Di Pagi hari

July 25th, 2010 No comments

BAB I

Pendahuluan

1.1 Pendahuluan

Gambar ini diambil di wangsean, Bali Timur, pagi hari sekitar jam 09:00. efek asap yang timbul dari sisa sisa daun yang terbakar yang saya bakar beberapa saat sebelum pengambilan gambar dimulai

1.2 Masalah

Beberapa Fotografer mengalami beberapa masalah pada saat mereka melakukan pengambilan gambar, baik secara umum maupun teknis seperti diantaranya

1.2.1 Masalah Umum

beberapa masalah umum yang timbul diantaranya

  1. Cahaya

Pada saat pengambilan gambar di pagi hari akan memerlukan tambahan cahaya, namun jika mengambil gambar seperti panorama, akan sangat sulit memakai flash

  1. Pengatuuran POI (Obyek yang ditonjolkan)

Adalah hal yang paling unk ynag ditonjolkan dalam setiap photo, dalam gambar ini adalah orang yang sedang berjalan

  1. Pengaturan Komposisi

Komposisi gambar merupakan salah satu hal yang sangat penting. Cahaya terobosan dalam gambar ini membuat gambar menjadi lebih menakjubkan

1.2.2 Kendala Teknis

Masalah Teknis yang muncul biasa disebabkan oleh peralatan, diantaranya

  1. Kamera
  2. Lensa
  3. Batrei
  4. Filter
  5. Tripod
  6. Flash

BAB II

Ulasan Materi

2.1 Analisis Teknis

2.1.1 Komposisi

Ada Banyak Koposisi yang di gunakan sehingga membuat gambar menjadi lebih menarik, bayangan Diagonal dan Aturan Sepertiga yang digunakan dalam photo ini menghasilkan gambar yang sangat menarik

2.1.2 Kecepatan Shutter

Shutter Speed adalah berapa waktu rana terbuka dalam pengambilan gambar, semakin sedikit cahaya semakinlama waktu yang diperlukan, namun memerlukan tambahan alat untuk menempatkan kamera sehinga tidak goyang, misalnya Tripod. Gambar ini dimbil dengan kecepatan 1/60 detik dengan mengunakan tambahan tripod sebagai penyangga camera

2.1.3 ISO Speed

ISO or ASA

mmerupakan sensitifitas sensor kamera atau film terhadap cahaya. Semakin tinggi iso semakin cepat shutter speed yang bisa pakai, namun hasil dari gamabr tersebut akan terdapat bercak bercak, sehingga gambar kurang berkualitas. Untuk menghasilkan gambar yang jernih, biasanya memakai ISO 50 sampai 400

2.1.4 Aperture

Aperture adalah seberapa besar bukaan jendela lensa, semakin besar bukaannya, semakin banyak cahaya yang masuk, semakin sempit bukaan sem

akin sedikit cahaya yang masuk. Pada gambar ini digunakan F/11 untuk menghasilkan gambar yang tajam di semua bagian gambar

BAB III

Kesimpulan

Photography adalah cahaya, photographer akan memerlukan cahaya kapan pun dan dimanapun mereka mengambil gambar, baik kaera analog maupun digital memiliki tteknis yang sama. Namun untuk mengambil gambar yang bagus tidddak cukup hanya dengan cahaya, komposisi yang bagus, apperture yang sesuai, ISO, dan Shitter speed ssehingga gambar dieksekusi dengan pas

Daftar Pustaka

Rockwell, Ken, “What are Shutter Speed, Aperture and ISO?”, 2006, www.kenrockwell.com

Wikipedia, “Photography”, 2010, en.wikipedia.org

Sejarah Perjalanan Kamera

June 24th, 2010 No comments

Kamera Obscura
Kamera pertama yang tercatat dalam sejarah adalah kamera obscura. Obscura berasa dari bahasa Latin yang berarti ruang gelap. Kamera ini berbentuk ruangan khusus. Di dalamnya dipantulkan cahaya yang terdiri dari dua lensa konveks. Kamera ini dikembangkan pertama kali oleh Alhazen antara tahun 965-1039 Setelah Masehi. Namun, sebenarnya cara kerja kamera ini sudah ada sejak 470-390 Sebelum Masehi yang ditemukan oleh seorang filsuf China, Mozi.

Kamera Portable Obscura
Pada tahun 1960-an, seorang peneliti Inggris, Robert Boyle dan pembantunya Robert Hooke, menemukan kamera portable (bisa dipindah-pindah) obscura. Penemuan mereka ini disempurnakan lagi oleh Johann Zahn tahun 1685. Kamera ini sering kita lihat di film-film bertema jaman dahulu. Kamera ini memakai lampu kliat yang meledak dan mengeluarkan asap.

Merekam Gambar
Orang yang berjasa menyempurnakan kamera adalah Jacques Daguerre. Tahun 1837, dia mengembangkan cara membuat foto, yang kemudian disebut daguerreotype. Prosesnya menggunakan lempengan copper (tembaga). Daguerre adalah seniman asal Perancis yang ingin membuat gambar lebih bagus. Dia bekerjasama dengan Joseph Nicephore Niepce yang lebih dahulu sukses. Niepce sebenarnya sudah membuat foto di tahun 1826. Tapi proses pembuatan foto ini tidak praktis. Orang harus bergaya di depan kamera selama 8 jam untuk menghasilkan satu foto. Hasilnya pun masih buram. Meski begitu, mereka kemudian memberitahukan penemuan itu ke masyarakat. Sebagai jasanya, pemerintah Perancis memberi pensiun seumur hidup kepada Daguerre dan anak Niepce. Niepce tidak menerima penghargaan itu karena sudah meninggal lebih dulu.

Cetak Banyak
Penemuan Daguerre luar biasa, meski cuma bisa mencetak satu kali. Kemudian muncul teknologi barucalotype yang bisa memperbanyak foto lewat kertas film negatif. Teknologi ini ditemukan William Fox Talbot dari Inggris tahun 1844. Meski cetakannya tidak sebagus foto Daguerre, tapi dia bisa memperbanyak hasilnya.

Cetak Cepat
Setelah Daguerre dan William Talbot, tahun 1852 Frederick Scott Archer membuat temuan mencetak foto lebih cepat. Hanya dalam waktu kurang dari lima detik, foto udah tercetak. Prosesnya, gambar sudah dicetak ketika plat masih basah. Teknik ini dinamakan collodion.

Bahan gelatin
Tahun 1871, Richard Maddox menemukan gelatin, sebuah bahan untuk mencetak foto. Bahan ini menggantikan plat fotografik. Dengan penemuannya ini, gambar bisa dicetak lebih banyak dan kualitasnya lebih bagus. Ketika itu, kamera sudah ada yang lebih handy alias bisa ditenteng.

Abad ke-20
Memasuki abad ke-20, penemuan di bidang kamera terus berlanjut. Misalnya ditemukannya film berwarna tahun 1901. Setelah itu, film berwarna berlapis yang disebut Kodachrome ditemukan. Kodak juga menemukan film berukuran 35 mm yang sangat populer itu. Belakangan ditemukan lagi kamera digital.

Sejarah Fotografi dan Kamera

June 24th, 2010 No comments

FOTOGRAFI secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini kalau kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, kalau kita membicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya “fotografi” sudah tercatat sebelum Masehi.

DALAM buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi.

Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.

Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang.

Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya.

Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia

secara cuma-cuma.

Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Meskipun tahun 1839 secara resmi dicanangkan sebagai tahun awal fotografi, yaitu fotografi resmi diakui sebagai sebuah teknologi temuan yang baru, sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya.

Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji.

Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari.

Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis.

Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia.

FOTOGRAFI kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata heliografi lagi karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, tidak semata cahaya matahari.

Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam fotografi.

Cahaya yang d

inamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran.

Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen.

Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada tahun 1940, Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik.

Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja.

Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut yang tidak tembus oleh cahaya biasa bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidaklah heran, fotografi inframerah banyak dipakai untuk pemotretan udara ke daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.

Kemajuan Pesat

KEMAJUAN teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.

Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar.

Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.

Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris langsung jadi.

Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.