WAYANG KULIT SAPUH LEGER OLEH IDA BAGUS SUDIKSA DARI GRIYA TELAGA KEROBOKAN

This post was written by gedesuastika on Juli 25, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

kllk I .PENDAHULUAN

Bali penuh dengan keanekaragaman budaya , salah satu diantaranya adalah wayang kulit. Setiap kabupaten atau kota tentunya mempunyai potensi budaya dan kesenian khususnya wayang kulit dengan style yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan merupakan wujud dari kekayaan bangsa Indonesia. Adanya keanekaragaman dari masing-masing daerah merupakan cerminan dari pada masyarakatnya.

Istilah wayang kulit merupaka istilah yang memiliki makna sangat umum. Dalam penggunaany secara umum kata wayang berarti pertunjukan yang bercerita serta menggunakan dialog yang actor dan aktrisnya bisa boneka dan bisa pula manusia (Soedarsono et. al.1996; Brandon 1967). Tetapi dikalangan masyarakat jawa dan bali , istilah ini biasanya lebih dipergunakan dalam artian yang sempit , yaitu pertunjukan wayang kulit. Walapun demikian pada tulisan ini yang akan dibahas adalah khususnya mengenai pertunjukan wayang kulit yang ada di bali, terdiri dari beberapa isitilah antara lain wayang parwa, adalah pertunjukan wayang kulit yang selalu menampilakan cerita yang di angkat dari kisah mahabratha, yang mengisahkan tengtang pertempuran para pandawa dan korawa. Wayang Ramayana, juga termasuk wayang kulit yang selalumenyajikan cerita-cerita yang di ambil dari kisah Ramayana, karangan mpu walmiki, yang mengisahkan penculikan dewi sita oleh praburahwana, yang memicu peperangan antara ayodya dan alengka. Wayang gambuh , adalah bagian dari pada wayang kulit yang menampilkan cerita panji. Wayang calonarang, juga merupakan wayang kulit yang mengangkat cerita calonarang ,yang mengisahkan tentang prabu erlangga dan walunateng dirah. Terdapat pula wayang cupak yang menceritakan dua orang bersaudara yaitu I Cupak dengan I Grantang, yang pada akhir crita keduanya putra para dewa. Dibali cerita ini terkenal dengan lakon cupak ke suargan. Belakangan di bali juga terdapat wayang arja yang termasuk kreasi baru , ada juga belakangan wayang yang disebut wayang istrik dengan layar lebar. Namun yang akan dibahas pada kesempatan ini adalah pertunjukan wayang kulit sapuh leger oleh dalang ida bagus sudiksa griya telaga kerobokan badung.

    

 

 

 

II. PEMBAHASAN

Wayang sapuh leger

Wayang sapuh leger di desa kerobokan adalah pertunjukan wayang kulit yang di pentaskan secara khusus pada wuku wayang terhitung tujuh hari mulai minggu sampai sabtu. Walaupun fungsinya sama dengan fungsi wayang kulit lainya sebagai sarana ritual, dalam hal ini ruwatan tentunya pertunjukan wayang kulit Sapuh Leger, sedikitnya agak berbeda karana dari segi sesajen terbilang lebih banyak , mendekati sesajen dalam Caru karena terdapat alat-alat pertanian , pohon pisang yang masih utuh yang bertujuan untuk menetralisir kekuatan-kekuatan jahat.

Cerita wayang sapuh leger ini mengisahkan tentang Sanghyang Kala yang memburu Rare Kumara. Sesuai amanat Dewa Ciwa bahwa Sanghyang Kala boleh menyantap orang yang salah dalam waktu dan hari kelahiranya seperti orang yang lahir pada pertemuan pagi dan siang , pertemuan antara sore dan malam hari, anak yang lahir pada wuku Wayang yang di menyamai hari kelahiran Dewa Ciwa yaitu anak yang lahir pada saniscara kliwon wayang yang juga merupakan hari kelahiran sang Rare Kumare.

Sang Rare Kumare terus berlari menghindari kejaran Sanghyang kala, bertemu dengan tukang yan sedang membikin bale-bale tempat mayat, yang ceroboh bekerja dimana potongan-potongan bambu yang tidak ada bukunya dibiarkan berserakan begitu saja yang menyebabkan Sanghyang Kala terjatuh, sehingga Sang Rare Kumara bisa lolos dari kejaraan Sanghyang Kala dan mengutuk seseorang yang berkerja membiarkan potongan-potongan bambu yang berlubang berserakan begitu saja tanpa memecahkanya semoga pendek umur.

