gedeyudana

Blog

Filsafat Seni dari Tari Legong Raja Cina

Filed under: Tak Berkategori — gedeyudana at 12:49 am on Jumat, Maret 23, 2018

Tari yang diperkirakan ada pada tahun 1930-an ini merupakan tarian yang terinspirasi dari cerita Dalem Balingkang. Menurut Semadi: 2018, cerita tersebut tiada lain merupakan kisah pernikahan Raja Jaya Pangus dengan Putri Cina yang bernama Kang Cing Wi. Disana diceritakan bahwa pernikahan mereka yang telah lama berjalan, tak kunjung dikaruniai seorang putra. Akhirnya Raja Jaya Pangus memutuskan untuk bertapa di Gunung Batur. Setelah sekian lama bertapa, Jaya Pangus belum juga kunjung pulang, yang membuat Kang Cing Wi menyusulnya ke tempat pertapaan. Pada akhirnya setelah ia sampai dipertapaan, diketahuilah oleh Kang Cing Wi, bahwa Jaya Pangus telah menikah dengan Dewi Danu.

Setelah mereka bertemu, dilihatlah oleh Dewi Danu yang akhirnya membuat amarah beliau memuncak sehingga dibakarlah Jaya Pangus dengan Kang Cing Wi. Setelah mereka tiada, datanglah rakyat mereka meminta Dewi Danu untuk menghidupkan mereka kembali. Tetapi Dewi Danu menolaknya, sehingga rakyat tersebut membuat sebuah personifikasi Raja Jaya Pangus dengan Kang Cing Wi dengan sebutan Barong Landung. Barong landung yang berwujud Jero Wayan dan Jero Luh tersebut tiada lain merupakan simbol perpaduan budaya Bali dengan Cina.

Hal tersebut digambarkan dalam gerak tari pada bagian pengecet dalam karya ini. Yaitu dengan adanya peniruan atas gerak-gerak dalam tarian Cina. Selain itu dipadukan pula gerakan tersebut dengan gerakan-gerakan tari legong seperti yang terdapat pada tari legong pada umumnya beserta peniruan gerak-gerak dari barong landung. Sehingga dalam hal ini tergambar adanya perpaduan atau akulturasi budaya Bali dan Cina.

Jadi, makna yang terkandung dalam Tari Legong Raja Cina adalah terkait dengan adanya akulturasi budaya Bali dengan Cina. Jadi untuk mengingat hubungan Bali dengan Cina, maka dibuatlah kesenian pertunjukan Legong yang diberi nama Legong Raja Cina. (Semadi: 2018)

Perbedaan Gamelan Angklung Bali Utara dengan Bali Selatan

Filed under: Tak Berkategori — gedeyudana at 12:27 am on Jumat, Maret 23, 2018


Gamelan angklung Bali Utara

Pada gamelan angklung Bali utara ini memiliki kekhasan tersendiri dengan angklung yang ada di Bali Selatan pada umunya yang sering kita jumpai. Instrumen-instrumen di dalamnya pun lebih banyak dibanding dengan angklung Bali Selatan. Ornamennya pun masih sederhana dan simpel pula. Adapun barungan gamelan angklung Bali Utara terdiri atas 2 buah kendang, 4 tungguh gangsa, 4 tungguh kantil, 1 tungguh reyong, 2 tungguh jublag, 2 tungguh jegogan, 1 tungguh gong pulu, dan 1 buah kempur.

  • Gangsa, kantil, jublag, dan jegogan

Ornamentasi dan hiasan-hiasan yang terdapat pada gangsa, kantil, jublag, dan jegogan sangat minimalis dan sangat simpel. Pada bagian adegan terdapat patra bebaturan, simbar, boma dan bun-bunan. Begitu pula pada bagian dupak dan sunduk. Pada gamelan angklung Bali Utara yang kami dapat lihat di Gedung Lata Mahosadhi ISI Denpasar adalah tidak adanya pandil pada bagian depan dan belakangnya, akan tetapi terdapat penyelah yang terletak di antara bumbung resonator masing-masing nada. Selain itu, bilah gangsa yang terdapat pada gamelan ini adalah dengan bentuk “merai” dan digantung dengan jumlah 6 bilah.

  • Reyong

Pada instrumen ini ditemukan masih sangat sederhana pada setiap bagian ornamen nya. Disini juga hanya terdapat adegan dan sunduk yang dihiasi dengan ornamen-ornamen sederhana. Selain itu terdapat 12 buah pencon yang membentuk instrumen reyong pada barungan gamelan ini.

  • Kempur

Disini terdapat 1 buah kempur yang berukuran lebih kecil dari kempur semar pegulingan

  • Gong Pulu

Pada angklung Bali Utara, terdapat adanya instrument Gong Pulu, atau Gong dalam bentuk bilah.

  • Kendang  

Pada gedung Lata Mahosadhi kami hanya menemukan kendang yang berukukan sedikit agak besar, kira-kira seukuran kendang bebarongan, dan berpasangan lanang dan wadon.

Gamelan angklung Bali Selatan

Pada gamelan angklung Bali Selatan ini juga memiliki kekhasan tersendiri dengan angklung yang ada di Bali Utara pada umunya yang sering kita jumpai. Instrumen-instrumen di dalamnya pun lebih sedikit dibanding dengan angklung Bali Utara. Ornamennya sudah mulai diperkaya pula. Adapun barungan gamelan angklung Bali Utara terdiri atas 2 buah kendang, 4 tungguh gangsa, 4 tungguh kantil, 1 tungguh reyong, 2 tungguh jublag, dan 1 buah kempur.

  • Gangsa, kantil, jublag

Pada instrument gangsa, kantil, dan jublag pada gamelan Angklung Bali Selatan memiliki style atau gaya yg khas yakni adanya ornament-ornamen yang ada pada semua bagian pelawahnya. Ornament tersebut menutupi hamper semua bagian pelawah mulai dari adegan, dupak, sunduk, dan penyelahnya. Lalu bilah gangsa, kantil, dan jublag yang digantung, merai, dan berjumlah 4 bilah pada tiap-tiap instrument. Lalu gamelan yang kami amati di Gedung Lata Mahosadhi ISI Denpasar ini tidak memiliki relief atau pandil.

  • Reyong

Pada instrument reyong yang kami amati di Gedeung Lata Mahosadhi ISI Denpasar ini terdiri dari 10 buah pencon. Namun ada juga biasanya 2 tungguh reyong dengan masing-masing 4 pencon yang terdiri dari oktaf tinggi dan oktaf rendah. Adapun bagian pelawah terdiri atas adegan, dupak, sunduk dan pandil depan yang hampir semua bagiannya memiliki ornamentasi atau ukiran.

  • Kempur

Instrument ini sama halnya dengan yang ada di Bali Utara

  • Klenang

Adanya instrument klenang pada gamelan angklung Bali Selatan

  • Kendang

Pada gedung Lata Mahosadhi kami hanya menemukan kendang yang berukukan sedikit agak besar, kira-kira seukuran kendang bebarongan, dan berpasangan lanang dan wadon.

Gamelan Gong Kebyar Don 9 Di Desa Kelecung

Filed under: Tak Berkategori — gedeyudana at 2:15 pm on Senin, Maret 5, 2018
  • Gong Kebyar

Menurut Bandem (2013:38), Gamelan Gong Kebyar adalah ansambel perkusi yang diturunkan dari gamelan Gong Kuna terdiri dari berjenis-jenis instrumen seperti sepasang gong ageng (gong besar), sebuah kempur (kempul), sebuah bende (sejenis kempul dengan muka datar) sebuah kajar, sebuah kemong (gong gantung kecil), sebuah trompong (sederet gong kecil di atas resonator kayu), sebuah reyong (sederet gong kecil serupa trompong), dua buah gangsa giying (metalofon perunggu), empat buah gangsa pemade (metalofon perunggu), empat buah gangsa kantil (sejenis pemade), sepasang jegogan (metalofon perunggu dengan nada rendah), sepasang jublag (sejenis jegogan), sepasang penyacah (sejenis jublag), sepasang kendang gupekan (gendrang kulit yang dimainkan dengan tangan), sepasang kendang cedugan (gendrang kulit yang dimainkan dengan alat pemukul dari kayu), dua pangkon cengceng (simbal), sebuah suling (seruling) dan rebab (lute dua dawai).

  • Sejarah Gamelan
    • Sejarah

Gamelan Gong Kebyar ini pada mulanya merupakan titipan atau pemberian dari Pura Sarin Buana yang terletak di Kecamatan Selemadeg Tabanan. Pada saat itu, diketahui bahwa yang dibawa dari Pura Sarin Buana tersebut hanyaah instrument Gong dan Bebende nya saja, karena tidak bisa membawanya secara keseluruhan, mengingat perjalanan yang jauh dan medan yang cukup berat. Tahun dibuat dan dipindahkannyapun tidak ada orang yang mengetahui secara pasti. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya bukti tertulis yang memuat tentang sejarah gamelan tersebut. Oleh karena itu, diperkirakanlah bahwa adanya gong kebyar menurut teori lahir pada tahun 1915, sedangkan gamelan Gong Kebyar yang terdapat di Desa Kelecung ini ada semenjak sebelum kemerdekaan Negara Indonesia. Jadi diperkirakan gamelan tersebut ada pada tahun 1930-an. Selanjutnya gong ini diletakkan pada rumah salah satu warga di Desa Kelecung yaitu Alm.Putu Nada.

