FILSAFAT SENI DAN TARI LEGONG RAJA CINA

  1. Latar Belakang

Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas. Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah. Karena karya seni tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu. Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang disebut seni.

                                              

  1. Rumusan Masalah
  2. Apa defisini dari filsafat seni?
  3. Bagaimana filsafat seni dari seni tari legong raja cina?
  4. Bagaimana musik iringan dari tari legong raja cina?
  5. Tujuan
  6. Agar mengetahui definisi dari filsafat seni.
  7. Agar mengetahui bagaimana filsafat seni tari legong raja cina.
  8. Agar mengetahui musik iringan dari tari legong raja cina.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Filsafat Seni

  Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas.

Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.

Menurut Arthur Schopenhauer sendiri, seni merupakan segala usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, tiap orang senang dengan seni musik meskipun seni musik adalah seni yang paling abstrak. Berbicara tentang filsafat seni, simbol-simbol perlu mendapat perhatian untuk mempertahankan segi “misteri” pengalaman manusia.

Filsafat seni bagi para filsuf seni, berbicara mengenai ide, makna, pengalaman, intuisi, semua menunjukkan sifat simbolik dari seni. Pada awalnya, Socrates yang berpikir mengenai filsafat seni, sehingga Ia dikenal sebagai Bapak Filsafat Seni/Keindahan. Panggilan filosofis dalam konteks filsafat seni menuntut kerelaan, keterbukaan, dan tidak pernah prasangka apriori. Artinya, persoalan senidapat dibahas dari sudut pandang disiplin ilmu manapun. Dalam definisi mengenai seni merupakan proses cipta, rasa, dan karsa. Seni tidak akan ada bila manusia tidak dihadiahi daya cipta. Filsafat dan seni sebagai komunikasi yang kreatif, tetapi cara dan tujuannya berbeda.

 

Filsafat adalah : usaha mencari kebenaran,sedangkan seni lebih pada kreasi dan menikmati nilai.Bahkan bila seni menggunakan bahasa seperti dalam sastra, penggunaan ini tidak sama dalam filsafat. Tujuan dari seni adalah membangkitkan emosi estetik, sementara dalam filsafat, bahasa adalah alat untuk mengucapkankebenaran. Melalui filsafat seni, pemahaman tentang seni akan lebih kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan. Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni adalah bukan sekedar sejarah seni.

  1. Filsafat seni tari legong raja cina

Seni tari merupakan salah satu kesenian yang sudah mendarah daging pada masyarakat khusnya di masyarakat Bali. Tari adalah salah satu seni olah tubuh secara bersama yang di lakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan mengungkapkan perasaan dan mengungkapkan maksud dari pikiran. Tari memiliki fungsi yang kita ketahui sebagai berikut diantaranya: fungsi ritual, fungsi sebagai sartana hiburan, fungsi sebagai sarana presentasi estetis.

Tari legong merupakan tari yang bermula dari perkembangan kerajaan di bali. Pada umumnya mengandung cerita-cerita yang di ambil dari cerita rakyat atau cerita pewayangan contohnya; legong kuntul, legong lasem, legong jobog, dan lain sebagainya. Tari legong berasal dari kata “leg” dan gong yang di makna leg artinya lues, lembut atau elastis dan “gong” artinya gambelan, bila di satukan kedua arti dari dua kata tersebut maka artinya legong adalah suata tari dengan geraknya yang lembut yang di iringi dengan suara tabuhan gambelan.

Tari legong cina, secara filosofis diangkat dari sejarah yang dimana raja bali dahulu menikah dengan putri cina sebagai lambang akulturasi budaya. Dalam akulturasi itu diwujudkan dalam wujud barong landung. Yang mana barong landung yang lelaki adalah wujud dari jro wayan dan yang perempuan adalah jro luh. Bukan jaya pangus dan kancing wi. Menurut I Gusti Ngurah Serama Semadhi, tari legong cina kira-kira diciptakan pada tahun 1930-an. Namun, sampai saat ini penciptanya dinyatakan masih anonim.

Menurut beliau, ada juga tari-tari legong yang lain yang belum sempat direkonstruksi. Beliau memiliki keinginan bersama sang ayah untuk merekonstruksi tari-tari tersebut karena ayah beliau rasa karya tersebut memang harus diketahui oleh halayak luas. Akan tetapi sebelum rekonstruksi berjalan ayah beliau meninggal dunia. Hingga akhirnya, beliau memustuskan hanya merekonstruksi tari legong raja cina saja dan mencari tau apa itu tari legong raja cina.

Suatu hari beliau bertemu dengan pak beratha yang memberi jalan beliau untuk mencari buku dari gending tari legong raja cina. pak Beratha mengatakan bahwa beliau bisa mendapatkan buku tersebut di griya Gung Aji. Dan hingga akhirnya beliau datang kesana dan diberikan gending tersebut dalam bentuk foto copy’an. Gending yang didapat hanya pada bagian pengawak, pengecet dan sedikit bagian pengrangrang. Dari porsi tersebut tentu masih kurang untuk bobot sebuah tabuh tari legong. Hingga akhirnya, beliau memutuskan untuk menambah bagian-bagian yang belum dia ketahui dengan menggunakan hal yang telah ada tersebut sebagai acuan.

