Komentar Video Padurasa

 

“Padurasa”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sinopsis :

Padu berarti gabungan, rasa berarti pikiran. Dalam kehidupan di zaman dwapara seperti sekarang ini, maka harus dilandasi dengan Tri Hita Karena, yaitu hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam. Untuk mencapai moksartham jaga ditha Ya Ca Iti Dharma.

 

 

Dari konsep diatas penggarap mencoba menginspirasikan dua macam gambelan, yaitu gong luang dan angklung, yang berbeda jenis, bentuk laras menjadi satu barungan gambelan, sehingga tersirat melodi-melodi yang ritmis, harmonis, dan dinamis, yang diselingi dengan kotekan-kotekan silih berganti,sehingga menimbulkan kesan lemah lembut dan terkadang juga keras. Demikian juga dengan alat lain yang dipadukan untuk menambah rasa berkreasi dalam suatu tabuh. Namun tidak lepas dari uger-uger, jajar pageh dari pangongan itu sendiri. Oleh karena itu terbentuklah suatu tabuh kreasi yang berjudul “PADURASA”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PADURASA

 

ž  Karya Padurasa yang dibuat oleh penata siswa SMKI ini dalam pementasannya menggunakan banyak aspek-aspek yang mendukung yaitu :

  •  Aspek lighting
  •  Aspek sound system

 

 

Dilihat dari aspek lighting

ž  Penataan lampu atau lighting pada garapan tersebut mungkin masih perlu perbaikan, masih ada yang perlu mendapatkan cahaya, seperti para penabuh yang dibelakang tidak begitu jelas kelihatan.

 

 

Dilihat dari aspek sound system

ž  Dari segi soundsistem dalam garapan tersebut, masih perlu menambahkan mik atau alat bantu suara yang diletakan pada instrumen gong, jegog, jublag, karena pada instrumen tersebut kurang jelas terdengar. Pada instrumen lainnya sudah cukup bagus.

 

Sejarah Singkat Gong due Di Jero Kelodan Kerobokan

Sejarah Singkat Gong Due di Jero Kelodan Kerobokan

 

Narasumber I Gusti Putu Putra (Gung Aji Perak)

Alamat Jero Kelodan Kerobokan, Kuta Utara Badung

Berawal dari Perang pada tahun ±1860 antara Jero Wayahan Lanang Celuk di Jero Kerobokan dengan Desa Kelibul yang dulunya adalah wilayah kekuasaan Raja Mengwi, sebelum terjadi perang benda-benda sakral yang dianggap memiliki kekuatan magis yang ada di Desa Kelibul tersebut seperti :

–      Gong + Bande

–      Tapel Barong (dipura Maspait Kelibul)

–      Kul-kul (Kentungan)

–      Belong

–      Arca

Tujuan daripada dicurinya benda-benda tersebut agar desa Tibubeneng tidak memiliki kesaktian, untuk menghadapi Jero kerobokan. Perang terjadi karena Jero Wayahan Lang Celuk di Kerobokan ingin memperluas daerah kekuasannya itu. Sarana-sarana yang merupakan kesaktian daripada tibubeneng tersebut diambil hanya untuk taktik atau cara orang dulu dalam berperang. Setelah sekian lama perang bergejolak selama puluhan tahun dan pada akhirnya pada Tahun 1926 perang usai. Bersamaan pada waktu itu seiring berkembangnya Gamelan Gong Kebyar, timbullah keinginan dari keturunan beliau untuk melengkapi yang mulanya hanya ada 1 Gong dan 1 bande yang dianggap sakti itu menjadi satu barungan Gong Kebyar lengkap, namun Gong dan Bende yang dianggap sakral tersebut tetap disimpan, hanya dibuatkan duplikatnya saja.

Keturunan Beliau bersaudara empat orang, masing-masing mendiami Jero Gede, Jero Kelod, Jero Kajanan, dan Jero Anyar-Anyar dan yang mewarisi Gong tersebut adalah Jero Br. Anyar yaitu “A.A Ratu Pemecutan” dengan putranya yang bernama A.A Putu Regeg. Karena A. Ratu Pemecutan tidak suka dengan anaknya yang suka berjudi  maka A. Ratu Mecut minggat dan kembali ke Jero Kelodan sampai akhir keturunan beliau maka dikembalikanlah lagi Gong Kebyar tersebut ke Jero Kelodan sampai sekarang. Dari dulu sampai sekarang sudah bermacam-macam sekaa yang menabuh Gong tersebut namun yang dapat diketahui sekarang adalah ‘Sekaa Eka Satya Budaya”.