  • Perkembangan

Setelah beberapa lama gong tersebut berada di Desa Kelecung, maka sebagian warga desa tersebut berkeinginan untuk memperbaiki dan menyempurnakan gamelan tersebut, dengan tujuan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Maka bertolak dari hal tersebut diundanglah pande gamelan dari Klungkung untuk menambahkan kekurangan tersebut seperti pemade, kantil, jublag, jegong, reong, dan lain-lain kecuali pengenter (yang disana lumrah dengan sebutan wangsit atau pengumbang). Uniknya pada saat itu pada gangsa dan kantil jumlah bilahnya terdapat hanya 7 buah, dari nada dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding.

Pada tahun 1970 disempurnakan lagi dengan menambahkan pengenter tersebut sehingga menjadi lengkap seperti kondisi saat ini. Pada waktu itu instrument lainnya seperti gangsa dan kantil juga terdapat penambahan nada deng dan dung, sehingga menjadi berjumlah 9 nada dan urutannya menjadi deng, dung, dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding.

Selain itu, dengan pertimbangan kelayakan kondisi gamelan mengingat keadaan Gong dan Bebende  yang diwariskan sejak awal itu sudah tidak layak untuk digunakan, maka dibelilah instrument baru berupa gong lanang, gong wadon, kempur, dan bebende.

  • Pemilik

Pada saat ini gamelan gong kebyar ini secara sah menjadi hak milik Desa Adat Kelecung.

  • Sumber Dana

Pada awalnya tidak ada sumber dana yang dipakai untuk membeli gamelan tersebut karena gong tersebut merupakan pemberian Pura. Selanjutnya dalam proses perbaikan dan penyempurnaan, dana diperoleh dari Desa Adat setempat.

  • Bentuk Gamelan
    • Bentuk Gamelan

Gamelan ini berbentuk gong kebyar yang terdiri atas

  • Pengenter
  • Gangsa
  • Kantil
  • Jublag
  • Jegong
  • Reong
  • Gong lanang-wadon
  • Kempur
  • Bebende
  • Terompong
  • Kendang
  • Kajar
  • Cengceng
  • Kempli


  • Bahan

        1. Untuk bahan utama gamelan ini adalah seperti gamelan pada umumnya yaitu perunggu atau sering disebut juga dengan kerawang. Untuk selanjutnya, adapun pelawah ataupun reonansi dari gamelan ini yaitu terbuat dari bambu dan dibingkai dengan kayu nangka atau sering juga disebut dengan ketewel. Uniknya, pada gamelan lain kebanyakan biasanya kita jumpai cagak untuk menggantung bilah gangsa adalah terbuat dari bahan logam, sedangkan pada gamelan ini masih terbuat dari bahan bambu yang diberi lubang. Selain itu tali penggantung yang biasanya terbuat dari bahan tali sintetis pun disini masih menggunakan tali jangat sebagai penggantungnya. Selebihnya masih sama seperti gamelan (khususnya gamelan gong kebyar) pada umumnya.
  • Ornamentasi

        1. Pada gamelan tersebut terdapat ornamentasi klasik berupa patra-patra tumbuhan pada bagian adegan, dupak, sunduk, dan di sela-sela bumbung resonansinya. Pada gamelan ini, tidak terdapat adanya relief/pandil.
  • Kwalitas suara

        1. Dengan kondisi saat ini dapat penulis simpulkan bahwa kwalitas suara pada barungan gamelan tersebut masih sangat bagus, yang didukung oleh kwalitas bahan yang masih dalam kondisi sangat bagus. Meskipun demikian, dari segi visual bentuk dan warna bilah maupun pencon tersebut terlihat berbeda dengan gamelan pada umumnya. Hal tersebut terjadi diduga karena usia gamelan ini, dan perawatannya itu sendiri.
  • Laras

        1. Laras yang terdapat pada gamelan ini yaitu seperti gong kebyar pada umumnya.
  • Perawatan
  • Untuk saat ini gamelan ini dirawat dengan sangat baik sehingga kondisi gamelan masih sangat bagus

  • Aktivitas
  • Materi yang dikuasai
  • Pada mulanya materi-materi yang dikuasai hanyalah tabuh-tabuh lelambatan seperti tabuh telu, tabuh pat, dan sebagainya. Lalu pada saat trend nya Drama Gong pada tahun 1970-an, sekhe ini juga mempelajari banyak gending-gending Drama Gong. Kini adanya regenerasi oleh para generasi muda setempat menyebabkan adanya perkembangan pesat materi-materi yang dikuasai seperti tari-tarian, iringan prembon, dan lain sebagainya.
  • Fungsi
  • Seperti gamelan pada umumnya fungsi gamelan ini pada masyarakat adalah sebagai sarana pelengkap upacara, untuk hiburan dan lain-lain.

  • Kendala
  • Adapun kendala yang dihadapi selama ini yaitu masalah pendanaan. Baik untuk perbaikan kondisi sarana alat maupun konsumsi latihan dan yang lainnya, sehingga perlu adanya bantuan untuk menunjang kegiatan yang dilakukan sekhe ini.
« Laman Sebelumnya