  1. Filsafat Seni Dari Iringan Tari Legong Raja Cina

Berbicara dari musical atau iringan dari Tari Legong Raja Cina di wujudkan dengan sebuah barungan gambelan Semara pagulingan dalam penyusun I Gst. Ngurah Serama Semadi mengaransemen sebuah lagu atau gending yang telah di berikan oleh Bapak Iwayan Bratha dalam bentuk buku yang pernah di berikan oleh Agung Gria (almarhum) bahwa buku yang di berikan berisi gending-gending legong dan ternyata terdapat sebuah gending legong tersebut namun hanya ada sebuah bagian pengrangrang, pengawak danm pengecet itu saja dan tidak lengkap, jadi I Gst Ngurah Serama Semadi melanjutkan gending tersebut agar menjadi sebuah satu gending Legong yang utuh pada umumnya dan beliau memutuskan akan melanjutkan rekontruksi yang sudah di rencanakan. Seiring berjalanya waktu proses latia sudah di jalankan karya inipun sudah terbentuk utuh dengan bentung iringan gending Legong pada umumnya.

Jadi filsafat yang terkandung dalam iringan Tari Legong Raja Cina ini adalah dalam pembentukan suatu karya perlu adanya pertimbangan kepada yang lebih senior dan sekecil apapun pemberian orang kepada kita harus juga di jaga dengan baik karena suatu saat kita pasti akan perlu dan sangat berguna untuk diri kita sendiri.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Filsafat adalah  usaha mencari kebenaran,sedangkan seni lebih pada kreasi dan menikmati nilai.Bahkan bila seni menggunakan bahasa seperti dalam sastra, penggunaan ini tidak sama dalam filsafat. Tujuan dari seni adalah membangkitkan emosi estetik, sementara dalam filsafat, bahasa adalah alat untuk mengucapkankebenaran. Melalui filsafat seni, pemahaman tentang seni akan lebih kaya. Banyak hal yang dapat dipertanyakan. Namun, pertanyaan sebagai tantangan, bahwa filsafat seni adalah bukan sekedar sejarah seni.

Tari legong cina, secara filosofis diangkat dari sejarah yang dimana raja bali dahulu menikah dengan putri cina sebagai lambang akulturasi budaya. Dalam akulturasi itu diwujudkan dalam wujud barong landung. Yang mana barong landung yang lelaki adalah wujud dari jro wayan dan yang perempuan adalah jro luh. Bukan jaya pangus dan kancing wi. Menurut I Gusti Ngurah Serama Semadhi, tari legong cina kira-kira diciptakan pada tahun 1930-an. Namun, sampai saat ini penciptanya dinyatakan masih anonim.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Narasumber: I Gst. Ngurah Serama Semadi,SSP.,M.Si

Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Denpasar. STIKOM BALI.

Sumarjo, Jakob. 2000.

GUGURNYA ABIMANYU

 

 

GUGURNYA ABIMANYU

 

 

BABAK I

 

Dalam episode perang Baratayuda, dikisahkan Abimanyu sengaja disembunyikan oleh kedua orangtuanya dan didukung oleh saudara-saudaranya kadang Pandawa. Abimanya menjadi pewaris tahta kerajaan Amarta, sehingga keselamatan Abimanyu menjadi sangat berarti bagi Keluarga Kerajaan Amarta. Abimanyu menjadi simbul kemenangan Kadang Pandawa sehingga pantaslah dalam perang besar baratayuda itu ia disembunyikan di tempat yang sangat rahasia dijaga oleh istrinya Dewi Utari  dan ibunya Woro Subodro ia tidak boleh keluar dari tempat sembunyi tersebut.

 

Dewi Utari istri Abimanyu kebetulan sedang mengandung, sehingga ia tidak mau lepas dari suami yang tercinta walaupun sebentar saja. Semua orang tua Pandawa memberikan “wanti-wanti” (pesan yang sangat tidak boleh dilanggar) kepada Abimanyu, bahwa ia tidak boleh ikut berperang melawan Kurawa.

Setiap manusia memang memiliki kisah sendiri-sendiri. Sebelum beristri dengan Dewi Utari sebenarnya Abimanyu telah memiliki istri yang bernama Siti Sendari. Pada waktu kenalan dengan Dewi Utari Abimanyu mengaku sebagai perjaka. Pada waktu itu Dewi Utaripun curiga dan tidak percaya kepada Abimanyu karena Dewi Utari kurang yakin jika Abimanyu belum memiliki istri. Karena terlanjur cinta kepada Dewi Utari Abimanyu terpaksa berbohong, untuk meyakinkan Dewi Utari ia bersumpah : “Dewi Utari ingsun isih legan durung duwe kromo.., yen ora percaya aku wani mati dikrocok gaman sewu” (Dewi Utari saya masih perjaka belum punya istri jika tidak percaya saya berani sumpah mati ditumbak seribu senjata).

 

Sumpah kebohongan Abimanyu disaksikan bumi, langit, laut, dan gunung. Seketika terdengar petir yang menggelegar..,, kilat menyambar-nyambar. Dewi Utari termakan bujuk rayu dan sumpah palsu Abimanyu, sehingga terwujud keduanya menjadi pasangan suami istri.

