jrongurahwiratamaputra on Juli 7th, 2014

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

 

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:

  1. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;
  2. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
  3. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
  4. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global

Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM ,yaitu:

a. Ham menurut konsep Negara-negara Barat

1) Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.

2) Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.

3) Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.

4) Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

b. HAM menurut konsep sosialis;

1) Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat

2) Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.

3) Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

c. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:

1.Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.

2.Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala keluarga

3.Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai anggota masyarakat.

d.HAM menurut konsep PBB;

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor Roosevelt dan secara resmi disebut “ Universal Decralation of Human Rights”.

Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:

  • Hak untuk hidup
  • Kemerdekaan dan keamanan badan
  • Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
  • Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
  • Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
  • Hak untuk mendapat hak milik atas benda
  • Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
  • Hak untuk bebas memeluk agama
  • Hak untuk mendapat pekerjaan
  • Hak untuk berdagang
  • Hak untuk mendapatkan pendidikan
  • Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
  • Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa pemajuan dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal 55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negaraserta hukum internasional yang berlaku.

Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi, antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal berikut:

  1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari 2004-2009 sebagai gerakan nasional
  2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
  3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga Negara di depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi manusia secara konsisten serta konsekuen
  4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
  5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan Rencana, Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.
  6. Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
  7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga Negara serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum dan HAM.
  8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas penegakan hukum dan HAM.
  9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
  10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM

  1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
  2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
  3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
  4. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
  5. Kasus Babe yang telah membunuh anak-anak yang berusia di atas 12 tahun, yang artinya hak untuk hidup anak-anak tersebut pun hilang
  6. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil, bukti nya jika masyarakat bawah membuat suatu kesalahan misalkan mencuri sendal proses hukum nya sangat cepat, akan tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan korupsi, proses hukum nya sangatlah lama
  7. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri mendapat penganiayaan dari majikannya
  8. Kasus pengguran anak yang banyak dilakukan oleh kalangan muda mudi yang kawin diluar nikah

Sumber : diolah dari berbagai macam sumber

jrongurahwiratamaputra on Juli 7th, 2014

Di Indonesia banyak berkembang alat music atau gambelan, hal ini dikarenakan suku – suku di Indonesia bermacam – macam, hampir setiap pulau di Indonesia memiliki budaya dan seninya. Identitas music Indonesia terbentuk ketika jaman perunggu, music – music suku tradisional Indonesia mulai berkembang menjadi music yang rumit dan berbeda – beda, seperti alat , music sasando di Pulau Rote, angklung dari Jawa Barat, dan music orchestra gambelan yang komplek dari Jawa dan Bali.

Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku memiliki khasanah kebudayaan yang beraneka ragam, mulai dari music, tari – tarian, seni rupa dan bentuk upacara – upacararitual yang kemudian memberikan warna akan keaneka ragaman seni budaya bangsa. Sebagai seni pertunjukkan yang telah mengalami proses yang sangat panjang dari masa – kemasa sehingga menjadi seperti sekarang ini adalah suatu perjalanan yang tidak mudah.

Sekarang saya akan sedikit membahas tentang salah satu instrument yang berasal dari Jawa Barat atau yang lebih dikenal alat music sunda yaitu kecapi, kecapi merupakan alat music Sunda yang dimainkan sebagai alat music utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan Kecapi Suling. Kata kecapi dalam bahasa sunda juga merujuk tanaman sentul, yang dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat music kecapi.

Alat music tradisional kecapi merupakan alat music klasik yang selalu mewarnai beberapa kesenian di Tanah Sunda ini. Membuat kecapi bukanlah hal yang mudah. Meski sekilas tampak kecapi seperti alat music sederhana, tetapi membuatnya tidaklah gampang. Untuk bahan bakunya saja terbuat dari kayu kenanga yanhg terlebih dahulu direndam selama 3 bulan. Sedangkan senarnya, kalau inginmmenghasilkan nada yang bagus, harus dari kawat suasa (logam campuran emas dan tembaga), seperti kecapi yang dibuat tempo dulu. Beruhubung suasa saat ini sedang harganya mahal, senar kecapi sekarang lebih menggunakan kawat baja.

