Teks Deskriptif tentang “UBUD”

This post was written by Janurangga on April 11, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

TEKS DESKRIPTIF
UBUD

Oleh
I KadekJanurangga
NIM : 201702048
MahasiswaKarawitan 1B
InstitutSeni Indonesia Denpasar

Ubud adalah sebuah desa kelurahan, membawahi 14 (empatbelas) banjar yaitu Br. Ubud Kelod, Br. Ubud Kaja, Br. Ubud Tengah, Br. Sambahan, Br. Bentuyung, Br. Junjungan, Br. Tegallantang, Br. Taman Kaja, Br. Taman kelod, Br. Padangtegal kaja, Br. Padangtegal Mekarsari, Br. Padangtegal Tengah, Br. Padangtegal Kelod, dan Br. Padang Kencana, yang terdiri dari 6 (enam) desa adat, termasuk kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dengan jarak 20 km dari kota Denpasar, Ubud dapat dicapai dalam 30 menit atau 15 menit dari kota Gianyar. Dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut, Ubud memiliki udara lebih sejuk dari daerah dataran Bali asli selatan. Kelurahan Ubud berpenduduk sekitar 9.800 jiwa. Dengan lingkungan yang masih alami, daerah ini merupakan daerah sumber inspirasi bagi para seniman, termasuk seniman luarnegeri, terutama seniman Eropa. Ubud disamping memiliki alam yang indah, daerah ini juga merupakan sebuah desa budaya yang kaya dengan warisan sejarah para seniman besar, terutama para pelukis terkenal, misalnya I Gusti Nyoman Lempad (1862-1978), Anak Agung Gde Sobrat (1919-1992), I Gusti Made Deblog (1910-1986), kemudian disusul oleh yang lain seperti, I Gusti Ketut Kobot, Ida Bagus Made, Dewa Putu Bedil, Ida Bagus Raidan lain sebagainya. Ketenaran para pelukis tersebut di atas ikut memberikan inspirasi terhadap para pelukis barat untuk berdomisili di desaUbud.

Sekitar tahun 1920-an, dua pelukis Eropa yaitu Rudolf Bonnet dari negeri Belanda, dan Walter Spies dari Jerman menggoreskan sejarah baru perkembangan seni lukis di daerah Ubud. Kedua pelukis Eropa tersebut memperkenalkan teknik estetika Eropa terutama di bidang pencahayaan, bayangan, perspektif dan anatomi. Para pelukis lokal menyerap tehnik-tehnik baru yang sesuai dengan nilai dasar dan pikiran local dengan tetap mengambil tema tradisional sehingga mampu member identitas tersendiri dengan nama gaya Ubud atau Style Ubud. Desa Ubud menjadi semakin terkenal sebagai daerah kelahiran para seniman lukis berkata dan bekerjasama antara Tjokorda Gde Agung Sukawati dengan Rudolf Bonnet untuk membentuk sebuah perkumpulan seniman dengan nama Pita Maha, yang jugaikutmembidanilahirnya Pita Maha adalah Tjokorda Gde Raka Sukawati, I Gisti Nyoman Lempad pada tahun 1936. Pita Maha merupakan sebuah perkumpulan dan wadah untuk mendiskusikan masalah dan perkembangan seni lukis, serta untuk saling bertukar pikiran dan memperkenalkan hasil seni yang mereka miliki.

Dalam perkembangannya kemudian, atas prakarsa Ida Tjokordo Gde Agung Sukawati yang didukung oleh Rudolf Bonnet, pelukis kelahiran Nederland dan juga para pelukis setempat merencanakan mendirikan sebuah musium. Yayasan Ratna Wartha yang dibentuk sebelumnya diberikan tugas untuk melaksanakan pembangunan dan pengelolaan museum tersebut. Padatahun 1945 mulailah pembangunan museum itu yang mana peletakan batu pertama dilakukan oleh Perdana Menteri Ali Sustroamidjoyo. Dalam kurun waktu dua tahun, tepatnya pada tahun 1956 museum tersebut dibuka oleh Menteri Pendidikandan Kebudayaan Mr. Moh. Yamin
Sebagai daerah tujuan wisata, Ubud memiliki banyak objek yang menarik bagiwisatawan, baik nusantara maupun mancanegara. Beberapa diantara objek tersebut adalah Puri Saren, yang terletak di Puri Ubud, pasar seni tradisional, Monkey Forest (Wenara Wana), Musium Blanco, Musium Puri Lukisan, dan banyak makanan khas ubud seperti babi guling yang wajib dicoba bila berkunjung ke ubud.

Comments are closed.

Previose Post: