Tari Oleg Tamulilingan

TARI OLEG TAMULILINGAN

 

2.Sejarah,dan Pencipta Tari Oleg

 

Salah satu tari yang menjadi ikon dan kemudian menjadi genre tari Bali pada kurun masa berikutnya adalah Oleg Tamulilingan. Karya tari yang amat kesohor hingga ke mancanegara ini diciptakan I Ketut Marya yang kemudian lebih akrab dipanggil I Mario. Bagaimana sesungguhnya perjalanan awal hingga terciptanya tari Oleg Tamulilingan ini

Adalah budayawan bernama John Coast (1916-1989), kelahiran Kent, Inggris, sangat terkesan dengan kebudayaan Bali. Sebelum berkiprah di Bali, ketika perang dunia kedua meletus, Coast masuk wajib militer dan sebagai perwira, sampai sempat bertugas di Singapura. Ketika Singapura keburu dikuasai Jepang, Coast yang berstatus tawanan lalu dikirim ke Thailand. Namun begitu, Coast memang berbakat seni. Ia ternyata melahirkan tulisan “Railroad of Death” pada 1946 yang kemudian mencapai best seller dalam waktu singkat. Hal itu mendorong semangatnya lagi untuk menulis buku “Return to the River Kwai” pada 1969. Di sela itu, Coast sempat berkolaborasi dengan seniman musik dan tari dari berbagai latar budaya, hingga menggelar pertunjukan konser pasca-perang.

Setelah merasa aman, pada 1950 Coast meninggalkan Bangkok menuju Jakarta karena terdorong untuk mengabdi kepada perjuangan Indonesia. Dalam waktu singkat, ia mendapat kepercayaan dari Bung Karno untuk memegang jabatan sebagai atase penerangan Indonesia. Selama di Indonesia, Coast menikah dengan Supianti, putri Bupati Pasuruan. Ketika menetap di Bali, ia tinggal di kawasan Kaliungu, Denpasar.

Cinta Coast pada seni budaya Bali mulai tumbuh saat tersentuh tradisi dan kehidupan masyarakat. Kesenian ternyata amat memikat hati dan obsesinya untuk mengorganisir sebuah misi kesenian ke Eropa. Selama petualangannya mengamati beberapa sekeha gong di Bali, Coast tertarik dengan penampilan sekaha gong Peliatan. Pada 1952, Coast menilai bahwa Gong Peliatan dengan permainan kendang AA Gde Mandera yang ekspresif cukup layak ditampilkan di panggung internasional. Dalam rencana lawatan ke Eropa itu, Coast ingin juga membawa sebuah tarian yang indah dan romantik, di samping beberapa tarian yang sudah sering dilihatnya.

Atas saran Mandera, Coast lalu menghubungi penari terkenal sekaligus guru tari I Ketut Marya yang kemudian akrab dipanggil I Mario. Mario yang kala itu sudah menciptakan tari Kebyar Duduk yang kemudian menjadi tari Terompong, bersedia bergabung dengan Gong Peliatan. Coast “merangsang” Mario untuk berkreasi lagi dengan memperlihatkan buku tari klasik ballet yang di dalamnya terdapat foto-foto duet “Sleeping Beauty” yaitu tentang kisah percintaan putri Aurora dengan kekasihnya Pangeran Charming. Maka terinspirasilah Mario menciptakan tari Oleg. Inilah yang diinginkan Coast.

Untuk membawakan tari Oleg — tarian baru itu, I Mario memilih I Gusti Ayu Raka Rasmi yang memiliki basic tari yang bagus. Dalam menata iringannya, Mario mengajak I Wayan Sukra, ahli tabuh asal Marga, Tabanan. Di samping itu, dilibatkan pula tiga pakar tabuh Gong Peliatan dalam menggarap gending Oleg itu yakni Gusti Kompyang, AA Gde Mandera, dan I Wayan Lebah.

Tari Oleg itu semula bernama Legong Prembon. Nampaknya Coast kurang berkenan dengan nama Legong Prembon karena kata itu sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. I Mario lantas menggantinya menjadi tari Oleg Tamulilingan Mengisap Sari dan atas kesepakatan bersama akhirnya disebut Oleg Tamulilingan atau “The Bumble Bee Dance”. Tarian ini menggambarkan dua ekor kumbang, jantan dan betina, sedang bersenang-senang di taman bunga sambil mengisap madu. Sebagai kumbang jantan pasangan Raka Rasmi, dipilihlah I Sampih yang jauh lebih tua, berasal dari Bongkasa, Badung.

Kata oleg dalam kamus bahasa Bali berarti “goyang”. Dalam tarian yang melambangkan kumbang betina itu, memang terdapat gerakan bergoyang lemah gemulai seolah-olah pohon tertiup angin. Gerakan lemah gemulai tari Oleg ini nampak pada bagian pengadeng — saat penari memegang oncer yang bergantian dengan kedua tangan ditekuk silang di depan dada, sambil bergoyang ke kanan dan ke kiri. Maka dinilai, pemeran yang cocok membawakannya adalah yang berperawakan langsing semampai sebagai pemberi kesan ngoleg.

Begitulah. Tarian ini lantas awalnya lebih dikenal di mancanegara daripada di Bali, karena begitu tercipta lalu dipakai ajang promosi Bali di luar. Sebelum berangkat ke Eropa, misi kesenian pemerintah RI itu terlebih dahulu pentas di Istana Merdeka untuk pamitan kepada Presiden Soekarno karena akan melawat sekitar 10 bulan mengunjungi Prancis, Jerman, Belgia, Italia, Inggris dan beberapa kota besar di Amerika Serikat. Mario tidak turut dalam rombongan itu. Namun beberapa tahun kemudian, bersama Gong Pangkung Tabanan, ia “menghipnotis” masyarakat Eropa, Kanada dan Amerika Serikat dengan berbagai improvisasi gerak tari indah dalam tari Kebyar Duduk dan tari Terompong pada acara “Coast to Coast Tour” pada 1957 dan 1962.

 

Lalu, siapa I Ketut Marya atau I Mario? Ia lahir pada 1897, anak bungsu lima bersaudara dari keluarga petani miskin asal Banjarangkan, Klungkung. Ayahnya meninggal ketika Mario berumur enam tahun. Musim kemarau berkepanjangan yang menyebabkan penderitaan para petani, memaksa keluarga Mario mengungsi ke arah Barat hingga sampai di Desa Tunjuk, Tabanan. Ni Mentok, ibu Mario, bersama anak-anaknya kemudian “dipungut” oleh saudagar Cina, Tan Khang Sam.

Sifat Mario yang humoris dan pemberani ternyata menarik simpati majikannya. Suatu hari, Mario diajak ke Puri Kaleran, Tabanan, untuk urusan dagang. Penampilan Mario yang sopan menarik simpati raja sehingga Mario sekeluarga dijadikan abdi Puri. Dalam suasana Puri yang sering mementaskan tetabuhan dan tari-tarian, membuat Mario selalu duduk dekat gamelan dan kadang-kadang menari sendirian. Raja pun melihat bakat Mario sehingga ia dicarikan guru tari ke Mengwi. Maka, pada umur sembilan tahun, Mario telah menguasai beberapa tarian.

Penampilan Mario mulai diperhitungkan oleh penari senior. Guru tarinya meramalkan bahwa kelak Mario akan menjadi penari besar karena gerakan tubuhnya lentur, ekspresi wajah penuh kejiwaan seirama dengan iringan gamelan. Sekeha Gong Pangkung yang sering tampil di Puri Kaleran memiliki peran sangat penting bagi sosok Mario. Tahun 1922, Mario telah mempelajari tabuh kakebyaran yang “lahir” di Buleleng pada 1915. Mario pun dilatih oleh Wayan Sembah dan Wayan Gejir.

 

Tari Oleg Tamulilingan karya I Ketut Maria (dipanggil Mario), seniman asal Tabanan pada 1951 — yang memperlihatkan kelincahan olah tubuh dan serasi dengan iringan gamelan — itu hingga kini merupakan salah satu tari Bali yang abadi dan digemari para penari. Banyak remaja Bali yang berangan-angan untuk menguasai tari yang menggambarkan romantika lelaki dan perempuan dengan sempurna itu.

TARI Oleg Tamulilingan adalah tarian yang setiap geraknya mengandung karakter keindahan Bali. Penciptanya yang lebih dikenal dengan panggilan Mario, mendapat kehormatan dengan mengabadikan namanya sebagai nama gedung pertemuan Pemkab Tabanan, 21 km barat Denpasar.

TARI Oleg Tamulilingan merupakan karya cipta seniman besar I Ketut Marya alias I Mario yang paling populer di antara sejumlah ciptaannya. Tarian ini digarap tahun 1952 atas permintaan John Coast, budayawan asal Inggris yang sangat terkesan dengan kesenian Bali, untuk dipromosikan ke Eropa dan Amerika Serikat.

Adalah I Gusti Ayu Raka Rasmi asal Peliatan, Ubud merupakan penari pertama yang menarikan tarian itu. Dia anggota paling belia dalam misi kesenian yang meraih sukses besar tahun 1953, didukung Sekaa Gong Peliatan pimpinan A.A. Gede Mandera. Belakangan, tari yang dikemas dalam gerak yang indah dan romantis ini acap kali dipentaskan untuk resepsi perkawinan.

Seni, sebagai suatu bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi, dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni kreatif, maka seni sebagai kegiatan manusia selalu melahirkan kreasi-kreasi baru, mengikuti nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Demikian pula halnya dengan tari Oleg Tamulilingan, iringan dan geraknya mengalami perkembangan. Pada tarian ini telah terjadi pergeseran estetika, namun tetap mencirikan tarian yang indah dan menarik.

Pergeseran estetika itu bisa berupa pembaruan maupun perbaikan dari apa yang telah ada sebelumnya. Yang paling awal mengalami perkembangan adalah iringan gending papeson dari tokoh muanin Oleg tersebut. Perkembangan ini dilakukan oleh Sekaa Gong Belaluan, Denpasar, di bawah komposer terkenal I Wayan Berata, sebelum tahun 1960. Selanjutnya terjadi pula perkembangan pada perbendaharaan gerak tarinya.

Perkembangan Tari Oleg  dalam beberapa periode belakangan memang mengalami perubahan gerak, jika diamati dengan cermat, perubahan itu bisa berakibat buruk. Pengenalan gaya Mario menurut Agung Suparta lebih memicu kreativitas generasi muda terhadap bentuk-bentuk “pemberontakan” Mario pada masanya. “Dalam tari Oleg Tamulilingan, bisa dilihat simbol-simbol pemberontakan gerak yang dilakukan Mario dalam seni tari Bali,” tutur seorang pengamat seni muda Tabanan, Putu Arista Dewi.

Gaya asli Mario memang seharusnya dikenali secara cermat. Banyak puncak-puncak pencapaian gerak dari Mario yang sulit ditandingi seniman masa kini. Misalnya dari segi properti, kipas, panggul terompong dan kancut dalam tarian ciptaan Mario bukan hanya berfungsi sebagai alat semata, namun menyatu dan saling mendukung dalam gerak tubuh penari. “Oleh sebab itu gaya Mario perlu dilestarikan, sebelum punah dan sulit melacak asal-usulnya,” ujar Ayu Trisna Dewi Prihatini, pengelola sekaligus Pemilik Sanggar Tari Ayu di Tabanan.

 

 

 

 

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!