Sejarah Gamelan Jegog Seka Jegog Suara Ulangun dan Teknik Seslangkitan Pada Gamelan Jegog

Penelitian tentang menganalis dan mengetahui teknik dasar bermain gamelan jegog ini dilakukan di Seka Jegog ”Suara Ulungan” Banjar Pangkung Languan Mekar, Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana, Bal oleh narasumber yang bernama I Ketut Tama atau biasa di panggil Tut Puluk. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisis dan mengetahui bagaimana bentuk, teknik dasar bermain gamelan jegog dan asul-asul sejarah seka jegog yang ada Desa Yehsumbul ini. Dalam hal itu peneliti banyak menanyakan pertanyaan mengenai jegog ini salah satunya adalah bertanya tentamg asul-asul terbentuknya jegog dan bagaiamana proses terbentuknya seka jegog ini. Beliau mengatakan seperangkat Gamelan Jegog suara ulangun ini umurnya sangat tua sekali karna Gamelan ini sudah lama di beli di Desa Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana dengan seharga Rp 1.700.00, dengan segala kekurangan yang ada. Jegog ini di beli pada tahun 2001 atas kesepakatan bersama yang di plopori oleh I Ketut Tama atau biasa di panggil Tut Puluk. Beliau sangat suka dengan kesenian Jegog lalu beliau mempunyai inisiatif untuk mengumpulkan seka demen dan mengumpulkan dana tersebut untuk membeli sebuah seperangkat Jegog yang berukuran kecil yang tidak bisa dipergunkan untuk mebarung pada tahun 2001 dan hanya dipergunakan seperti acara-acara tertentu saja hanya sekedar bisa dimainkan atau hanya bisa mengiringi tarian-tarian, joged dan lain-lainnya. Jegog berukuran kecil ini pada tahun 2004 seperangkat Jegog kecil ini rusak dan juga seka Jegog ini ingin memperbesar gamelan supaya bisa dimainkan untuk mebarung, lalu I Ketut Tama atau biasa di panggil Tut Puluk juga ingin mempunyai keinginan yang sama untuk memperbesar gamelan Jegog ini.

Seiring berjalanannya waktu diadakanlah rapat seka maka disepakatilah untuk membuat Jegog yang lebih besar yang bisa dimainkan untuk mebarung, karena roh Jegog di Jembrana masyarakatnnya memiliki kegemaran/budaya mebarung. Seka jegog ini langsung mencari bahan-bahan untuk membuat jegog yang lebih besar lagi di tahun 2004 dan Bahan-bahan yang dicari untuk membuat Jegog seperti bambu dan kayu dicari sampek keluar Kabupaten. Jegog ini sekarang sudah menjadi besar dan sudah sering dipergunakan untuk mebarung dan sudah memiliki beberapa tabuh antara lain tabuh truntungan dan tabuh tegak. Seka jegog ini mempunyai tiga tabuh truntungan namun namanya tidak ketahui dan memiliki empat tabuh tegak yang berjudul tabuh tegak sekar jagat, tabuh tegak jayan tangis, tabuh tegak sugriwa, dan tabuh tegak murnia. Jegog ini juga sering pentas seperti ajang parade Jegog yang di adakan Hut Kota Negara pada tahun 2011 yang melibatkan 82 Jegog yang termasuk didalammnya Jegog “Suara Ulangun” dan Festival Jegog pada tahun 2019 yang melibatkan semua Jegog di Kabupaten Jembrana.
Seslangkitan yaitu kotekan yang dihasilkan oleh dua tangan dengan menggunakan dua oktaf dan tidak dimainkan dengan pola polos dan sangsih dengan dibingkai oleh melodi pokok.