 

BABAK II

 

Pada waktu terjadi perang besar antara pandawa dan kurawa Abimanyu berada pada persembunyian yang dirahasiakan. Setiap manusia memang memiliki rencana tetapi Tuhan-Pun memiliki rencana : “wamakaru wamakarullahi, wawallahu khairul makirin” (orang-orang itu merencanakan kejahatan, Tuhan-Pun merencakan pula, maka sebaik-baik rencana adalah rencana Tuhan.) Dalam persembunyian hati Abimanyu tidak merasa tentram, makan tidak selera, tidurpun tidak bisa nyenyak. Yang ia pikirkan hanya “Tegal Kuru Setra” tempat saudara-saudara berjihad perang melawan kebatilan. Sebagai seorang yang masih berdarah muda hatinya terpanggil, untuk ikut berperang dimedan laga untuk membela bangsa dan Negara. Dalam hatinya terjadi perang batin antara mengikuti pesan orang tua atau membela Negara. Jika ia minta ijin kepada istrinya atau ibunya mustahil keduanya memberikan ijin.

Abimanyu berdiam diri termenung memikirkan langkah apa yang terbaik bagi dirinya dan Negaranya. Dalam keadaan tersebut tiba-tiba ia melihat seekor “undur-undur”  (binatang kecil yang berjalan dengan cara mundur biasanya berada pada tanah yang berdebu). Binatang tersebut memberikan inspirasi kepada Abimanyu untuk segera pergi ke medan pertempuran dengan cara mundur-mundur, artinya dia meninggalkan tempat persembunyiannya dari sedikit demi sedikit setelah istri dan ibunya terlena segera ia cepat-cepat lari keluar dari persembunyian menuju medan pertempuran.

 

 

BABAK III

 

Abimanyu sudah memakai pakaian perang dengan mengendarai kuda. Dengan gagah berani ia segera menerjang dan memporak porandakan musuhnya yaitu para kurawa. Pasukan Pandawa yang semula sudah terdesak kini dapat mendesak pasukan Kurawa. Pasukan Kurawa kalang kabut banyak korban berjatuhan, banyak bala tentara yang mati seperti “babadan pacing” tumbuhan perdu yang roboh setelah ditebas dengan pedang.

 

 

Senopati Kurawa Bagawan Durna mengumpulkan para jendral untuk mengadakan “briefing” apa yang menyebakan, langkah/strategi apa yang harus segera ditempuh untuk mengalahkan Pandawa. Hasil dari briefing tersebut diputuskan strategi perang yang baru. Apa yang menyebabkan kekuatan Pandawa tiba-tiba meledak-ledak ternyata ada perwira muda yang gagah berani yaitu Abimanyu.

 

Bagawan Durna memutuskan strategi yaitu Pasukan Pandawa harus dipancing dipecah menjadi 3 bagian, Arjuna dipancing musuhnya keluar dari Tegal Kurusetra lari kearah pantai, Werkudara dipancing musuhnya lari keselatan kearah pegunungan. Tinggal Abimanyu sendiri ditinggal di Tegal Kurusetra. Pasukan Kurawa menggunakan gelar perang “tepung gelang”. Abimanyu yang seorang diri dipancing untuk masuk ke perangkap yang dirancang Bagawan Durna.

Bagawan Durna memerintahkan kepada Adipati Karna untuk melepaskan anak panah yang ditujukan ke arah kuda yang ditunggangi Abimanyu. Kuda Abimanyu roboh seketika ke tanah setelah terkena anak panah tepat mengenai lehernya. Hati Abimanyu terasa teriris-iris setelah mengetahui kudanya tewas terkena anak panah. “aja mati dewe tak belani” (jangan mati sendiri aku membelamu). Abimanyu segera melompat sambil memegang sebuah pedang mengejar prajurit Kurawa. Siasat perang Bagawan Durna benar-benar terlaksana, dengan dipancing seorang prajurit Abimanyu masuk ke perangkap yang dinamakan pasukan “tepung gelang”. Abimanyu seorang diri dikepung ribuan prajurit yang membentuk lingkaran besar dengan anak panah siap melesat dari busurnya.

Bagawan Durna memberi aba-aba satu..,dua…,tigaaaa….,semua prajurit melepaskan anak panah kearah Abimanyu yang berada di tengah-tengah. Abimanyu terkena panah dari segala arah. Seluruh tubuh Abimanyu sudah tidak ada bagian yang tidak terkena anak panah. Darah mengalir membasahi tubuh Abimanyu. Menurut kisah busur panah yang digunakan prajurit Kurawa sengaja dibuat dari kayu “sempu”, kayu tersebut yang menyaksikan ketika Abimanyu bersumpah kepada Dewi Tari =

Adinda Dewi Tari percayalah kepadaku tidak ada orang yang paling kucinta selain dirimu…, siang malam aku selalu memikirkanmu, aku tidak bisa lepas dari bayangan wajahmu! Kata Abimanyu.

Baik.., Kakang Abimanyu. Saya percaya kalau Kakang mencintaiku.., tetapi Kakang Abimanyu sudah punya istri aku tidak mau menyakiti perasaan wanita, karena aku juga seorang wanita yang memiliki perasaan.” Kata Dewi Tari

Aku masih perjaka Dinda.., Aku belum beristri ! Abimanyu merayu.

Aku tidak yakin Kakang Abimanyu masih perjaka…!” kata Dewi Tari

Kalau Dinda tidak yakin…, aku berani bersumpah yang disaksikan oleh bumi, langit, gunung, samudera, dan kayu sempu ini.., Aku bersumpah bahwa aku masih perjaka jika aku berbohong aku berani mati dengan dikrocok gaman sewu(ditumbak senjata yang sangat banyak)” kata Abimanyu.

