I Wayan Sudhama “Sang Seniman Pelopor”

I Wayan Sudhama “Sang Seniman Pelopor”

Oleh: G. Yudarta

I.     Pendahuluan

Saat ini mungkin tidak banyak kalangan seniman yang mengetahui siapa tokoh yang satu ini, itu karena Dia mulai dilupakan dan dianggap bukan siapa-siapa. Memang, Dia hanyalah seorang seniman otodidak yang dilahirkan dan dibesarkan di “Kampung -Yang Dulunya- Seniman” tepatnya di Banjar Belaluan Sadmerta. Namun demikian bagi seniman yang terlibat secara langsung di era tahun 1970-1980-an dia adalah sosok seniman yang memiliki nama besar di Kabupaten Badung bahkan di Bali.

I Wayan Sudhama lahir pada tahun 1948 adalah anak sulung dari Empu Karawitan Bali, I Wayan Berata dari hasil perkawinannya dengan Ni Nyoman Sukri, dan merupakan cucu dari I Made Regog si pencipta Tabuh Kebyar “Ding Sempati”. Lahir dan hidup dilingkungan seniman besar, Sudhama mulai bermain gamelan pada usia 5 tahun di bawah bimbingan Kakek dan Ayahnya. Pada masa kanak-kanaknya Sudhama merupakan pribadi yang paling menonjol di bidang seni di lingkungan Banjar Belaluan Samerta dan diusianya itu sudah mahir memainkan instrument kendang. Di lingkungan sekolahnya di SD 1 Tonja, Dia dikenal sebagai pemain kendang dan sudah biasa mengiringi tarian Janger dan tari-tari kekebyaran lainnya. Dari bimbingan dua Mpu Seni, pada usia remajanya (12 th) dia sudah ikut secara aktif sebagai anggota sekaa Gong Sadmerta salah satu sekaa Gong yang memiliki nama besar di Bali. Puncak kariernya sebagai seorang pengerawit di usia remaja adalah keikutsertaannya sebagai pemain kendang sebagai pasangan dari ayahnya I Wayan Berata dalam Merdangga Uttsawa (Festival Gong Kebyar) pada tahun 1968 dimana pada saat itu Sekaa Gong Sadmerta tampil sebagai yang terbaik (juara I) di Bali dan mendapat hadiah bendera emas.

II.  Kehidupan Berkesenian

Kesuksesannya meraih prestasi dibidang seni seakan terus menanjak menapak tangga-tangga yang semakin tinggi. Tidak saja semakin piawai memainkan kendang, Sudhama juga mulai mengikuti jejak pendahulunya turun ke desa-desa sebagai pembina di beberapa desa di Kabupaten Badung. Kuatnya charisma yang dimiliki I Wayan Sudhama muncul sebagai seorang pembina yang sangat disegani oleh sekaa-sekaa yang dibinanya, dan pengagum Bung Karno ini pun muncul sebagai seorang seniman muda yang paling berpengaruh dalam perkembangan seni karawitan di Kabupaten Badung.

Kelugasannya dalam pergaulan memberikan dampak positif dan secara mudah masuk ke lingkungan pemerintahan (Pemda Tk. II Badung) bahkan Sudhama mampu mendekatkan dirinya dengan para petinggi di pemerintahan. Atas kedekatannya itu Sudhama mulai menyampaikan ide-idenya untuk meningkatkan perkembangan kesenian di Kabupaten Badung dan akhirnya atas restu Bupati Badung saat itu I Dewa Gede Oka, pada tahun 1978 ide-ide tersebut mulai terealisasikan dengan terbentuknya Himpunan Seniman Remaja (HSR) Kabupaten Badung dan Sudama sendiri menjabat sebagai Ketuanya. Dalam menjalankan organisasi ini Sudhama di bantu oleh para seniman muda seperti I Nyoman Catra, I Komang Astita, I Ketut Gde Asnawa, Ida Bagus Karang Arnawa, I Gde Sukraka dan beberapa seniman lainnya yang sekarang merupakan tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan di Bali. Dalam kepemimpinannya HSR muncul sebagai wadah bagi para seniman yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kesenian di Bali, dan keberadaannya mendapat sambutan yang positif Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra (alm).

HSR di samping sebagai wadah pembinaan bagi seniman-seniman muda di Kabupaten Badung, juga merupakan lembaga yang secara aktif memberikan pembinaan kepada sekaa-sekaa yang ada di luar Kabupaten Badung. Dalam memberikan pembinaan tersebut beberapa orang seniman yang tergabung dalam HSR dilibatkan sebagai pembina baik di bidang tabuh maupun di bidang tari. Kuatnya jiwa kesenimanannya tidak jarang Sudhama ikut terjun secara langsung membina sekaa-sekaa tersebut.