Kecapi suling mnerupakan perangkat waditra Sunda yang terdapat hamper di setiap daerah di Tatar Sunda. Waditranya terdiri dari kecapi dan suling. Selain di tampilkan secara instrumental, kecapi suling juga dapat digunakan untuik mengiringi Juru Sekar yang melantunkan lagu secara Anggana atau Rampak Sekar. Lagu yang disajikannya antaranya Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain sebagainya.

Alat music kecapi memiliki dua buah bentuk yaitu kecapi perahu dan kecapi siter,

Kecapi perahu   : adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi – sisi jenis kecapi ini dibentuk sedimikian rupa sehingga menyerupai bentuk sebuah perahu. Dimasa lalu, kecapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.

Kecapi siter         : merupakan kotak resonansi dengan bidang rata yang sejajar. Serupa dengan kecapi perahu, lubangnya ditempatkan pada bagian bawahnya membentuk trapezium.

Untuk kedua jenis kecapi ini, tiap dawai diikatrkan pada suatu sekrup kecil pada sisi kanan atas kotak. Mereka dapat ditala dalam berbagai system yaitu pelog, sorog atau madenda atau selendro.

Menurut fungsinya dalam mengiringi music, kecapi dimainkan sebagai :

  1. Kecapi indung atau kecapi induk yaitu, memimpin music dengan cara memberikan intro, bridges dan interlude, juga menentukan tempo. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kecapi besar dengan 18 atau 20 dawai.
  2. Kecapi nricik atau kecapi anak yaitu, memperkaya iringan music dengan cara mengisi ruang antar nada dengan frekuensi – frekuensi tinggi, khususnya dalam lagu – lagu yang bermetrum tetap seperti dalam kecapi suling atau sekar penambih. Untuk tujuan ini, digunakan sebuah kecapi yang lebih kecil dengan dawai yang jumlahnya sampai 15.

Penalaan dan notasi kecapi menggunakan notasi degung. N0tasi ini merupakan bagian dari system heptachordal pelog, lihat table berikut :

Pelog Degung Sunda Pelog Jawa
1 (da) 6
2 (mi) 5
3 (na) 3
4 (ti) 2
5 (la) 1

 

Pasangan alat music kecapi sunda ini biasanya adalah suling sunda yang terbuat dari bamboo. Alunan music yang mengalir akan terasa mempesona pada telinga kita jika dimainkan keduanya.

Cara memainkan atau teknik memainkannya  yaitu seperti kita bermain gitar dengan cara memetik, untuk menghasilkan komposisi nada (gending) secara optimal. Cara tersebut meliputi banyaknya jari – jari tangan yang digunakan serta posisi dan gerakan jari – jari tangan ketika memetik senar (kawat).

Teknik petikan kecapi yang sering dipergunakan terutama dalam Cemplungan Jenaka Sunda, Kawih Kecapian, dan Cianjuran, secara global ada 3 macam yaitu sintreuk – toel dijambret, dan dijeungkalan. Yang membedakan antara teknik yang satu dengan yang lainnya, seperti yang telah disebutkan di atas, selain banyaknya jari – jari yang di gunakan juga posisi dan gerakan jari – jari tangan ketika memetik senar. Sehingga dengan demikian nada – nada (gending ) yang di hasilkan jari – jari tangan tersebut akan berbeda pula. Untuk lebih jelasnya ketiga teknik tersebut di atas, akan dijelaskan teknik – tekniknya sebagai berikut.