Sumpah Abimanyu menjadi doa yang disaksikan oleh bumi, langit, gunung, dan samudera. Sehingga berhati-hatilah jika kita berbicara ada pepatah mengatakan mulutmu adalah harimaumu. Abimanyu tidak dapat roboh meskipun terkena ribuan anak panah karena tubuhnya ditopang oleh ribuan anak panah yang tertancap di badannya. Prajurit Kurawa segera mendekat karena mengira Abimanyu sudah mati berdiri. Tidak ketinggalan putera mahkota Kurawa Pangeran Lesmana Mandrakumara ikut mendekat melihat dari dekat Abimanyu yang sudah tidak berujud manusia tersebut. Dengan kata-kata yang penuh kesombongan dan menyakitkan Lesmana Mandrakumara menantang Abimanyu. Dengan pongah ia menantang =

katanya kamu pasukan khusus…, hayo mana sekarang kekuatanmu. Ternyata kamu hanya jago ayam potong…, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan aku. Hayo mana kekuatanmu lawan aku..! kata Lesmana Mandrakumara.

Abimanyu hanya tertunduk malu, dalam hatinya berkata bunuhlah aku biar aku dapat mati sempurna sebagai prajurit yang membela kebenaran, keadilan, sebagai prajurit yang “netepi kesaguhan” mati membela bangsa dan Negara. Air mata Abimanyu mengalir menetes di sela-sela anak panah yang tertancap di wajahnya. Ia teringat akan pesan ayahnya Arjuna dan Ibunya Sembodro yang karena cinta kepadanya ia disembunyikan ditempat rahasia. Tetapi ia sudah terlanjur menjadi korban peperangan. Abimanyu berkata lirih : “Ayah….., Ibu…., jangan marah, jangan sedih …, ananda mati lebih dahulu…, jangan salahkan aku karena aku netepi sumpahku.”

Jangan menangis kau Abimanyu.., kau prajurit cengeng…, dimana keberanian kamu…, saat ini kamu pasti akan mati…, aku bersumpah jika kau mati istrimu yang cantik itu akan aku rebut, istrimu akan aku boyong ke Kurawa..!” kata Lesmana Mandrakumara.

Mendengar kata-kata Lesmana Mandrakumara hati Abimanyu menjadi marah karena ada kata-kata akan merebut istri yang ia cintai, istri yang menyebabkan ia rela mengorbankan segalanya. Seperti ada kekuatan yang datang, tiba-tiba Abimanyu menebaskan pedang yang masih ia gengam sebelumnya tepat mengenai leher Lesmana Mandrakumara, seketika ia roboh bersimbah darah. Lesmana Mandrakumara tewas seketika. Mengetahui putra mahkota menjadi korban Jayajatra prajurit pengawal raja menghujamkan tombak ke arah dada Abimanyu. Abimanyu roboh seketika iapun meninggal dunia.

 

BABAK 4

 

Berita kematian Abimanyu segera sampai ketelinga Kadang Pandawa. Dewi Sembodro ibu Abimanyu langsung lari ke medan pertempuran mencari jasad anaknya. Pasukan pengawal keluarga kerajaan mengejar Dewi Sembodro. Di tengah tanah lapang ditemukan jasad anaknya yang penuh dengan luka “tatune arang kranjang

anakku yang malang…, mengapa engkau tidak percaya nasehat ibumu….,kalau kau mati ibumu ikut mati saja……..” Sembodro jatuh pingsan dekat jasad anaknya.

“Prajurit.., angkat Tuan Putri bawa ke perkemahan” kata Kresna.

Arjuna segera berlari ikut mendekat jasad anaknya karena ia baru datang dari tempat yang jauh mengejar musuhnya. “Dimana anakku….., oh ngger…, mengapa seperti ini…., jangan mati sendiri, aku akan membalas untuk kamu, Aku bersumpah sebelum matahari terbenam aku harus dapat membunuh Jayajatra kalau tidak lebih baik aku  mati bunuh diri dengan mati obong(masuk kedalam api yang berasal dari tumpukan kayu yang dibakar).”

Berita sumpah Arjuna sampai juga ke telinga prajurit Kurawa, untuk mengatasi hal yang tidak diinginkan Jayajatra untuk sementara disembunyikan di “Gedong Wojo” semacam bunker/bangunan bawah tanah yang letaknya tersembunyi. Orang tua Jayajatra yang bernama Bagawan Sempani selalu berdzikir meminta kepada sang pencipta agar anaknya tidak mati. Hanya saja kadang dzikirnya tidak sesuai karena menggunakan bahasa Indonesia : Tu-han, Tu-han, Tu-han menjadi han-tu, han-tu, han-tu…,anakku Jayajatra hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup, hi-dup,………………….dst.

 

 

BABAK 5

 

Hari sudah mulai sore tetapi Arjuna belum dapat membalas kematian anaknya, Kresna yang menjadi botohnya Pandawa merasa kawatir kalau sampai matahari tenggelam Jayajatra tidak dapat dibunuh Arjuna harus netepi jiwa kesatriyanya dengan mati obong. Kresna dengan kekuatan batinnya menciptakan mendung hitam gelap sehingga tampak hari sudah hampir malam. Beliau minta kadang Pandawa untuk menyiapkan kayu bakar dan para prajurit agar berteriak sekeras-kerasnya = Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…!, suara itu terdengar sampai ke perkemahan prajurit Kurawa karena mengira hari sudah malam, prajurit Kurawa berbondong-bondong mendekat ke perapian ingin melihat dari dekat Arjuna mati obong.

 

Jayajatra yang berada di Gedong Wojopun mendengar sayup-sayup Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…!, Arjuna mati obong…! Ingin rasanya ia mengetahui apa yang terjadi. Jayajatra memberanikan diri membuka jendela untuk melihat apa yang terjadi dari balik jendela. Bagawan sempani tak henti-hentinya berdzikir kepada Tuhan agar sampai matahari tenggelam nanti anaknya selamat.

Kresna tahu bahwa Jayajatra tidak akan mati jika ayahnya (Bagawan Sempani) berdzikir dengan selalu mengucapkan kata-kata hidup, hidup, hidup…maka Jayajatra tidak akan mati.

Tetapi tidak kurang akal, Kresna mengubah wujudnya menjadi seekor lalat yang mengganggu Bagawan Sempani yang sedang berdzikir. Lalat tersebut hinggap dibibir Bagawan Sempani, sebentar terbang hinggap di mata sebentar hinggap di bibir kanan Bagawan Sempani, ketika dipukul pakai tangan lalat tersebut hinggap di pelipis.

Pada saat dzikir Bagawan Sempani selalu mengucapkan kata-kata = “Anakku Jayajatra hidup, hidup, hidup” tiba-tiba lalat hinggap dipupu Bagawan Sempani, sejenak dzikir Bagawan Sempani terdiam sebentar, kemudian dengan mengambil ancang-ancang Bagawan Sempani memukul lalat tersebut dengan tangannya “mati, mati, mati kamu” seketika lalat berubah wujud menjadi Kresna dengan berkata “Bagawan Sempani anakmu Jayajatra mati.”

 

BABAK 6

 

Ditempat yang terpisah Arjuna sudah bergerilya mengintip persembunyian Jayajatra di Gedong Wojo. Jayajatra berusaha membuka jendela untuk mengetahui apa benar Arjuna mati obong. Pada waktu Jayajatra membuka jendela secepat kilat melesat panah Arjuna tepat mengenai leher Jayajatra bersamaan dengan Dzikir Bagawan Sempani berucap mati, mati, mati,… maka tewaslah Jayajatra dan lunaslah sumpah Arjuna. Ternyata hari belum malam, setelah mendung hilang matahari tampak bersinar ikut menyaksikan tewasnya sang angkara murka Jayajatra.

KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang lain di muka bumi ini, dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan makhluk lain. Manusia adalah makhluk yang mempunyai polah, ulah, dan tingkah laku, banyak sekali keinginan dan dorongan nafsunya (dorongan untuk berkuasa, untuk lebih dari orang lain, dorongan seks, dorongan untuk terkenal atau termasyhur, cemburu, dengki, rakus, dan tamak), sehingga pada manusia perlu ada pengaturan hukum, tata tertib, adat istiadat, agama, pendidikan, norma, dan nilai. Pada sisi lain manusia adalah makhluk yang luar biasa hebat, dapat berkata-kata, berbahasa, dapat menciptakan sesuatu, dapat bersopan santun, dapat memanfaatkan dan mengendalikan alam, dapat berlaku jujur, dapat menyayangi dan berkorban.

Manusia bebas merdeka dalam memanfaatkan anugerah limpahan kemampuan kehendak dan kekuasaannya; manusia bebas berkehendak (free will) dan bebas bertindak melaksanakan kemampuan, kekuasaanya (free act) namun selaku makhluk ciptaanNya seperti juga alam semesta dan isinya selalu tunduk pada hukum-hukum kehidupan ciptaan Tuhan baik secara sukarela atau terpaksa. Berkaitan dengan hal tersebut maka makalah ini akan membahas tentang kebebasan dan tanggung jawab manusia ditinjau dari beberapa aspek.

 

  1. RUMUSAN MASALAH
  2. Apa yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab ?
  3. Hal-hal apa saja yang terkandung dalam kebebasan dan tanggung jawab ?

 

  1. TUJUAN
  2. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab serta hal-hal apa saja yang terkandung didalamnya.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBEBASAN

Di antara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak dan kemauan. Yakni adalah kehendak kita merdeka dalam memilih perbuatan yang kita buat? Adakah orang itu dapat memilih di antara berbuat atau tidak, dan dapatkah ia membentuk perbuatannya menurut kemauannya? Adakah kita merdeka dalam mengikuti apa yang diperintahkan etika, atau kita dapat mengikuti dan dapat menolak?

Dalam filsafat, pengertian kebebasan adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan lebih bermakna positif, dan ia ada sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak. Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjadi makhluk yang memiliki kebebasan, bebas untuk berpikir, berkehendak, dan berbuat.

Aritoteles sendiri mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi (homo rationale) yang memiliki tiga jiwa (anima), yakni: (1) anima avegatitiva atau disebut roh vegetatif. Anima ini juga dimiliki tumbuh-tumbuhan, dengan fungsi untuk makan, tumbuh dan berkembang biak; (2) anima sensitiva, yakni jiwa untuk merasa, sehingga manusia punya naluri, nafsu, mampu mengamati, bergerak, dan bertindak; (3) anima intelektiva, yakni jiwa intelek. Jiwa ini tidak ada pada binatang dan tumbuh-tumbuhan. Anima intelektiva memungkinkan manusia untuk berpikir, berkehendak, dan punya kesadaran.

