili kecamatan abang dan saya agak sedikit minder karena saya adalah anggota paling muda di antara seke gong yang akan mewakili tetapin saya sangat bersemangat karena saya ingin punya pengalaman dan belajar karawitan saya disana pertama kali belajar kendang kerumpung karna materi seleksinya berisi tari legong keratin lasem,tari wiranta,tabuh kreasi dan tabuh dua lelambatan dan dari sanalah saya ingin mendalami seni karawitan dengen kuliah di isi denpasar sepertin sekarang ini, pada saat saya mengikuti osma di isi denpasar saya hamper menyerah dan hrapan saya untuk kuliah mennjadi hilang tp pada hari osma ke dua saya kembali bersemangat karena tekat dan semangat saya untuk belajar di isi denpasar sangat besar dan akhirnya saya lulus osma di institute seni Indonesia denpasar, di isi denpasar saya mempunyai banyak teman teman baru yang hobinya sama seperti saya ya itu hobi menabuh,,saya sangat senang karena saya punya banyak teman yang bisa berbagi pengalaman kepada saya,,di isi denpasar saya mendapatr pelajaran gong gede dang pelajaran gong gede tersebut adalah pengalaman baru buat saya dan pelajaan baru buat saya saya di ajari tabuh telu mare bangun sama dosen saya yang bernama pak pande mustika saya kira menabuh gong gede itu lebih gampang dari pada menabuh gong kebyar tapi ternyata lebih sulit dan saya juga mendapat pelajaran teori karawitan yang mempelajari notasi yang belum pernah saya pelajari karena saya bukan alumni smk 3 atau kokar, saya demikian sdikit frofile tentang saya.

DESA BASANGALAS

Saya I Ketut Sudiana akan menceritakan banjar saya yang saya pelajari dari buku tentang banjar basangalas Banjar Basangalas dibangun pada masa Pemerintahan Dalem Waturenggong yaitu sekitar Abad ke-14. Hal ini sesuai dengan beberapa kutipan isi Lontar Pemunder pada masa pemerintahan Dalem di Gelgel,

Dari isi Lontar Pamunder di atas, Ida Dalem memerintahkan dua belas bersaudara untuk memimpin Desa. Kedua belas bersaudara itu, masing-masing mendapat bagian wilayah untuk diperintah, salah satunya memerintah desa Basangalas. Pada mulanya Desa Pakraman Basangalas bernama Desa Garbhawana, di mana kata Garbha berarti perut dan Wana berarti hutan, Jadi Garbhawana adalah sebutan untuk nama sebuah desa yang terletak di tengah hutan, Desa Garbhawana merupakan Desa kekuasaan pemerintahan Dalem di Bali. Pada masa pemerintahan Dalem, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Jawa Kuno yang masih banyak mempergunakan unsur serapan dari Bahasa Sansekerta, sehingga kebanyakan nama-nama Desa di Bali pada masa Pemerintahan Dalem Waturenggong mempergunakan Bahasa Jawa Kuno atau Bahasa Sansekerta, karena Pemerintahan Dalem Waturenggong berasal dari Jawa, yang ditugaskan oleh Pemerintahan Majapahit untuk memimpin Bali.

Pemerintahan Dalem Waturenggong merupakan kelanjutan pemerintahan dari kerajaan Gelgel, yang berasal dari Jawa Timur ( Majapahit ) untuk memerintah Bali, di mana pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong perkembangan Agama Hindu mencapai puncak kejayaannya. Sehingga terlihat sekali pengaruh Jawa, terutama unsur Agama Hindu sangat kental sekali terhadap sistem tata kehidupan masyarakat Desa yang berada di Bali, seperti sistem kepercayaan ( Agama ), pemerintahan, dan tata bahasa yang dipergunakan. Nama-nama Desa di Bali yang dibangun pada masa Pemerintahan Dalem, kebanyakan menggunakan bahasa Jawa Kuno atau Sansekerta, seperti nama Desa Garbhawana. Dalam perkembangannya, nama Desa Garbhawana yang berasal dari Bahasa Sansekerta diganti dengan nama Desa Basangalas. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, khususnya di Desa Pakramant Basangalas, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Bali ( bahasa pergaulan masyarakat ), sehingga untuk lebih mudah dimengerti dan diingat oleh masyarakat, maka nama Desa Garbhawana diganti dengan nama Desa Basangalas. Kata Basangalas terdiri dari kata Basang yang berarti perut atau Garbha, dan Alas yang berarti hutan atau Wana, jadi kata Basangalas berarti desa yang berada di dalam hutan atau juga berarti Garbhawana, dimana antara kata Garbhawana dan Basangalas memiliki makna yang sama.