Konon katanya jika sekaa gong yang pada saat menabuh gamelan terkena racun dan muntah darah disana di mintakan air (tirta) dari Gong sakti tersebut setelah diminum langsung sembuh. Dan jika ada orang yang sampai dewasa tidak bisa bicara dimintakan juga air tirta dari gong tersebut. Juga katanya jika gong tersebut dibunyikan akan terjadi hujan yang sangat lebat (dulu katanya pernah dibuktikan). Nama dari Gong Due tersebut karena kata “Due” berarti kepemilikan raja. Dulunya Gong kebyar yang ada di Jero Kerobokan hanya satu-satunya yang ada di Kerobokan.

Dulunya Gong tersebut hanya difungsikan pada saat ada upacara (odalan) di Jero dan di Pura adapun tabuh-tabuhannya merupakan tabuh-tabuh lelambatan, adapun pelatihannya yang dapat diketahui yaitu :

Nyoman Redit Br. Campuan

Wayan Rideg Br. Gede

Gong Due tersebut juga katanya pernah dipinjam oleh Pak Berata ke Belawan dan dipinjam juga oleh tamatan Asti dulu untuk ujian Sarjananya. Demikianlah sejarah singkat Gong Due Kerobokan yang dapat saya ceritakan.

 

 

” asal mula terbentuknya Banjar Anyar Kaja desa adat kerobokan “

Br. Anyar Kaja Kerobokan”

Wilayah Br. Anyar Kaja berada di desa kerobokan, kec. Kuta Utara, kab. Badung. Luas wilayah balai banjar anyar kaja berkisar 800 m persegi. Sejarah dari terbentuknya banjar bermula dari perkumpulan masyarakat yang lama-lama makin banyak anggotanya dan membentuk suatu organisasi yang dinamakan banjar adat. Didalam melaksanakan kegiatan dalam organisasi tersebut dibentuklah suatu susunan kepengurusan yang terdiri dari ketua yaitu klian adat, wakil, bendahara, sekretaris, kesinoman ( juru arah ) dan masing-masing mempunyai tugas tertentu.

Kelian adat memimpin kegiatan yang ada di banjar dan wakil membantu kelian adat apabila klian adat berhalangan, bendahara bertugas dalam pendanaan ( dalam keuangan ), sekretaris bertugas dalam mendata/ mencatat segala kegiatan yang ada di banjar, dan kesinoman bertugas memberikan arahan kepada anggota banjar apabila ada kegiatan seperti rapat, gotongroyong ataupun upacara adat. Kegiatan yang dilaksanakan oleh banjar yaitu, Tri Hita Karana : Pawongan, Priyangan, Palemahan.

Pawongan : pembentukan suatu organisasi sekaa truna/truni ( muda/mudi )
Priyangan : membuat tempat suci di banjar dan melaksanakan upacara adat.
Palemahan : melaksanakan kegiatan gotong-royong.
Setelah itu ada juga yang disebut dengan banjar dinas yang terbentuk oleh dinas( pemerintah ) yang diketuai oleh klian dinas. Kegiatan dan tugasnya dikedinasan yaitu :
1. Nyensus penduduk terdiri dari penduduk masuk, pindah, lahir, meninggal.
2. Membuat KTP serta mengurus surat-surat.
3. Membentuk suatu oganisasi seperti PKK, posyandu.
4. Hansip
Dengan adanya perkembangan jaman dan penduduk maka kegiatan banjar lebih banyak dan padat dan terbagi menjadi tiga tempekan dengan tujuan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan-kegiatan yang ada di banjar. tempekan terbagi menjadi tiga antara lain tempekan kangin, tempekan tengah, dan tempekan kauh. Masing-masing tempekan tersebut dipimpin oleh seorang pengliman.
Didalam melaksanakan kegiatan adat ada suatu petugas keamanan yang dinamakan pecalang dan dalam dinas dinamakan Hansip. Selain itu ada pula sekaa gong, angklung, dan sekaa pesantian serta sanggar tabuh dan tari yang merupakan salah satu dari kegiatan adat.

Inilah Aku…

Biodata Diri

Leloet

I Gede Arimbawa (Leloet)

Nama saya I Gede Arimbawa yang lahir pada Sukra, Pahing wuku Sinta tanggal 4 Januari 1991 di Kerobokan. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Gangsian adalah daerah tempat tinggal saya yang merupakan salah satu wilayah Banjar Anyar,Kerobokan. Hobi saya sebenarnya banyak,tp cuma satu hobi yang melekat di hati yaitu menabuh atau megambel. Saya menyukai seni tabuh dikarenakan sebagian besar dari keluarga saya menekuni dalam bidang seni tersebut. Saya menekuni dengan serius hobi saya ini, ketika pembentukan kelompok gong anak_anak di Br. Anyar Kaja Kerobokan. Ketika itu saya masih duduk di kelas IV SD 10 Kerobokan yang sekarang menjadi SD 4 Kerobokan.. Tamat dari SD tersebut saya melanjutkan di SMP 1 Kuta Utara yang terletak di samping GOR Kerobokan di Br. Kesambi.  Karena hobi saya menabuh, pada saat SMP pun saya memilih extra tabuh dan sempat mengikuti beberapa perlombaan seperti Gong Kebyar, Baleganjur dan Kendang Tunggal. 3 tahun bersekolah disana, astungkara sweca Hyang Widhi saya pun lulus dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah pilihan saya ketika tamat dari SMP yaitu SMK N 3 Sukawati yang lebih dikenal KOKAR Bali. Di SMK N 3 Sukawati saya banyak punya teman yang sebagian besar senang dengan seni. Ketika kelas II, saya dan beberapa orang pilihan lainnya,sempat mewakili Bali dalam ajang perlombaan seni gambelan yang diadakan di Bandung. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun tak terasa saya pun tamat dari SMK tersebut dan melanjutkan kuliah di ISI Denpasar. Selain kuliah, aktivitas yang saya lakukan diluar jam kuliah yaitu mengajar tabuh di Sanggar Tari dan Tabuh Ardha Nare Swari.

Gamelan Gong Luang Br. Tegeh Kerobokan

GAMELAN luang atau gamelan saron merupakan salah satu gamelan barungan cukup langka di Bali . Dalam ajang PKB XXXIII, Sekeha Gong Luang Banjar Tegeh, Desa Kerobokan, Badung, Minggu (19/6) kemarin menampilkan kesenian karawitan klasik gong luang di Kalangan Angsoka Taman Budaya dalam rangkaian pelestarian.

Gamelan gong luang ini sangat jarang ditampilkan di wilayah kabupaten/kota yang ada di Bali . Kondisi gamelan barungan ini hampir sama dengan barungan gamelan yang ada pada saat ini. Hanya perbedaan gamelan gong luang disisipkan sebuah gamelan barungan yakni gamelan saron.

Gamelan gong luang berlaras pelog 7 nada, yang disisipkan dua nada pamero. Instrumen dalam gamelan gong luang ini meliputi  satu kendang cedugan, satu tungguh reong, satu pasang penyacah, satu pasang jublag, satu pasang jegogan, satu pasang gong lanang wadon ,  satu buah kempur, satu buah kajar, dan satu set cenceng.

Dalam barungan instrumen gong luang ini disisipkan satu instrumen saron terdiri dari satu tunggu tingklik (instrumen bilahnya terbuat dari bambu), dan sepasang kenyong (menyerupai gangsa jongkok).

Gamelan gong luang ini biasanya dipergunakan pada upacara memukur/maligya , dan dewa yadnya . Dalam ajang PKB XXXIII hanya ditampilkan gending gong luang untuk acara memukur .

Adapun gending-gending yang ditampilkan dalam acara memukur merupakan gending klasik meliputi, gending pengawit, blumbungan, gondang puyung, lilit, tayog, pengayat kembang barig.

Secara umum, gamelan gong luang juga digunakan untuk mengiringi upacara dewa yadnya . Gending yang dimainkan meliputi gending klasik tabuh telu lelambatan , dan gending klasik tabuh pat lelambatan . Gamelan gong luang juga digunakan untuk mengiringi tari rejang dewa, tabuh tari baris punia, dan tari topeng bondresan. Ketua Sekeha Gong Luang Banjar Tegeh Desa Kerobokan Kabupaten Badung, Nyoman Gatra, didampingi pembina tabuh, Wayan Pustaka Alit mengatakan, gamelan gong luang lebih banyak digunakan saat acara memukur , dan dewa yadnya untuk wilayah Denpasar, dan Badung Selatan (khususnya di Desa Kerobokan).

 

sumber : http://www.bisnisbali.com/2011/06/20/news/pariwisata/s.html