  1. Sintroek – toel adalah teknik petikan kecapi dengan menggunakan dua jari yaitu telunjuk kanan dan telunjuk kiri. Posisi dan gerakan jarinya satu telunjuk kanan melipat ke daiam, ujung kukunya menyentuh senar gerakan nyintreuk ( menjentik ) dan dua telunjuk kiri agak lengkung ke bawah, ujung kukunya menyentuh senar dengan gerakan noel ( sentuhan dengan ujung jari), sehingga gerakan dari kedua jari itu menghasilkan komposisi nada (gending ) yang diinginkan.gerakan tersebt ada yang searah dalam nada gembyang (oktaf ) atau kempyung ( akor), ada yang berlawanan dengan nada yang berlainan, dan ada pula yang seperti saling bersautan antara telunjuk kanan dan telunjuk kiri. Fungsi dari masing – masing jari di atas ada yang sama – sama sebagai penyaji melodi, ada pula telunjuk kanan sebagai penyaji melodi serta telunjuk kiri sebagai penyaji bass dan lain – lain, artinya tergantung pada kebutuhan musiknya.
  2. Tekni Dijambret adalah petikan kecapi kecapi yang posisi dan gerakannya dan gerakan jarinya terutama jari – jari tangan kanan, seperti menjambret – jambret yaitu membunyikan tiga buah nada secara bersamaan, dengan menggunakan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Sedangkan posisi dan gerakan tangan kiri ( ibu jari dan telunjuk) seperti ngajeungkalan. Fungsi dari kedua tangan tersebut masing – masing sebagai penyaji iringan (tangan kanan) dan penyaji bass (tangan kiri). Teknik dijambret biasanya digunakan untuk mengiringi lagu – lagu Sunda berirama mars (tempo cepat). Secara praktis, teknik dijambret hanya memiliki satu motif. Oleh sebab itu dalam cacarakannya hanya akan berorientasi pada nada yang akan dimainkan saja, dalam istilah tradisinya disebut kenongan. Misalnya teknik dijambret dalam kenongan.

Sekian, sedikit yang bisa saya bahas..

Diolah dari berbagai sumber.

jrongurahwiratamaputra on Juli 7th, 2014

Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok: yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.

 

Pakar seni tari Bali I Made Bandem pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja, Prembon dan Joged, serta berbagai koreografi tari modern lainnya.

 

Kesenian tari bagi masyarakat Bali memang tak bisa dipisahkan. Tarian Bali, seperti Legong, Janger, Baris, Kecak, adalah tarian yang disakralkan dan mengalami masa jaya pada tahun 1930. Adapun pertunjukan Tari Tradisional Bali terutama di daerah Ubud diadakan berbagai macam tarian Bali dari berbagai sanggar tari, biasanya tarian yang populer dikalangan para wisatawan antara lain yaitu tari Legong, tari Kecak, tari Barong dan lain-lain. Tari Legong yang menjadi salah satu tarian favorit yang ditonton oleh para wisatawan baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara merupakan tarian yang dikembangkan di keraton atau istana-istana di Bali. Tari Legong biasanya ditarikan oleh dua orang gadis dan tari Legong sendiri mempunyai banyak ragam atau macamnya.

Tari Legong dalam khasanah budaya Bali termasuk ke dalam jenis tari klasik karena awal mula perkembangannya bermula dari istana kerajaan di Bali. Tarian ini dahulu hanya dapat dinikmati oleh keluarga bangsawan di lingkungan tempat tinggal mereka yaitu di dalam istana sebagai sebuah tari hiburan. Para penari yang telah didaulat menarikan tarian ini di hadapan seorang raja tentu akan merasakan suatu kesenangan yang luar biasa, karena tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam istana.

Mengenai tentang awal mula diciptakannya tari Legong di Bali adalah melalui proses yang sangat panjang. Menurut Babad Dalem Sukawati, tari Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel ( wilayah Sukawati ), beliau bermimpi melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas.

Ketika beliau sadar dari semedinya, segeralah beliau menitahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang wajahnya tampak dalam mimpi beliau ketika melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan buah topeng sakral sesuai permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang penari perempuan.

Tak lama setelah tari Sang Hyang Legong tercipta, sebuah grup pertunjukan tari Nandir dari Blahbatuh yang dipimpin I Gusti Ngurah Jelantik melakukan sebuah pementasan yang disaksikan Raja I Dewa Agung Manggis, Raja Gianyar kala itu. Beliau sangat tertarik dengan tarian yang memiliki gaya yang mirip dengan tari Sang Hyang Legong ini, seraya menitahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata kembali dengan mempergunakan dua orang penari wanita sebagai penarinya. Sejak itulah tercipta tari Legong klasik yang kita saksikan sekarang ini.

Bila ditinjau dari akar katanya, Legong berasal dari kata “ leg “ yang berarti luwes atau elastis dan kata “gong” yang berarti gamelan. Kedua akar kata tersebut bila digabungkan akan berarti gerakan yang sangat diikat ( terutama aksentuasinya ) oleh gamelan yang mengiringinya (Dibia, 1999:37).

Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.

Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.

Sebagai sebuah tari klasik, tari Legong sangat mengedepankan unsur artistik yang tinggi, gerakan yang sangat dinamis, simetris dan teratur. Penarinya pun adalah orang-orang yang berasal dari luar istana yang merupakan penari pilihan oleh raja ketika itu. Maka, tidaklah mengherankan jika para penari merasakan kebanggaan yang luar biasa jika menarikan tari Legong di istana. Begitu pula sang pencipta tari. Akan menjadi suatu kehormatan besar apabila dipercaya untuk menciptakan suatu tarian oleh seorang pengusa jaman itu. Walaupun nama mereka tidak pernah disebutkan mencipta suatu tarian kepada khalayak ramai, mereka tidak mempersoalkan itu asalkan didaulat mencipta berdasarkan hati yang tulus dan penuh rasa persembahan kepada sang raja. Ini dapat dilihat dari hampir seluruh tari-tari klasik maupun tari tradisi lain yang berkembang di luar istana seperti tari Legong, Baris, Jauk dan Topeng.

Kini di jaman yang tidak lagi menganut paham feodalisme, keseian Legong telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari segi kuantitas maupun kualitas. Disebutkan bahwa tari Legong Keraton ( karena berkembang di istana ) keluar dari lingkungan istana pada awal abad ke-19. Para penari wanita yang dahulunya berlatih dan menari Legong di istana kini kembali ke desa masing-masing untuk mengajarkan jenis tarian ini kepada masyarakat.

Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi.Sebagaimana diketahui, orang Bali adalah orang yang sangat kreatif sehingga gaya tari masing-masing pun sedikit berbeda sesuai dengan kemampuan membawakannya. Oleh karena itu, timbul style-style Palegongan yang tersebar di berbagai daerah seperti di desa Saba, Peliatan, Bedulu, Binoh, Kelandis dan beberapa tempat lainnya. Dari sekian daerah perkembangan tari Legong, hanya desa Saba dan Peliatan yang masih kuat mempertahankan ciri khasnya dan mampu melahirkan jenis-jenis tari Palegongan dengan berbagai nama.

Ada pun jenis – jenis Tari Legong sebagai berikut :

1.      Legong Lasem (Kraton)

Tarian yang baku ditarikan oleh dua orang Legong dan seorang condong. Condong tampil pertama kali, lalu menyusul dua Legong yang menarikan Legong lasem. Repertoar dengan tiga penari dikenal sebagai Legong Kraton. Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji (abad ke-12 dan ke-13, masa Kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang masuk Kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha (Kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putri menolak pinangan sang adipati karena ia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri, yang merupakan abang dari sang putri Rangkesari, menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati Lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan raja Daha.

Awal tari Legong mulai muncul pada pertengahan abad ke-17. Pada waktu itu Bali dipelintah oleh beberapa Raja. Puri adalah salah satu tempat untuk menciptakan tabuh dan tari baru dan mementaskannya pada Zaman itu. Menurut lontar Dewa Agung Karna, putra raja pertama kerajaan Sukawati pada pertengahan abad ke-17, ia melihata bayangan bidadari menari. Dari sinilah diciptakan tari Legong. Gaya tari Legong sekarang yang seperti ditarikan oleh 2 atau 3 penari prempuan di pertunjukan dimana-mana setelah abad ke-20. Cerita tari Legong diambil dari gambuh (drama tari yang mengambil tema dari Malat, sastra klasik yang menceritakan tentang perjanjian Panji, pahlawan Jawa).

 

2.      Legong Jobog

Tarian ini, seperti biasa, dimainkan sepasang legong. Kisah yang diambil adalah dari cuplikan Ramayana, tentang persaingan dua bersaudara Sugriwa dan Subali (Kuntir dan Jobog) yang memperebutkan ajimat dari ayahnya. Karena ajimat itu dibuang ke danau ajaib, keduanya bertarung hingga masuk ke dalam danau. Tanpa disadari, keduanya beralih menjadi kera dan pertempuran tidak ada hasilnya.

3.      Legong Legod Bawa

Tari ini mengambil kisah persaingan Dewa Brahma dan Dewa Wisnu tatkala mencari rahasia lingga Dewa Syiwa.

4.      Legong Kuntul

Legong ini menceritakan sepasang kuntul yang asyik bercengkerama.

5.      Legong Smaradahana

6.      Legong Sudarsana

7.      Legong Playon

8.      Legong Untung Surapati

9.      Legong Andir (Nadir)

Mengambil cerita semacam Calonarang yang merupakan ciri khas tari Legong di desa Tista (Tabanan).

10.  Sang Hyang Legong atau Topeng Legong

Mengambil cerita semacam Calonarang yang merupakan ciri khas di pura Pajegan Agung (Ketewel). Tari Legong asal Ketewel itu biasa disebut tari Legong topeng, karena penarinya wajib menggunakan topeng yang disangga dengan gigi. Berbeda dengan tari Legong keraton yang kini dikenal gemulai, energik, tapi mengentak, gerakan tari legong topeng jauh dari kesan mengentak.

Gerakan para penari Legong topeng terkesan sangat gemulai, kalem, tanpa satupun gerakan cepat. Semua berirama teratur. “Karena lakonnya bidadari, yang menggambarkan gerakan bidadari di kahyangan,” terang Mangku Widia. Mangku Widia menambahkan, kemunculan Legong topeng bermula dari seorang Ksatria di Puri Sukawati bernama I Dewa Agung Anom Karna. Ia mendapat wangsit ketika bersemadi di Pura Payogan Agung Ketewel. Sang ksatria kabarnya mendapat perintah dari Hyang Pasupati, untuk menciptakan sebuah tarian dengan karakter topeng yang telah ada.

 

Sedikit saya bisa sampaikan tentang Tari Legong,, sekian..

Sumber : buku I Made Bandem dan beberapa sumber lainnya

jrongurahwiratamaputra on Juli 7th, 2014

 

Tanggal 28 April di peringati masyarakat bali sebagai Hari Puputan Klungkung. Peristiwa perang puputan yang terjadi 28 April 1908 itu telah diabadikan dalam bentuk tugu atau monument setinggi 28 meter di Kota Semarapura, Klungkung. Monument berbahan batu hitam itu terletak dalam posisi sangat strategis karena berdekatan dengan kertha gosa atau taman gili, pusat pertokoan, pasar tradisional dan Kantor Pemkab Klungkung.

Sesungguhnya, sebagaimana ditulis banyak sumber, sejarah Puputan Klungkung tak bisa dipisahkan dari keberadaan Kusamba, sebuah desa pesisir pantai di timur Kota Semarapura yang hingga abad ke-18 lebih dikenal sebagai pelabuhan penting Kerajaan Klungkung. Nama Kusamba mencuat ketika Raja I Dewa Agung Putra membangun istana Kusanegara di desa itu. Dengan begitu, Kusamba pun menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung, dan pelabuhan dikala itu bisa disejajarkan denga pelabuha krajaan lainnya di Bali.

Kusamba jadi kian penting ketika terjadi ketegangan politik antara I Dewa Agung Istri Kanya selaku penguasa Klungkung dengan Belanda dipertengahan abad ke-19. Sampai akhirnya pecah peristiwa perang penting dalam sejarah heroisme Bali. Perang kusamba, yang menuai kemenangan dengan terbunuhnya Jenderal Belanda,AV Michels.

TAWAN KARANG

Perang itu bermula dari terdamparnya dua skoner atau kapal milk milikGP King, seorang agen Belanda berkedudukan di Ampenan, Lombok, di pelabuhan Batulahak, di sekitar daerah Pesinggahan, Klungkung. Kapal ini lalu dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan. Raja Klungkung sendiri menganggap kehadiran kapal dan awaknya sebagian besar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau sehingga langsung diperintahkan untuk dibunuh.

Dibagian lain, tersebutlah Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta. Ia juga menjadi agen Belanda yang melaporkan peristiwa Klungkung itu kepada wakil Belanda di Besuki. Residen Belanda di Besuki memprotes keras tindakan Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang.

Kegemaran Belanda pun bertambah karena Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga pada April 1849. Karenanya timbulah keinginan Belanda untuk mongering Klungkung. Ekspedisi Belanda yang baru saja usai mengahdapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan di Padang Bai (dulu Padang Cove) untuk mongering Klungkung. Maka, pada 24 Mei 1849 diseranglah Klungkung.

TIDAK BERIMBANG

Pihak Klungkung sebenarnya sudah mengetahui akan adanya seranga dari Belanda itu. Karenanya, pertahanan di Pura Goa Lawah diperkuat. Dipimpin Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Anak Agung Ketut Agung dan Anak Agung Gede Sangging, Klungkung memutuskan mempertahankan Klungkung di Pura Goa Lawah dan Puri Kusanegara di Kusamba.

Perang seru pun terjadi di sekitar Pura Goa Lawah. Namun, karena jumlah pasukan dan persenjataan yang tidak berimbang, laskar Klungkung pun bisa di pukul mundur ke Kusamba. Di Kusamba, laskar Klungkung tak berkutik. Sore itu juga, Kusamba jatuh ke tanga Belanda. Laskar Klungkung mundur ke arah barat dengan membakar desa-desa yang berbatasan dengan Kusamba untuk mencegah serbuan tentara Belanda ke Puri Klungkung.

Jatuhnya Kusamba membuat geram Dewa Agung Istri Kanya. Malam itu juga disusun strategi untuk merebut kembali Kusamba. Maka, diputuskanlah untuk mongering Kusamba pada25 Mei 1849 dini hari. Kebetulan, malam itu, tentara Belanda membangun perkemahan di Puri Kusamba karena merasa kelelahan.

JENDERAL TERJUNGKAL

Sekitar pukul 03.00, dipimpin Anak Agung Ketut Agung, laskar Klungkung menyergap tentara Belanda di Kusamba. Kontan saja tentara Belanda yang sedang beristirahat itu kalang kabut. Dalam situasi yang gelap dan ketidakpahaman terhadap keadaan Puri Kusamba, mereka pun kelabakan.

Dalam keadaan kacau itu, Jenderal Michels berdiri di depan puri. Untuk mengetahui keadaan, tentara Belanda, tentara Belanda menembakkan peluru cahaya ke udara. Justru keadaan ini dimanfaatkan laskar Klungkung mendekati Jenderal Michels. Saat itulah, sebuah meriam canon ditembakkan dan mengenai kaki kanan Michels. Sang jendral pun terjungkal.

Kondisi ini memaksa tentara Belanda mundur ke Padang Bai. Jendral Michels yang sempat hendak diamputasi kakinya akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 23.00. dua hari berikutnya jasadnya dikirim ke Batavia. Selain michels Kapten H Everste dan tujuh tentara Belanda juga dilaporkan tewas termasuk 28 luka-luka.

TONGGAKNYA, PERANG DI PURI SEMARAPURA

Di Perang Kusamba, pihak Klungkung kehilangan 800 laskarnya, serta lebih dari 1000 orang luka-luka. Namun begitu, Perang Kusamba menjadi kemenangan gemilang karena di situ seorang jenderal Belanda terbunuh. Sesuatu yang jarang terjadi, Belanda kehilangan panglima perangnya, terlebih Michels tercatat sydah memenangkan perang di tujuh daerah.

Memang harus di akui, pada 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam serangan kedua yang dipimpin Letkol Van Swieten, Perang Kusamba merupakan prestasi tak boleh diabaikan. Tak hanya kematian Jenderal Michels, Perang Kusamba juga menunjukkan kematangan strategi serta sikap hidup yang jelas pejuang Klungkung. Di Kusamba, pekik perjuangan dan tumpahan darah itu tidak menjadi sia-sia. Belanda sendiri mengakui keunggulan Klungkung ini.

Namun, kemenangan cemerlang di Kusamba itu tidak dipakai sebagai momentum peringatan. Secara resmi Klungkungmemilih peristiwa perang puputan di Puri Semarapura yang dikenal dengan Puputan Klungkung, 28 April 1908, sebagai tonggak peringatan perjuangan daerah menentang kolonialisme Belanda.

LAWAN TANGGUH

Puputan Klungkung yang di akhiri dengan gugurnya Raja Klungkung, Ida I Dewa Agung Jambe bersama para kerabat, keluarga serta pengiring menunjukkan bagaimana semangat perjuangan rakyat Klungkung yang menempatkan kehormatan dan harga diri di atas segalanya. Bukan kemenangan fisik yang dicari, tapi kemenangan kehormatan, harga diri, dan spirit. Samapi disana, kematian menjadi jalan kehidupan.