 

Di desa Basangalas juga terdapat berbagai barungan gamelan seperti Gambang,Gong kebyar,Gender wayang dan angklung

Penggunaan Gambelan Gambang di Desa Basangalas begitu penting terkait dengan pelaksanan Upacara Ngenteg Linggih di Desa Pakraman Basangalas Kecamatan Abang Kabupaten

Sebagaimana halnya gambelan gambang di Desa Pakraman Basangalas difungsikan sebagai penyelesaian Upacara Ngenteg Linggih. Artinya bila upacara Ngenteg Linggih dilaksanakan tanpa disertai pementasan Gambelan Gambang upacara itu kurang pas atau tidak lengkap. Rasa seperti ini sangat tertanam pada setiap insan masyarakat Desa Pakraman Basangalas, sehingga Gambelan Gambang bagi mereka adalah benda sakral sebagai warisan nenek moyang terdahulu.

Dan gamelan gong kebyar di desa adat basangalas di pakai untuk mengiringi upacara manusia yadnya,dewa yadnya,bhuta yadnya dan pitra yadnya dan gamelan angklung di pakai di pakai untuk mengiringi upacara pitra yadnya dan gender wayang di pakai untuk mengiringi upacara manusia yadnya dan pitra yadnya

Desa adat basangalas juga sering mengikuti lomba yang menyangkut dengan ksenian seperti lomba gong kebyar ,lomba desa, lomba seke truna truni,lomb dan lomba subak abian,seke gong desa adat basangalas pernah mengikuti lomba gong kebyar dewasa di tingkat kabupaten dan propinsi pada tahun 1998 dan lomba gong kebyar anak anak pada tahun 2009,sedangkan lomba seka teruna teruni dan lomba desa di tingkat kabupaten di laksanakan pada tahun 2009 dan lomba seke trruna truni ke tingkat profinsi di lakukan tahun 2012 dan di lanjutkan lomba subak abian pada tahun 2013 banyak prestasi prestasi yang sudah di raih oleh desa saya.

Demikian beberapa hal yang bisa saya sampaikan mengenai desa atau banjar basangalas.

 

 

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA ADA T BASANGALAS

DESA                  :  BASANGALAS
KECAMATAN   :  ABANG
KABUPATEN     :  KARANGASEM
TAHUN              :  20014

KELIAN ADAT                        :  I GEDE PUTU ASTIRA

 

SEKERTARIS                             : I WAYAN BERATA
KELIAN DINAS                         : I KADEK KERTIYASA

 

KELIAN PECALANG               : I KETUT KARI

 

KELIAN SUBAK ABIAN           : I WAYAN MANGGA

 

KELIAN SUBAK CARIK           : I KETUT DANA

 

KELIAN TERUNA TRUNI         : I WAYAN JUNGUTAN

 

JERO MANGKU PUSEH       : I NYOMAN YASA

 

JERO MANGKU DALEM    : I GEDE MANGKU PASEK

 

JERO MANGKU MRAJEPATI : I KETUT DARMA
SEKRETARIS                              :  I KETUT SUANDI,S

JURU PEMERINTAHA             :  I WAYAN NUITA

JURU PEMBANGUNAN          :  I WAYAN ASTINA

JURU PEMELIHARAAN            :  I NENGAH SADU DARMA

BENDAHARA                              :  NI MADE ASTARI

JURU KESRA                            :  I WAYAN PURNA WIJAYA

 

 

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!