LEGONG BAPANG SABA

Posted in Tulisan on April 15th, 2018 by krsnadarma

Bapang adalah sebuah tema dari legong keraton, dimana ini hanya merupakan ragam-ragam gerak tari yang tersusun indah dan abstrak. Terdiri dari jenis bapang, pengawak, pengecet yang semuanya mencerminkan watak keras dan dinamis. (Bandem. , 1983). Tari Legong Bapang Saba adalah suatu tarian legong yang diciptakan pada tahun 30 an oleh I Gusti Ngurah Delantik yang melainkan bertempat di Puri Saba, tarian ini menggambarkan suatu kecantikan Dewi Supraba dengan gerakan yang dinamis, cepat, dan mengikuti tempo dari pengiringnya dan biasanya ditarikan oleh dua orang penari atau lebih.

Dilihat dari perkembangannya atau kehidupannya, maka hanya di Desa Saba Blahbatuh Gianyar yang menggunakan tari bapang sebagai temanya. Namun tari Bapang Saba ini dimasukkan dalam kurikulum SMK N 3 Sukawati atau kerap disebut KOKAR maupun SMKI yang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di Bali. Banyaknya mahasiswa-mahasiswa asing yang datang ke Saba untuk memplajari tari Legong Bapang ini sehingga sehingga keberadaan tari tersebut dapat terpelihara.

Telah diketahui setiap tarian memiliki cirri dan gaya tersendiri. Demikian pula halnya dengan Tari Legong Bapang Saba in, didalamnya terdapat cirri khas yang sebenarnya perlu diusahakan agar ciri tersebut tetap terjaga dan terpelihara. Terutama sekali ciri-ciri yang dapat membedakan dengan tari Legong lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perinciannya dapat diuraikan sebagai berikut.

 

Struktur dan Sajian Pertunjukan Tari Legong Bapang Saba

Struktur dan sajian pertunjukan tari legong keraton berbeda-beda sesuai dengan tema yang dipakai . kendatipun demikian masing-masing bentuk mempunyai persamaan yaitu sama-sama memakai pengawak,pengecet dan pekaad. Lai halnya dengan tari Legong Bapang Saba ini. Tarian ini bisa berdiri sendiri maksudnya adalah tarian ini bias dibawakan atau ditarikan oleh dua orang atau lebih langsung menari mulai dari bapang. Atau dimasukan atau ditarikan setelah tari condong masuk sebelum mulai ke tarian pengawak.

Struktur tari Bapang Saba ini terdiri dari empat bagian . adapun urutannya ialah :

  1. Bapang : salah satu dari tema legong kraton, dimana ia hanya merupakan ragam-ragam tari tersusun indah dan abstrak yang semuanya mencerminkan watak keras dan dinamis.
  2. Pengadeng Bapang : merupakan lanjutan dari tari bapang bentuk tarinya juga abstrak, dan pada tari ini gerak-geraknya agak lembut dari gerak-gerak sebelumnya yaitu : pada gerak Bapang namun tetap tegas. Pada saat ini ekspresi harus lebih banyak tersenyum.
  3. Pangetog : yaitu gerak-gerak peralihan dari selisir bapang kepekaad. Pada saat ini gerak-gerak tarinya lebih keras dan tegas dari pada selisir bapang memerlukan mecuk alis dan ekpresi nelik.
  4. Pekaad : yaitu bagian penutup dari pada tari legong bapang ini, ekpresi yang diperlukan adalah ekpresi senyum dan manis.

PENJELASAN INSTRUMEN JUBLAG

Posted in Tulisan on April 8th, 2018 by krsnadarma

Nama dari salah satu ricikan bilah yang bahan pokoknya dari perunggu. Tungguan Jublag menggunakan 4 sampai 7 bilah (satu gembyang meurut larasan jenis gambelan yang digunakan) yang digantung. Dalam satu perangkat gamelan dugunakan 2 sampai 4 tungguh. Dalam perangkat gamelan Gong Kebyar digunakan 2 tungguh tugngguhan jublag  dengan menggunakan 5 sampai 7 bilah tiap tungguhan. Dalam perangkat gamelan Angklung Kembang Kirang atau klentangan digunakan 2 tungguh tungguhan jublag. Tiap tungguh menggunakan 4 bilah. Dalam perangkat gamelan Gong Gede biasanya digunakan 4 tungguh  tungguhan jublag, yang masing-masing menggunakan 5 bilah.