sungguh bebas sanggup memberikan suatu arah tetap kepada hidupnya. la berbuat baik, bukan karena hal itu dinantikan daripadanya (di mata orang lain), bukan karena dengan itu ia dapat mengelakkan banyak kesusahah (teguran, denda, hukuman), bukan karena hal itu diperintahkan oleh suatu instansi dari luar. la berbuat baik karena suatu keterlibatan dari dalam. Tidak mungkin ia akan berbuat jahat. Tapi ketidak-mungkinan ini tidak boleh ditafsirkan sebagai paksaan atau sebagai tanda ia tidak bebas. Sebaliknya, ia tidak bisa ber­buat jahat, karena ia mencapai suatu keterlibatan dan kesempurnaan dengan penuh kesadaran. 2. Kebebasan dan Tanggung Jawab

  1. Manusia dalam bertindak, yaitu:

Melakukan sesuatu dengan sengaja, dengan maksud dan tujuan tertentu. Kemampuan ini khusus manusiawi. Hewan dapat berbuat tetapi didorong dan berdasar naluri, perangsang, kebiasaan. (seperti pada percobaan Pavlov). Kebebasan mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak, yaitu dengan menentukan sendiri apa yang mau dibuat berhadapan dengan berbagai macam unsure. Manusia bebas berarti manusia dapat menentukan sendiri tindakannya.

Manusia dalam bertindak dipengaruhi oleh lingkungan luar, tetapi juga dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya sendiri. Manusia tidak begitu saja dicetak oleh dunia luar dan dorongan-dorongannya di dalam, melainkan ia membuat dirinya sendiri berhadapan dengan unsur-unsur tersebut. Dengan demikian kebebasan ternyata merupakan tanda dan ungkapan martabat manusia, sebagai satu-satunya makhluk yang tidak hanya ditentukan dan digerakkan, melainkan yang dapat menentukan dunianya dan dirinya sendiri. Apa saja yang dilakukan tidak atas kesadaran dan keputusannya sendiri, dianggap sebagai hal yang tidak wajar.

  1. Kebebasan dengan Kewajiban Moral

Masalah:   Apakah kewajiban moral menghilangkan kebebasan moral. Analisa kesadaran moral memperlihatkan bahwa dalam kesadaran moral yang berkembang penuh, orang melakukan kewajibannya karena ia sendiri setuju. Walaupun melakukan kewajiban dapat membawa pengorbanan, tetapi setelah itu ia justru merasa “bebas”.

Mentaati kewajiban moral secara otonom, sedikitpun tidak merendahkan manusia. Bahkan sebaliknya; jika sudah berhadapan dengan kewajiban moral manusia dapat menghayati kebebasan dengan sepenuhnya. (Drijarkara, 1966: Menyebutnya sebagai ikatan yang membebaskan). Kita terikat untuk melakukan kewajiban, tetapi justru kalau kita kerjakan, kita akan merasa ringan, “tidak mempunyai beban”.

  1. Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Kebebasan ditantang kalau berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan.

Jadi kebebasan mengandung pengertian:

1)    Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri

2)    Kemampuan untuk bertanggung jawab

3)    Kedewasaan manusia

4)    Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya.

 

  • TANGGUNG JAWAB

Selanjutnya kebebasan sebagaimana disebutkan di atas itu di tantang jika berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap moral yang dewasa adalah sikap bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Di sinilah letak hubungan kebebasan dan tanggung jawab. Dalam filsafat, pengertian tanggung jawab adalah kemampuan manusia yang menyadari bahwa seluruh tindakannya selalu mempunyai konsekuensi. Perbuatan tidak bertanggung jawab, adalah perbuatan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang seharusnya dilakukan tapi tidak dilakukan juga. Menurut Prof.

Burhan Bungin dalam Mufid (2009:243), tanggung jawab merupakan restriksi (pembatasan) dari kebebasan yang dimiliki oleh manusia, tanpa mengurangi kebebasan itu sendiri. Tidak ada yang membatasi kebebasan seseorang, kecuali kebebasan orang lain. Jika kita bebas berbuat, maka orang lain juga memiliki hak untuk bebas dari konsekuensi pelaksanaan kebebasan kita. Dengan demikian, kebebasan manusia harus dikelola agar tidak terjadi kekacauan. Dan norma untuk mengelola kebebasan itu adalah tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sendiri merupakan implementasi kodrat manusia sebagai makhluk social. Maka demi kebaikan bersama, maka pelaksanaan kebebasan manusia harus memperhatikan kelompok social dimana ia berada.

Dalam kerangka tanggung jawab ini, kebebasan mengandung arti: (1) Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri, (2) Kemampuan untuk bertanggung jawab, (3) Kedewasaan manusia, dan (4) Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, bukan instintif, melainkan terdapat makna kebebasan manusia yang merupakan obyek materia etika.

Sejalan dengan adanya kebebasan atau kesengajaan, orang harus bertanggung jawab terhadap tindakannya yang disengaja itu. Ini berarti bahwa ia harus dapat mengatakan dengan jujur ke­pada kata hatinya, bahwa tindakannya itu sesuai dengan penerangan dan tuntutan kata hati itu. Jadi bahwa dia berbuat baik dan tidak berbuat jahat, setidak-tidaknya menurut keyakinannya.

Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakannya itu baik. Ini pun sesuai dengan ungkapan Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat dipertanggung­jawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Sama seperti dalam banyak bahasa Barat, dalam bahasa Indonesia pun kata yang kita pakai untuk “tanggung jawab” ada kaitannya dengan “jawab”. Bertanggung jawab berarti: dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bu-kan saja ia bisa menjawab—kalau ia mau—melainkan juga ia harus menjawab. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang per-buatannya. Jawaban itu harus diberikan kepada siapa? Ke-pada dirinya sendiri, kepada masyarakat luas dan kalau dia orang beragama kepada Tuhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  • KESIMPULAN

Kebebasan erat kaitannya dengan kesusilaan. Maka tidak ada fungsinya memuji atau mencela seseorang atas suatu perbuatan apabila dia dalam suatu perbuatan “tidak bebas”. Dalam keadaan tertekan (tidak bebas), manusia tidak mungkin akan menjadi makhluk yang merdeka dan karena kebebasan inilah manusia dapat melakukan kesalahan.

Manusia dikatakan bebas apabila ia terikat pada norma-norma. Apabila ia tidak mengakui hal itu maka ia tetap tidak bebas, karena dikuasai kecendrungan dan senantiasa dipengaruhi dan terikat pada hokum yang lebih tinggi dan tidak sempurna.

Norma tidak memaksa manusia, sebaliknya, norma memberikan kebebasan kepadanya. Manusia bebas untuk menerima atau tidak menerima norma. Meskipun demikian, kebebasan merupakan kenyataan yang begitu pentingnya, sehingga tegak runtuhnya kesusilaan tergantung pada pengakuan atau pengingkaran atas kebebasan.

Sikap moral yang dewasa adalah sikap yang bertanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan tanggung jawab dan kebebasan. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran, bukan instingtif.

  • SARAN

Sebagai makhluk yang berakal budi dan dianugerahi Tuhan dengan kemampuan yang luar biasa hendaknya manusia dapat memanfaatkan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan manusia itu sendiri dan juga makhluk hidup lainnya karena pada suatu hari nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Tuhan.

SEJARAH ANGKLUNG KLENTANGAN PEMOGAN

  • Latar Belakang

Angklung (di kenal sebagai Aangklung Kelentungan) adalah suatu alat music tradisional yang terbuat dari empat keeping logam, menghasilkan empat nada. Jenis gambelan seperti ini menghasilkan nada sedih,melankolis,dan lulling dinamis. Angklung merupakan bentuk gambelan tertua di Bali, berasal dari abad ke-10 umumnya, Angklung dimainkan untuk mengiringi suatu upacara kremasi. Untuk jenis musiknya, seperti yang di kutip dalam Babat Bali, Angklung memiliki jenis music yang berlaras selendro, tergolong barungan madya yang di bentuk oleh instrumem berbilah dan pencon dari kerrawang, kadang-kadang di tambah angklung bamboo kocok (yang berukuran kecil) di bentuk oleh alat-alat yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah di mainkan sambil berprosesi) di Bali selatan gambelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedagkan di Bali utara mempergunakan 5 nada. Berdasarkan konteks penggunaan gambelan ini, serta materi tabuh yang di bawakan angklung dapat di bedakan menjadi:

  1. Angklung klasik/tradisional, di mainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian)
  2. Angklung kebyar, di mainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama.

Instrumentasi Gambelan angklung terdiri dari :

  1. Sepasang jegogan, jublag dan selebihnya pemade dan kantilan (6-8 pasang).
  2. Untuk angklung kebyar mempergunakan 12 pencon.
  3. 2 buah kendang kecil untuk angklung klasik dan kendang besar umtuk angklung kebyar.
  4. 1 buah kempur kecuali angklung kebyar mempergunakan gong.
  5. 1 buah tawa-tawa.

Di kalangan luas gambelan ini di kenal sebagai pengiring upacara-upacara Pitra Yadnya (ngabe

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

1.2 ANGKLUNG KLENTANGAN BANJAR JABA JATI

Banjar dinas Jaba Jati terletak di Desa pekraman Kepaon banjar tersebut memiliki salah satu barungan gambelan Angklung kaklentangan. Angklung tersebut sudah ada sejak tahun 1980. Angklung ini menurut saya termasuk dalam barungan gambelan golongan tua karena sampai saat ini tidak ada yang tahu dari mana asal muasal gambelan tersebut dan siapa pembuatnya. Akan tetapi ada masyarakat setempat dan beberapa pengelingsir di banjar saya mengatakan bahwa gambelan tersebut ada karena dulu seluruh karma banjar Jaba Jati bersepakat untuk membeli suatu barungan gambelan yang juga kebetulan dulu di Desa pakraman Kepaon tidak ada satupun banjar atau sekelompok yang memiliki suatu barungan Angklung kaklentangan.

Angklung kaklentangan di banjar saya sampai saat ini masih eksis. Akan tetapi, sekha yang menjadi sekha dari gambelan tersebut hanya sekha golongan tua (orang tua) hal itu sangat jelas karena menurut banyak orang Angklung kaklentagan kurang di minati oleh kaum muda dan sebelumnya pula pernah ada klompok sekha golongan remaja pada gambelan ini akan tetapi entah apa yang terjadi lama-kelamaan dan lambat lalu sekha tersebut bubar hal itu sangat di sayangkan karena Angklung Kaklentangan di banjar tersebut membutuhkan yang namanya generasi penerus yang bertujuan untuk melanjutkan, merawat, dan menjaga gambelan tersebut yang sudah di wariskan turun temurun

Angkung klentangan di banjar jaba jati ini sangat berperan penting dalam serangkaian upacara yadnya yang dilakukan di banjar tersebut. Karena sebagian besar masyarakat lebih mencintai gamelan angklung klentangan dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu, masyrakat di banjar tersebut lebih memilih gamelan angklung dibandingkan dengan yang lainnya bertujuan untuk melestarikan warisan yang sudah diwariskan secara turun temurun.

