Prakempa sebagai seni sastra

April 6th, 2010

Prakempa sebagai salah satu dari karya seni sastra yang menguraikan tentang gambelan bali tak dapat di pisahkan eksistensinya dari karya seni sastra yang lain. Dilihat dari segi bentuknya prakempa merupakan sebuah prosa yang menggunakan bahasa jawa kuna ( kawi ) dan ditulis dengan huruf bali yang bagus wujudnya. Sebelum menguraikan prakempa sebagai karya sastra yang bermutu tinggi, penting kiranya diuraikan karya seni sastra lainnya untuk memperoleh gambaran tentang kedudukan Prakempa di tengah-tengah seni sastra bali lain nya.

Seni sastra bali purba yang berkembang pada zaman Pra Hindu merupakan seni sastra rakyat yang bersifat tradisi lisan dan di pelajari turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Walaupun mengalami perubahan zaman, seni sastra ini tetap berkembang subur dikalangan masyarakat bali.

Hubungan erat antara bali dengan jawa yang dimulai sejak abad ke-8 menyebabkan seni sastra bali dipengaruhi oleh seni sastra hindu jawa. Pracasti Bebatin yang berangka tahun 896 Masehi merupakan karya seni sastra yang agung dan menyebutkan berjenis-jenis seni pertunjukan didalam nya seperti seni gambelan, seni tari dan nyanyian. Pracasti Bebatin sendiri dibuat atas nama Raja Ugrasena diBali (Goris, 1952:55)

Kedatangan orang-orang majapahit kebali pada awal abat ke-16 meningkatkan lagi hubungan antar jawa dan bali dalam bidang kesenian khususnya seni sastra dan seni pertunjukan. Kesenian bali mendapat pengaruh yang kuat dari kesenian jawa dan elemen-elemen itu nampak pada system laras gambelan, komposisi lagu, penggunaan busana dalam seni tari, bentuk tarian dan kesenian bali yang semula berfungsi sebagai seni sakral, kini menjadi seni yang bersifat sekuler dan penampilannya lebih mengutamakan persembahan yang artistic.

Dan selanjutnya sekitar pada abad ke-16 – 19 kesenian bali berkembang mencapai puncak keemasannya yaitu dengan terciptanya berjenis-jenis tarian seperti gambuh, Topeng, Wayang Wong, Parwa, Arja, Legong Kraton dan seni sastra kalsik lainya. Ada juga seni sastra yang berkembang lain nya yaitu seni sastra Ithihasa yaitu seni sastra yang terdiri dari bermacam2 tembang. Pada zaman raja-raja bali Kekawin dan Kidung diperbanyak produksinya oleh para pujangga istana, termasuk terjadinya tranformasi sastra Kekawin dan Kidung menjadi Sekar Mecepat, suatu pengalihan sastra Kawi menjadi sastra Bali dalam bentuk puisi (tembang).

Dewasa ini hampir seluruh seni sastra yang disebutkan di atas masih terpelihara dengan baik di Bali. Tersimpan dalam perpustakaan perseorangan, maupun dalam perpustakaan lontar yang terbesar di Bali yaitu Gedong Kirtya di Singaraja.

Sebagai karya seni sastra yang bermutu tinggi, Prakempa dimasukkan ke dalam golongan Wariga, disebabkan oleh isinya tentang gejolak dunia dan gejolak itu mempunya kaitan bunyi, nada dan suara yang ditimbulkan oleh gambelan Bali. Disamping itu lontar prakempa juga mengandung tutur dan secara eksplisit dikatakan bahwa Prakempa ini merupakan tutur (nasehat) dari Bhagawan Gottama kepada para muridnya. Ungkapan ini tercantum dalam epilog lontar ini.

di ringkas dari buku : Prakempa

Comments are closed.