III.   Kiprah di Bidang Politik

Besarnya kiprah dan pengabdiannya terhadap perkembangan kesenian di Kabupaten Badung menjadikan Sudhama seorang tokoh yang sangat penting dalam bidang kesenian di samping sebagai ketua HSR Sudhama juga menjabat sebagai Ketua ISTATA (Ikatan Seniman Tabuh dan Tari) Daerah Bali. Atas jasa-jasanya tersebut pada tahun 1982 akhirnya dia menapakkan kakinya di kancah politik menjadi salah seorang anggota dewan yang terhormat yaitu DPRD Kabupaten Badung hingga periode 1987. Dialah satu-satunya seniman yang pernah terpilih sebagai anggota parlemen dengan mewakili kelompok seniman se-kabupaten Badung.

IV.   Munculnya Pekan Seni Remaja dan Festival Balaganjur

Dalam posisinya sebagai anggota parlemen, hal ini lebih memudahkan langkahnya untuk lebih mengembangkan kesenian di Kabupaten Badung. Berbagai ide-ide kembali dilontarkan dan senantiasa mendapat respon positif dari barbagai kalangan baik pemerintah, seniman dan masyarakat. Pada tahun 1984 tercetus ide untuk menyelenggarakan Pekan Seni Remaja (PSR) sebagai wadah pembinaan bagi generasi muda. Ide ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan masyarakat dan sekolah-sekolah untuk berperan aktif dalam event ini. Penulis sangat merasakan sekali dampaknya karena melalui event inilah akhirnya penulis terjerumus berkiprah di bidang seni. Demikian semaraknya penyelenggaraan PSR pada periode tahun 1984-1989 sehingga muncul sebagai salah satu ajang bergengsi bagi sekolah-sekolah dan kalangan generasi muda di Kota Denpasar. Dari berbagai mata acara yang di lombakan, salah satu lomba yang paling bergengsi adalah festival Gong Kebyar antar SMA dan Karang Taruna yang ada di lingkungan Kotif Denpasar (sekarang Kota Denpasar).

Kuatnya jiwa dan keinginannya untuk lebih mengembangkan kesenian Bali, pada tahun 1986 kembali memunculkan sebuah ide yang brilliant yaitu dengan mengangkat gamelan Balaganjur ke dalam ajang festival. Gamelan yang pada mulanya terkesan Dug-Ceng-Dug-Ceng Duen akhirnya muncul sebagai gamelan yang paling atraktif, dinamis dan diminati oleh kalangan generasi muda hingga saat ini. Berbagai kreativitas mampu disajikan oleh para seniman melalui gamelan Balaganjur dan saat ini gamelan ini menjadi salah satu gamelan yang paling popular di Bali.

V.      Penutup

Tingginya semangat dalam mengembangkan kesenian Bali seakan tidak ada yang mampu menghentikan kiprahnya di jagad seni, sama halnya dengan saat tulisan ini dibuat. Banyak hal yang ingin diungkapkan terkait dengan segala kiprahnya di bidang seni. Namun janjinya dengan kehidupan harus menutup segalanya, terhenti dan I Wayan Sudhama kembali ke kehidupan yang lebih abadi, menyatu dengan paramaatman pada usia yang masih sangat muda 42 tahun meninggalkan istri dan 3 orang anak serta kita semua.

Namun walaupun demikian raga boleh berpulang kembali ke panca mahabuta namun ide-ide brilliant nya telah kita warisi dan nikmati hingga saat ini, sewajarnyalah kita sebagai generasi penerusnya untuk melanjutkan berbagai langkah-langkah yang telah dipelopori demi kemajuan dan keabadian seni budaya Bali. Sebagai seniman yang berprestasi Sudhama pernah mengikuti berberapa misi kesenian ke luar negeri seperti Jepang, Kamboja, Philipina, dan beberapa Negara di Eropa seperti Itali, Belanda, Prancis dll. Atas jasa-jasanya di bidang seni pada tahun 1996 I Wayan Sudhama diberikan Tanda Penghargaan oleh Pemerintah Kabupaten Badung dan cuma itu yang didapatkannya…………

Sumber:

Koleksi pribadi I Wayan Sudhama, kliping pemberitaan dari berbagai media cetak di Bali.