1.3 Sekha yang menjadi pemilik gambelan tersebut

Dari data yang saya dapatkan dari berbagai sumber untuk kepemilikan gambelan, Banjar seutuhnya menyerahkan kepada sekha bukan sebagai pemilik akan tetapi hanya di gunakan sebagai sarana berorganisasi pada sekha tersebut istilahnya banjar memfasilitasi untuk sekha tersebut dan apabila ada kerusakan banjar siap untuk membantu mencarikan solusinya akan tetapi sekha di banjar saya sudh menyiapkan suatu ancangan agar di saat hal itu terjadi sekha tidak membebani karma banjar dengan cara membuat tabungan atau khas yang di kumpulkan untuk biaya perbaikan pada gambelan apabila ada kerusakan. Selain untuk menanggungi kerusakan uang tersebut juga nantinya akan di gunakan untuk membeli panggul, membeli pakean atau seragam dan membantu anggota sekha yang kesusahan dengan berupa pinjaman dan apabila uang tersebut melebihi dari jumlah simpanan maka uang tersebut akan di bagikan kepada seluruh anggota sekha. Hal itu sudah rutin di lakukan setiap 6 bulan sekali tepatnya pada saat sebelum hari raya Galungan.

1.4 Aktifitas yang di lakukan

Aktifitas yang di lakukan oleh sekha Angklung di banjar saya yaitu latihan. Latihan biasanya di lakukan setiap menjelang pentas atau beberapa hari sebelum pentas. Sekha di banjar saya biasanya mengambil waktu di malam hari untuk melakukan krgiatan latihan adapun aktifitas yang lain di lakukan oleh sekha tersebut yaitu rapat keanggotaan. Rapat keanggotaan ini biasanya membahas tentang agenda yang akan di lakukan oleh sekha tersebut dan program apa yang akan di jalankan kedepannya. Di dalam rapat tersebut juga menjadi tempat dan waktu untuk anggota sekha membayar pinjaman, iuran khas, dan meminjam kembali bagi anggota sekha yang ingin meminjam uang. Itulah aktifitas yang biasanya di lakukan oleh sekha di banjar saya selebihnya aktifitas yang di lakukan hanya bersifat non formal atau tidak bersifat keanggota

1.5 Proses latihan yang di lakukan

      Sekha di banjar saya biasanya melakukan latihan untuk mempelajari gending angklung yang sifatnya baru. Kadangkala sekha tersebut hanya mempelajari kembali gending-gending yang sudah ada untuk di gunakan saat pentas. Pada proses latihan itu dulu di pandu oleh seniman serb bisa yang bernama Maestro Karawitan Dan Tari I Nyoman Kaler belia juga banyak menuangkan gending-gending kepada sekha yang ada di banjar saya di antaranya Kebyang pelegongan, sekar jepun, galang kangin, lembeng, tega, tetangisan, dan crukcuk punyah. Selain itu masah ada banyak gending yang lanya akan tetapi di era sekarang ini proses latihan di banjar saya hanya di pandu oleh ketua dari sekha tersebut.

1.6  Materi yang telah di kuasai

Seperti yang tadi saya jelaskan pada bagian proses latihan materi yang di kuasai oleh sekha di banjar saya di antaranya Kebyang pelegongan, sekar jepun, galang kangin, lembeng, tega, tetangisan, tabuh rare dan crukcuk punyah itu pun hanya beberapa yang di sebutkan masih banyak lagi materi yang di kuasai hanya saja tabuh yang lainnya sudah bersifat umum. Materi yang ada di kuasai selanjutnya bersifat klasik karena mengenai sekha yang ada di banjar saya adalah sekha golongan tua (orang tua) itupun ada gending kreasi yang menjadi tabuh kebanggaan dari sekha banjar saya yaitu “Kebyang pelegongan”

1.7  Event yang pernah di ikuti

      Menurut data yang saya peroleh dari salah satu anggota sekha yang bernama I Made Deri, I Nyoman Labur, dan I Nyoman Widya beliau menuturkan bahwa sejak keberadaan gambelan tersebut di banjar saya belum pernah sekalipun mengikuti event yang di selenggarakan oleh pemerinth ataupun yang lainya. Hal itu tidak disebabkan oleh apapun mungkin suatu saat nanti sekha ini dapat mengikuti beberapa event apalagi di jaman sekarang barungan gambelan Angklung kaklentangan sudah di perhitungkan keberadaanya. Hanya saja sekha saya hanya mengiringi prosesi upacara yang ada di lingkungan banjar maupun di luar banjar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gamelan angklung yang ada di banjar jaba jati sangat berperan penting dalam mengiringi prosesi upacara yadnya yang dilangsukan di banjar tersebut. Angklung klentangan yang ada di banjar jaba jati sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, yang konon tidak diketahui pembuatnya dan gamelan tersebut ada berkat kerja sama seluruh masyarakat setempat.

  1. SARAN

Saran saya agar gamelan ini bisa dijaga seterusnya guna untuk generasi penerus dimasa mendatang, karena gamelan di banjar jati sangat dikenal oleh masyarakat luas.

FILSAFAT SENI

Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas.

Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.

Karena karya seni tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu. Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang disebut seni. Pengertian Filsafat Seni

  Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas.

Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.

Karena karya seni tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu. Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang disebut seni.