Namun, Perang Kusamba yang mengukuhkan kemenangan secara fisik serta menunjukkan kecerdasan dan kematangan menyusun strategi putra – putri terbaik Klungkung juga suatu hal yang kayak dikenang. Pada peristiwa itulah Klungkung dan Bali secara umum di pandang sebagai lawan yang yang tangguh oleh Belanda. Pada peristiwa itu pula, secara diam – diam, harga diri orang Bali di kukuhkan setelah dua tahun sebelumnya juga tergugat dalam peristiwa Perang Jagaraga di bawah pimpinan Patih I Gusti Ketut Jelantik.

Kini, setelah 105 tahun Puputan Klungkung berlalu, patutlah di pertimbangkan benang sejarah di rajut antara Kusamba dan Semarapura. Kusamba adalah awal kebangkitan semangat perjuangan rakyat Klungkung menentang kolonialisme Belanda dan Semarapura denga Puputan Klungkung menegaskan semangat itu pada puncak terindahnya.

Sekian yang bisa saya sampaikan…

 

Sumber : Media bacaan Renon

jrongurahwiratamaputra on April 26th, 2014

Menurut sumber yang dapat dipercaya sejarah Desa Abuan pada dahulu kala tempat ini merupakan hutan belantara, dimana kehidupan masyarakat pada jaman itu masih primitive, dan didalam hutan konon hidup seorang pendeta perempuan yang sedang melakukan semedhi. Dengan kekuatan batin yangh yang sangat tinggi beliau bersemedi hingga suatu ketika timbul sinar suci yang membakar hutan belantara disekitar tempat beliau bersemedi, sehinbgga tempat yang tadinya hutan belantara berubah menjadi tempat yang dipenuhi dengan abu-abu bekas terbakarnya hutan, dan ada disuatu tempat pendeta tersebut apinya tak mau padam.

Lama-kelamaan tempat ini menjadi tempat yang sangat subur, berkat kesuburan tanah ini datanglah orang – orang untuk bercocok tanam dan dan menetap ditempat ini. Tanah yang tadinya tertimbun abu – abu ini dipelihara dan diolah untuk dijadikan lahan pertanian, Karena kesuburan tanah ditempat ini sangat subursekali, segala sesuatu yang ditanam menjadi tumbuh dengan baikdan para petani dapat menikmatihasil pertanian yang bertumpah ruah.

Oleh karena itu orang – orang pada zaman itu masyarakat yang menetap ditempat ini dan masyarakat sekitarnya menyebut tanah/tempat ini  abu-an, lama kelamaan sebutan abu-an ini berubah menjadi Abuan dan sekarang kita kenal dengan sebutan Desa Abuan.

Untuk memperingati atau sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa terhadap kesuburan tanah yang telah memberikan kehidupan masyarakat yang mendiami tempat ini didirikanlah sebuah pelinggih pada tempat persemedian pendeta perempuan dan api yang tak pernah padam itu, setelah dibuatkan pelinggih barulah api itu padam dengan sendirinya, dan yang sekarang dikenal dengan sebutan Pura Manik Gni. yang letaknya ditengah – tengah Desa Abuan yaitu diantara Balai  Banjar Adat Abuan dan Kantor Perbekel Desa Abuan.

 

Di Pura Manik Gni tersebut juga menyungsung sebuah tapakan barong landung, seprti yang di ketahui sedikit saya menambahkan sejarah yang umum tentang barong landung, Barong Landung merupakan perwujudan dari raja Bali yaitu Raja Jaya Pangus yang memperistrikan seorang Putri Cina bernama Kang Cing Wei. Raja Jaya Pangus diwujudkan dalam Barong Landung ditokohkan dengan boneka besar hitam dan giginya ronggoh, sedangkan putri Kang Cing Wei ditokohkan dengan boneka cantik tinggi langsing bermata sipit dan selalu tersenyum mirip dengan roman muka seorang Cina. Raja Jaya Pangus yang bertahta di Pejeng yang tidak diketahui di Bali pada jaman paparaton dari dinasti Warmadewa, didampingi oleh seorang Bhagawan yang sakti dan bijaksana bernama Empu Siwagana.

Perkawinan Raja Jaya Pangus dengan Putri Cina sudah terjadi tetapi Sang Hyang Bhagawanta tidak merestui perkawinan itu. Sri Jaya Pangus dituduh telah melanggar adat yang sangat ditabukan saat itu, yakni telah dengan berani mengawini putri Cina yang elok bernama Kang Cing Wei itu. Empu Siwagana lalu menghukum Raja Jaya Pangus dengan membuat hujan lebat dan membuat kerajaan menjadi banjir dan tenggelam. Walaupun perkawinanya tidak direstui oleh Dewa, ia tetap mencintai istrinya seorang Cina itu. Raja Jaya Pangus akhirnya pergi dan membuat kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Balingkang. Nama ini merupakan perpaduan dari kata Bali = bali, dan Kang = Cina. Raja kemudian dijuluki oleh rakyatnya sebagai Dalem Balingkang. Sayang, karena lama mereka tidak mempunyai keturunan, raja pun pergi ke Gunung Batur, memohon kepada dewa di sana agar dianugerahi anak. Namun celakanya, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Dewi Danu yang jelita. Ia pun terpikat, kawin, dan melahirkan seorang anak lelaki yang sangat kesohor hingga kini yaitu Maya Danawa.

Sementara itu, Kang Cing Wei yang lama menunggu suaminya pulang, mulai gelisah, Ia bertekad menyusul ke Gunung Batur. Namun di sana, di tengah hutan belantara yang menawan, iapun terkejut manakala menemukan suaminya telah menjadi milik Dewi Danu. Ketiganya lalu terlibat pertengkaran sengit.

Dewi Danu dengan marah berapi-api menuduh sang raja telah membohongi dirinya dengan mengaku sebelumnya sebagai perjaka. Dengan kekuatan gaibnya, Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei dilenyapkan dari muka bumi ini. Oleh rakyat yang mencintainya, kedua suami istri  “Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei”  itu lalu dibuatkan patung yang dikenal dengan nama Stasura dan Bhati Mandul. Patung inilah kemudian berkembang menjadi Barong Landung.

Sekilas saya ceritakan sejarah Barong Landung, dan saya lanjutkan lagi tentang Desa Abuan. Karena berita kesuburan tanah ini sudah tersebar, itulah yang bmenyebabkan orang – orang berdatangan dan berdiam disekitar wilayah ini dan kehidupannya membentuk kelompok – kelompok yang tujuannya ingin menikmati kesuburan tanah di Desa Abuan, dan masing – masing kelompok mempunyai sebutan wilayah yang dikenal dengan sebutan Banjar. Adapun banmjar – banjar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Banjar Abuan

Banjar Sala

Banjar Serokadan

Dari ketiga Banjar tersebut sekarang lazimBanjar Adat atau Banjar Dinas, dan khusus Banjar Dinas Abuan sudah dimekarkan menjadi dua buah Banjar Dinas yaitu Banjar Dinas Abuan Kangin dan Banjar Dinas Abuan Kauh. Masing – masing Banjar Dinas dipimpin oleh Kelian Banjar Dinas dan secara Adat dipimpin oleh seorang Kelian Adat.

Adapun juga letak dan kondisi  geografis Desa Abuan, Desa Abuan terletak di 7 km arah barat daya dari Kecamatan Susut, dengan batas – batas sebagai berikut :

Di sebelah utara        : Wilayah Desa Susut

Di sebelah timur        : Wilayah Desa Demulih

Di sebelah barat        : Wilayah Desa Petak – Kab. Gianyar

Di sebelah selatan     : Wilayah Desa Apuan

Secara umum keadaan tanah di Desa Abuan cukup subur dengan 2 iklim yaitu iklim kemarau dan hujan serta peralihan antara iklim kemarau dan hujan, yang sering disebut dengan iklim pancaroba. Dengan suhu rata – rata 30 oC. kondisi ini sangat mendukung akitifitas masyarakat dalam kegiatan pertanian.

Mata pencaharian atau pekerjaan masyarakat Desa Abuan, mulai dari petani, Pegawai Negeri Sipil, hingga menjadi pengusaha. Luas wilayah Desa Abuan 418 km2 , dan sebagaian besar lahan dimaanfaatkan untuk kegiatan pertanian.

Demikian sekilas sejarah Desa Abuan yang bisa saya sampaikan.