Archive for Maret, 2014

BANJAR ADAT SABA

Senin, Maret 31st, 2014

BANJAR ADAT SABA

 

·        Sejarah Desa Saba

Pada jaman Kerajaan, tersebutlah sebuah yang bernama hutan RENGKED. Tempat itu di huni oleh sekelompok orang yang terdiri dari 18, yang mana saat itu menjadi pimpinannya adalah I RENGKED. Sebenarnya hutan Rengked itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Blahbatuh. Namu hutan itu di kuasai oleh Kerajaan Sukawati yang bernama Dewa Anom Kalang. Dewa Anom Kalang merupakan putra dari Dewa Agung Jambe. Karena hutan Rengked merupakan jajahan Kerajaan Sukawati ,I Gusti Ngurah Jelantik yang menjadi raja pada saat itu di Kerajaan Blahbatuh merasa kecewa karena kekuasaannya di kuasai oleh Raja Sukawati. Berkali-kali Raja Blahbatuh bersama prajuritnya menyerang raja sukawati, ingin merebut kekuasaannya kembali. Tetapi berkali-kali pula Raja Blahbatuh itu menemui kegagalan. Karena pada saat ini kedudukan Raja Sukawati sangatlah kuat.

Melihat kedudukan Raja Sukawati yang sangat kuat, maka Raja Blahbatuh memerintahkan I Gusti Gede Padang dari Desa Bone untuk menyerang Kerajaan Sukawati. I Gusti Gede Padang ini adalah putra dari I Gusti Gede Angkatan. I Gusti Gede Padang bersama I Rengked bersatu melawan Raja Sukawati. Akhirnya Raja Sukawati itu dapat di kalahkan maka menyerahlah Raja Sukawati. Dan hutan Rengked itu kembali menjadi wilayah Kerajaan Blahbatuh. Dan hak I Dewa Anom Kalang berupa keris yang di kuasai oleh I Gusti Gede Padang. Keris yang di dapatkan itu lalu di beri nama keris Pusaka Rengked, pusaka itu di dapatkan pada waktu merebut hutan Rengked, pusaka Rengked tersebut masih disimpan sampai sekarang. Pada saat itu pula hutan Rengked itu dig anti namanya menjadi Toh Jiwa, karena tempat yang di rebut itu berdasarkan atas pertaruhan jiwa. Setelah keadaan cukup aman dan tidak terjadinya pertumpahan darah lagi antara Blahbatuh dan Sukawati, seluruh raja-raja di Bali berkunjung ke Toh Jiwa untuk menyaksikan upacara kemenangan Raja Blahbatuh melawan Raja Sukawati.

Jumlah penduduk yang dulu berjumlah 18 orang itu di anggap sedikit sekali, maka I Gusti Gede Padang berusaha memperbanyak  jumlah penduduk Toh Jiwa tersebut. Diambil tindakan oleh I Gusti Gede Padang dengan menghubungi seluruh raja-raja yang ada di seluruh Bali. Barang siapa pada jaman Kerajaan tersebut di anggap bersalah di kenai hukuman mati maka orang tersebut di minta  dan di bawa ke Toh Jiwa untuk memperbanyak penduduk Toh Jiwa. Oleh sebab itu penduduk Toh Jiwa menjadi banyak orang-orang yang bersalah bertemu di Toh Jiwa dan akhirnya tempat pertemuan itu dig anti lagi namanya menjadi PESABAAN di samping itu lama kelamaan Pesabaan itu menjadi SABA. Sampai sekarang Para Agung datang ke Saba untuk membicarakan suatu masalah. Tujuan di samping itu pula adalah untul menyaksikan kemajuan kesenian yang ada di Desa Saba. Salah satu kesenian yang sangat menonjol adalah Legong Karaton Saba di samping kemajuan seni tabuh.

 

 

·        Uraian Umum Mengenai Desa Saba

Letak Desa Saba ini adalah tepat di sebelah selatan ibukota Kecamatan Blahbatuh. Yang merupakan pintu gerbang Desa Saba ini di sebelah utara adalah Dusun Banjar Blangsinga. Desa Saba ini merupakan Desa pantai mempunyai luas yang sebanyak 659,11 Ha. Membentang dari  utara keselatan, ketinggian Desa Saba ini kira-kira 0-250 meter dari permukaan air laut. Pengguaan tanah di Desa Saba ini pada umumnya adalah merupakan lahan pertanian yang subur. Sedikit adanya lahan yang terlantar. Penyuluhan dari Pemerintah lahan pertanian ini telah diiasi oleh tanaman yang produktif. Adapun tanaman yang telah di tanam itu adalah : kelapa, cengkeh, pisang, jeruk dan sebagainya.

Salah satu Desa Adat yang ada di Desa Saba ini yang paling banyak menanggung Pura selain Pura Khayangan Tiga adalah Desa Adat Saba. Desa Adat Saba ini di dukung oleh sebanyak 253 KK, dengan jumlah penduduknya sebanyak 1609 jiwa. Adapun Pura-pura yang menjadi tanggungannya adalah :

1.      Pura Buda Kliwon

2.      Pura Purnama

3.      Pura Tumpek

4.      Pura Segara

5.      Pura sidempati

6.      Pura sukaluwih

 

·        Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Desa Saba ini adalah Desa yang agraris oleh sebab itu mata pencaharian penduduknya pada umumnya bertani. Namun di samping itu pekerjaan lainnya yang merupakan mata pencaharian yang tidak kalah pentingnya dari bertani kini bukan lagi menjadi hal yang baru bagi mereka. Telah banyak penduduk beralih dari bidang pertanian menuju bidang yang lainnya.

·        Kegiatan di Desa Saba

Gotong royong adalah merupakan hal yang sudah biasa di lakukan di Desa Saba ini. Saling asah, saling asuh, saling asih sampai saat ini masih mewarnai kehidupan di Desa Adat Saba ini. Gotong royong merupakan salah satu sarana yang paling ampuh untuk dapat melaksanakan pembangunan.

Organisasi Banjar adalah merupakan pengimpun usaha kegotong royongan masyarakat yang ada di Desa Saba ini. Setelah mendapatkan intuksi dari kepala Dusun yang merupakan komando dari masyarakat itu maka masyarakat dengan beramai-ramai bergotong royong membenahi/membersihkan Desanya. Demikian pula halnya seperti Subak. Subak adalah organisasi yang turun tenurun dalam pengaturan masalah perairan khususnya dan pertanian umumnya di Bali. Hal ini telah lembaga dapat teroganisir dengan baik.

 

 

Halo dunia!

Rabu, Maret 5th, 2014

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!