 

Dalam perangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu digunakan 2 tungguhan jublag, masing-masing menggunakan 7 bilah. Tungguhan jublab ditabuh oleh satu orang dengan menggunakan sebuah panggul yang terbuat dari kayu yang dilapisi dengan karet agar warna atau kualitas suaranya lunak (empuk). Tabuhan tungguhan jublag menyajikan atau menabuh bantang gending dan berfungsi sebagai tungguhan seleh, yaitu memberi tekanan pada seleh-seleh kalimat lagu tertentu seperti yang terdapat pada gending-gending Gong Kebyar bagian gending gegenderan dan kebyar. Dalam penysunan atau penataan tungguhan-tungguhan, biasanya tungguhan jublag diletakkan didekat tungguhan jegogan atau gangsa.

PENJELASAN TENTANG KAJAR

Posted in Tulisan on April 8th, 2018 by krsnadarma

Nama dari salah satu tungguhan pencon yang dibuat dari perunggu. Tungguhan kajar adalah tungguhan irama yang mrnggunakan satu buah pencon yang nadanya tidak ditentikan atau tidak persis sama dengan nada tungguhan yang lain. Nada tungguhan kajar berkisar nada 3 (ding) dan nada 7 (dung). Tungguhan kajar diguakan oleh sebagian kecil perangkat gamelan yang ada di Bali, antara lain : perangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Lima, Semar Pegulingan Saih Pitu, Gong Kebyar, Pegambuhan, Angklung, Gong suling, dan sebagainya. Tungguhan kajar ditabuh oleh seseorang penabuh dengan menggunakan sebuah panggul. Di Bali ada dua macam kajar, yaitu tungguhan kajar yang penconnya menggunakan ideng dan yang tidak menggunakan ideng. Kajar berideng biasanya digunakan pada perangkat gamelan Gambuh, Semar Pegulingan Saih Pitu, Semar Pegulingan Saih Lima. Jenis panggul yang biasanya digunakan pada perangkat gamelan Gong Kebyar, Gong Suling, Angklung adalah berbahan kayu; sedangkan bagian tengah sampai ujung panggulan dibungkus dengan benang untuk bisa menimbulkan suara yang empuk.

 

Penempatan tungguhan kajar pada susunan atau pengaturan tungguhan ditentukan oleh kebiasanaa dan jenis perangkat gamelannya. Misalnya pada perangkat gamelan Gong Kebyar, tungguhan kajar biasanya ditempaatkan dibagian samping kanan tungguhan giying. Selain merupakan tungguhan irama, tungguhan ini juga sebagai tungguhan structural karena tabuhan tungguhan kajar memberikan tekanan seleh-seleh tertentu pada kalimat-kalimat lagu sehingga dapat mewujudkan atau menentukan bentuk gendingnya. Seperti dapat kita lihat pada gending-gending Pegambuhan, Semar Pegulingan Saih Pitu, dan Semar Pegulingan Saih Lima (gending-gending Pelegongan).

 

Tungguhan kajar juga berfungsi untuk memperjelas pole tabuhan kendang, karena tabuhan tungguhan kajar serupa dengan tabuhan kendang lanang dan kendang wadon. Utuk mewujudkan buny kendang lanang “tung” (hasil tabuhan tangan kanan), tungguhan kajar dipukul pada bagian penconnya sedangkan untuk mewujudkan bnuyi kendang wadon “dah” atau “deng” ( hasil tabuhan tangan kanan), kajar dipukul pada bagian tangkar. Sedangkan untuk menirukan bunyi kendang lanang dan wadon yang ditimbulkan oleh tangan kiri, tungguhan kajar dipukul pada bagian tangkarnya. Cara kajar semacam ini terdapat pada bagian gending pengawak  dan/atau pengecet.

 

ISTILAH GONG

Posted in Tulisan on April 8th, 2018 by krsnadarma

Istilah Gong hampir semua orang tau dengan instrument yang dinamakan Gong, ini kecuali mereka yang tidak memiliki tradisi seni musik yang didalamnya menggunakan Gong. Sebagai nama telah diketahui bahwa Gong adalah : sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar dan mempunyai moncong atau pencon di tengah-tengah “Lambe”. Lambe adalah suatu stilah yang terdapat pada instrument yang bermocol. Instrumen ini pada umumnya dibuat daari karawang dan campurannya timah murni dengan tembaga. Dan instrumen Gong ini juga dapat dibuat dari bahan besi. Membunyikan instrument Gong adalah dengan cara menggantungkan secara vertical kemudian memukul moncolnya dengan sebuah panggul (Alat Pemukul) yang di Bali biasanya disebut dengan panggul Gong. Di Bali instrument Gong pada umumnya mempunyai garis tengah 60 sampai dengan 90 cm (centi meter). Istilah Gong dapat diartikan sebagai alat atau instrument.

Gong dalam arti yang lain bisa berarti sebagai ukuran lagu karena dalam satu bentuk lagu/ tetabuhan gamelan Gong terdapat ukuran panjang maupun pendeknya diukur dari jatuhnya pukulan Gong. Suatu lagu yang dalam satu Gongnya terdapat dua pukulan kempul, dimana satu baris lagu terdiri dari 8 (delapan ketukan) maka tabuh ini dugunkan gilak atau kale. Apabila dalam satu Gongnya terdapat 4 (empat) kempul, dimana barisnya terdiri dari 16 (enam belas) baris maka tabuh ini dinamakan ukuran tabuh pat dan sebagainya.

Masih ada satu arti lain dari pada istilah Gong ini yaitu : barungan (ensambele) hal ini dapat terlibat dalam nama Gong gede, Gong Kebyar, Gong Beri, Gong lanang dan sebagainya yang kesemuanya itu berarti barungan. Dengan demikian jelaslah bahwa istilah Gong itu dapat berarti sebagai alat atau instrument, ukuran satu lagu dan barungan gamelan.

Mengenai ukuran memang terdapat adanya sifat yang subjektif. Artinya setiap orang mempunyai batasan ukuran yang berbeda-beda. Dalam hal ini gongyang berukuran taggung dibandingkan dengan ukuran gong yang digunakan pada perangkat gambelan lainnya. Tidak banyak perbedaan ukurannya seperti pada tungguhan gong yang digunakan perangkat gamelan Gong Kebyar, Gong Gede, dan Gong Luang yang mempunyai ukuran 75 sampai 80 cm. Gong bebancihan kadang-kadang juga disebut kempul yang ukuran garis tengahnya sekitar 60 sampai 70 cm, yang digunakan perangkat gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu, Semar Pegulingan Saih Lima, Gong Suling, dan Pegambuhan. Sedangkan fungsi Gong Bebancihan ini sama dengan gong yang digunakan pada perangkat gamelan lainnya, yaitu memberikan seleh-seleh kalimat lagu yang dirasakan paling “berat”.

GONG GEDE

Posted in Tulisan on Maret 21st, 2018 by krsnadarma

Gong Gede juga termasuk barungan ageng namun langka, karena hanya ada di beberapa daerah saja. Gamelan Gong Gede yang terlihat memakai sedikitnya 30 (tigapuluh) macam instrumen berukuran relatif besar (ukuran bilah, kendang, gong dan cengceng kopyak adalah barung gamelan yang terbesar yang melibatkan antara 40 (empatpuluh) – 50 (limapuluh) orang pemain. Gamelan yang bersuara agung ini dipakai untuk memainkan tabuh-tabuh lelambatan klasik yang cenderung formal namun tetap dinamis, dimainkan untuk mengiringi upacara-upacara besar di Pura-pura (Dewa Yadnya), termasuk mengiringi tari upacara seperti Baris, Topeng, Rejang, Pendet dan lain-lain. Beberapa upacara besar yang dilaksanakan oleh kalangan warga puri keturunan raja-raja zaman dahulu juga diiringi dengan gamelan Gong Gede. Akhir-akhir ini Gamelan Gong Gede juga ditampilkan sebagai pengiring upacara formal tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan untuk mengiringi Sendratari. Sebagai seni karawitan, dijelaskan dalam kutipan artikel ISI Denpasar, Gamelan Gong Gede merupakan perpaduan unsur-unsur budaya lokal yang sudah terakumulasi dari masa ke masa. Barungan gamelan Gong Gede dipandang sangat penting karena dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat secara moral dan spiritual sehingga terwujud rasa kesehimbangan. Keseimbangan yang mencakup persamaan dan perbedaan dapat terefleksi dalam beberapa dimensi. Refleksi keseimbangan yang banyak ditemukan dalam kesenian Bali adalah refleksi estetis yang dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan rwa bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula sernangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan, dan kompetisi mewujudkan intraksi dan persaingan. Konsep rwa bhineda oleh seniman Pengrawit dituangkan dalam gamelan Bali (Gong Gede). Hal ini dapat diamati pada sistem pelarasan ngumbang-isep dan instrumen yang berpasangan (lanang wadon). Unsur budaya Bali tercermin pada penggunaan instrumen dari perangkat gamelan Bali dan busana yang dipergunakan oleh para penabuh (jero gamel).Kalau dilihat dari fungsinya semuanya ini berarti tukang gamel, yang sudah melekat sebagai bagian dari identitas diri seseorang. Instrumen Bentuk instrumen gamelan Gong Gede ada dua jenis yakni : Berbentuk bilah,Berbentuk (moncol). Menurut Brata, instrumen yang berbentuk bilah ada dua macam : bentuk bilah bulig, dan bilah mausuk. Bentuk bilah bulig bisa disebut dengan : metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin. Untuk instrumen yang berbilah seperti bilah metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin dan bulig terdapat dalam instrumen gangsa jongkok penunggal, jongkok pengangkem ageng, dan jongkok pengangkep alit (curing). Instrumen-instrumen ini bilahnya dipaku atau sering disebut dengan istilah gangsa mepacek. Sedangkan bentuk bilah yang diistilahkan merai, meusuk, dan meakte terdapat pada instrumen pengacah, jublag, dan jegogan. Instrumen-instrumen ini bilahnya digantung yaitu memakai tali seperti jangat. Instrumen yang bermoncol dapat dikelompokan menjadi dua yakni : Moncol tegeh (tinggi),Moncol endep (pendek). Contoh instrumen yang berpancon tinggi seperti; riyong ponggang, riyong, trompong barangan, dan tropong ageng (gede). Sedangkan instrumen yang berpencon pendek (endep) antara lain kempli, bende, kempul, dan gong. Begitu juga halnya dengan bentuk reportoar gending Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur, berbentuk lelambatan klasik yang merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing mempunyai bentuk urutan sajian. Gong Gede berlaras Pelog lima nada, dengan patutan atau patet tembang.

 Sistem laras
Yang dimaksud laras Gamelan Bali ialah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang sudah ditentukan tinggi rendah dan jarak nadanya. Di dalam karawitan Bali baik berupa instrumental (gamelan) maupun vocal (tembang) terdapat dua jenis laras (tangga nada) yaitularas pelog dan laras slendro. Di dalam memainkan gamelan Bali biasanya dijumpai dua jenis laras pelog yaitu laras pelog panca nada (lima nada) dan pelog sapta nada (tujuh nada). Jadi Gong Gede termasuk gamelan yang berlaras pelog panca nada (lima nada) yang menggunakan lima nada pokok disebut saih lima.

 Periodisasi
Periodisasi Gambelan Bali digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1) Gamelan Golongan Tua
2) Gamelan Golongan Madya
3) Gamelan Golongan Baru
Jadi Gong Gede termasuk Gamelan Golongan Madya, Barungan Madya yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupaka barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrument-instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini kendang sudah mulai memainkan peranan penting. Ciri-cirinya : ditandai dengan masuknya “kendang” (ukuran menengah) yang berfungsi sebagai :
 Pemurba irama
 Pengatur dinamika dan tempo tabuh
 Memulai dan mengakhiri tabuh
 Menentukan ukuran panjang pendek tabuh