Sanghyang Kala melanjutkan pengejaraanya, sementara Sang Rare Kumare masuk ketungku masak tradisional yang di istilahkan dengan “Bungutpaon” yang berlobang tiga dimana yang disampingnya tidak ditutup, sehingga ketika ditutup dengan 2 tangan masih tersisa 1 lobang yang menyebabkan Sang Rare Kumara dapat mloloskan diri , sehingga Sanghyang Kala marah dan mengutuk barang siapa yang tidak menutup lobang tungkunya ketika tidak digunakan , semoga orang tersebut menjadi boros.

Dengan sangat letih Sang Rare Kumare terus berlari sambil menangis minta pertolongan , sehingga membuat Dewa Ciwa dan Dewi Uma iba dan langsung turun ke dunia menyamar sebagai pengembala sapi yang sedang berkerja membajak sawah tepat jam 12 .00, Sanghyang Kala berhak memaka orang yang berkerja dalam waktu itu. Untuk mengulur waktu supaya Sang Rare Kumara dapat berlari lebih jauh lagi, sebelum akan dimakan oleh Sanghyang Kala pengembala sapi mengajak Sanghyang kala tebak-tebakan. Pengembala menyanyakan apakah yang dimaksud dengan “eka baga eka egul, dwi srenggi,sad lungayandan sapta locanam” .

Sanghyang kala lama terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan dri pengembala sapi tersebut dan menjadi sangat marah ingin segera memakan pengembala itu ,namun matahari sudah condong ke barat , maka Sanghyang Kala tidak berhak memakanya. Sanghyang Kala marah dan mengutuk brang siapa yang masih berkerja pada saat tengai tepet, sandya kala , maka orang tersebut akan menjadi santapan Sanghyang Kala. Dengan perasaan jengkel dan kecewa Sanghyang Kala melanjutkan pengejaranya.

Dalam pelarian selanjutnya Sang Rare Kumara bertemu dengan orang yang sedang mendalang di permpatan jalan yang tidak lain adalah Ki Dalang Samirana. Sang Rare Kumara menyampaikan kepada Ki Dalang bahwa dirinya di kejar-kejar oleh Sanghyang Kala untuk di jadikan santapan. Untuk itu Ki Dalang Samirana menyuruhnya untuk bersembunyi pada lobang bamboo atau di balik moncol kempur gambelan Ki Dalang Sambirana. Ketika Ki Dalang sudah mulai mendalang, tiba-tiba datanglah Sanghyang Kala sembari menanyakan apakah melihat Sang Rare Kumare ada lewat disini. Posisi tempat mendalang yang mendalang yang menghalangi jalanan membuat Sanghyang Kala marah dan kelaparan langsung meenghabisi sesajen , Sanghyang Kala mengencam akan menyantap Ki Dalang jika tidak bisa menjawab.

Sanghyang Kala menanyakan apa yang menjadi dasar mengapa berani mendalang di perempatan jalan, apa yang diketahui tentang Blencong, Kelir, Racik, Jejuluh, Minyak, Gadebong, Keropak Tali, Katengkong. Ki Dalang Samirana menjelaskan alasanya berani mendalang di perempatan karena sudah menggelar Ciwa yang berfungsi meruwat,kalau di buana alit letaknya di hati, Blencong melambangkan surya letanya di mata, Kelir melambangkan langit, Racik melambangkan jari-jari , Jelujuh melambangkan tulang-tulang, Minyak melambangkan lemak-lemak dalam tubuh, Tali melambangkan otot-otot, Katengkong adalah kedua orang tua , Keropak melambangkan buana agung dengan segala isinya dan Juru Gambel adalah perlambangan dari saudara-saudara lahir yakni Banah, Getih, Yehnyom, dan Ari-ari. Ketika kita meninggal nanti setelah di alam sana mereka akan menjadi Mahakala , Drokala , Jogormanik , dan Suratma. Demikianlah penjelasan Ki Dalang Samirana kepada Sanghyang Kala.

Kepada Sanghyang Kala Ki Dalang Samirana meminta agar semua sesajen yang telah di santap habis agar di kembalikan, namun permintaan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh Sanghyang Kala. Sebagai gantinya Sanghyang Kala tidak di perbolehkan lagi mengejar-ngejar Sang Rare Kumara karena telah di gantikan oleh sesajen Ki Dalang Samirana. Melalui cerita ini mengisyaratkan bahwa , kelahiran yang sudah mendapatkan ruwatan Wayang Sapuh Leger kiranya dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Dari perkataan Sapuh Leger dapat memiliki pengertian yakni Sapuh yang artinya membuang, dan Leger artinya kotor. Jadi Sapuh Leger dapat di artikan kiranya melalui upacara ritual ruwatan bisa membuang hal-hal yang tidak baik dalam diri.

Comments are closed.

Next Post:
Previose Post: