TEKTEKAN MUSIK PROSESI YANG ATRAKTIF

rangda nebek   Bali merupan daerah yang kaya dengan khasanah budaya baik seni rupa, seni pertunjukan, seni drama dan seni-seni yang lainnya. Perkembangan dan perjalanan sejarah membuktikan bahwa kehidupan berkesenian di Bali tumbuh dengan suburnya. Hal ini tidak terlepas dari kesadaran orang-orang bali bahwa budaya dan agama satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Umat hindu dimana pun mereka berada dalam melaksanakan ritual tidak pernah terlepas dengan penggunaan bunyi gamelan. Ritual dalam agama hindu merupakan bentuk implementasi dari filsafat dan etika. Pada beberapa bentuk upacara dalam skala kecil sampai skala besar mempergunakan beberapa jenis gamelan tergantung dari upacara yang dilakukan. Pada upacara yang bersekala besar misalnya pada upacara Turun Kabeh di Besakih, upacara piodalan ring Tri Kayangan Tiga misalnya, menggunakan beberapa jenis barung gamelan baik yang tergolong barungan kecil, menengah maupun barungan besar. Pada upacara yang bersekala kecil misalya mecaru di pekarangan rumah cukup menggunakan barungan gamelan baleganjur.
Dibali tidak kurang dari 30 jenis barungan gamelan yang tersebar diseluruh pelosok pulau bali, baik yang tergolong barungan besar, menengah dan kecil. Dibali disebutkan bahwa gamelan bali dapat dikelompokkan atas barungan kecil(alit), menengah atau sedang (madya), dan barungan besar (ageng). Barungan alit biasanya dimainkan oleh 4-10 orang, barungan madya antara 11-15 orang, dan barungan ageng sampai 25 orang. Dan gamelan bali dibagi menjadi tiga kelompok yaitu gamelan tua (zaman kuno), gamelan madya (zaman pertengahan) , dan gamelan ageng (zaman modern dan sekarang). Walaupun begitu banyaknya jenis barungan gamelan yang ada di bali, para seniman tiada henti-hentinya untuk bereksprimen untuk mencoba dan mencoba terus guna menemukan hal-hal yang baru baik berupa karya karawitan ataupun alat-alat karawitan itu pun.
Tektekan merupakan sebuah barungan gamelan yang sangat baru munculnya pada zaman modern ini sebagai hasil kreatifitas masyarakat dengan memadukan beberapa alat/instrument didalamnya , yang dikemas sedemikian rupa sehingga mengasilkan sebuah barungan gamelan baru yang disebut juga dengan tektekan. Tektekan diperkirakan muncul pada tahun 70-an di desa Kerambitan, Tabanan sebagai akibat dari adanya perkembangan pariwisata yang masuk kedaerah tersebut. Barungan gamelan ini lahir diperkirakan terinspirasi dari kegiatan munuh/nektek(mencari sisa hasil panen padi disawah) yang dilakukan oleh para petani secara bergembira dan bersama-sama. Sehingga alat-alat instrument dari barungan ini amat sederhana sekali akan tetapi dapat menghasilkan nuansa music yang amat menarik.

JENIS TEKTEKAN
Munculnya tektekan sebagai barungan gamelan adalah gabungan dari beberapa alat/instrument yang mana instrument pokoknya adalah kentongan (kulkul) yang terbuat dari bambu, dan okokan yang besar yang terbut dari kayu. Instrumen-instrumen pendukung lainnya adalah satu pasang kendang cedugan, ceng-ceng kopyak, ceng-ceng kecek, gong, kempur, tawa-tawa, kemong dan beberapa suling lainnya sebagai pengisi melodi. Begitu sederhana alat yang digunakan dalam gamelan ini menandakan bahwa lahirnya tektekan akibat terinspirasi dari kegiatan munuh disawah. Berkumpulnya kelompok-kelompok kecil yang kemudian membuat suatu kegiatan music dengan mempergunakan alat kulkul sebagai media merupakan inspirasi dari lahirnya tektekan ini. Aktifitas seperti ini biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu sacara spontanitas. Misalnya pada saat sehari sebelum hari raya Nyepi (pengerupukan), pada saat ada salah satu penduduk desa disembunyikan roh-roh halus, pada saat penduduk desa diserang wabah penyakit, ataupun pada saat panen tiba. Aktifitas semacam ini tidak saja dilakoni oleh orang tua tetapi anak-anak pun ikut terlibat didalamnya. Berdasarkan uraian tersebut tektekan dapat dibagi kedalam beberapa jenis bedasarkan fungsi dan kegunaannya.

 TEKTEKAN REREONGAN
Kata rereongan berarti kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak yang berumur 7 sampai 12 tahun secara spontanitas pada saat-saat tertentu. Oleh karena itu tektekan rereongan biasanya muncul sebelum atau menjelang hari raya Nyepi. Kegiatan ini diawali dari masing-masing pintu rumah yang dilakukan anak-anak sengan memukul kentongan maupun alat-alat apa saja yang mereka jumpai seperti kaleng bekas, besi tua, panic bekas dan laim sebagainya asalkan mengeluarkan suara , pada saat menjelang malam. Dari pintu kepintu pada akhirnya berkumpul menjadi satu group tektekan yang siap berkeliling dijalan-jalan dilingkungan desa setempat. Kegiatan ini biasanya dilakukan rutin oleh anak-anak pada sore menjelang malam hari sampai pada saat hari pengrupukan.

 TEKTEKAN UNDANGAN
Tektekan undangan biasannya dilakukan pada saat-saat tertentu apa bila ada suatu kegiatan di masing-masing banjar. Tektekan ini bias terlaksana apabila salah satu banjar diundang oleh banjar lain untuk datang ke banjarnya untuk menampilkan kebolehannya bermain tektekan. Tektekan undangan dilakukan secara bergantian oleh masyarakat satu banjar yang diundang dengan melibatkan anak-anak , pemuda dan orang dewasa , yang tergabung dalam suatu group yang dinamakan sekha tektekan. Dalam penampilannya kadang-kadang menggunakan atau memakai cerita dan ada pula juga yang nggak memakai cerita yang hanya menyajikan banyolan-banyolan sajasebagai hiburan. Adapun cerita yang umumnya dipakai adalah I Cetrung, I Ubuh, I Bojog teken I Macan dan yang laim-lainnya.

 TEKTEKAN BARANANGAN
Alam semesta beserta isinya merupan ciptaan tuhan yang tak ternilai. Semua unsur yang ada di ala ini bias hidup dengan baik apa bila ada kseimbangan ekosistem yang hidup tumbuh didalamnya. Ssesungguhnya tanggapan masyarakat terhadap tantangan yang timbul dari perkembangan lingkungan dan sejarah itu sendiri tidak akan jauh menyimpang dari mekanisme control yang berupa nilai-nilai, gagasan utama dan keyakinan yang mendominasi cara melihat, memahami dan memilah-milah kejadian yang terjadi.
Pada kepercayaan orang-orang dahulu bahwa suatu penyakit dapat berasal dari”skala”(alam nyata) dan “niskala” (alam tak nyata). Penyakit yang diakibatkan oleh alam niskala dapat berasal dari manusia sakit, pita, butha, dan lain-lain. Semua penyakit ini diyakini dapay disembuhkan hanya dengan mempersembahkan sesajen kehadapan pitra, butha, dan lain-lain untuk menebus kesalahan yang mungkin pernah diperbuat. Untuk membangkitkan suasana gembira dikalngan penduduk yang mengalami gejala alam tersebut maka diadakanlah tektekan beranangan ini. Kegiatan ini dilakukan secara spontanitas oleh para penduduk pada sore menjelang malam yang langsung keluar dengan membawakan kentongan kecil yang terbuat dari bambu sehingga menimbulkan suasana gaduh dan ramai. Fungsi dari tektekan ini adalah untuk mengusir roh jahat yang dipercayai sebagai penyebab dari datangnya wabah penyakit tersebut. Selain berfungsi sebagai pengusir roh jahat, tektekan ini juga dipakai apabila ada salah seorang penduduk desa hilang/disembunyikan oleh roh halus (memedi), tanaman diserang hama penyakit maka penduduk desa melakukan tektekan semacam ini.

 TEKTEKAN SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN
Sebuah hasil dari karya seni, sudah barang tentu yang pertama dinitmakti adalah nilai estetis dari hasil karya tersebut apakah berupa gerak, bunyi, maupun suara yang ditimbulkan dari suatu alat music. Sebagai seni pertunjukan tektekan dapat memberikan nuansa yang berbeda dengan dibandingkan dengan gemelan –gamelan yang ada di bali. Gmelan tektekan adalah barungan gamelan yang mirip dengan barungan gamelan baleganjur. Kendatipun demikian tektekan memiliki pola-pola gegilakan dab bebapangan, Sebagai pemegang melodi pada gamelan ini adalah suling. Didaerah Kerambitan Tabanan barungaan gamelan tektekan ini biasanaya di pakai sebagai pengiring atau mengiringi drama tarai calonarang yang dikenal dengan dramatari calonarang tektekan. Dramatari ini biasanya di pentaskan untuk mengibur para turis yang berkunjung ke Puri Kerambitan pada malam hari. Sebelum dramatari calonarang ini dimulai biasanya diawali dengan music prosesi yang berkeliling diareal puri mengiringi ibu-ibu membawa gebogan masuk ketempat pertunjukan. Diawali dengan menampilkan dua sekha secara berhadap-hadapan membawakan kebolehannya dihadapan para tamu. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang bertempo cepat dengan pola-pola gegilakan yang bergemuruh dengan memadukan kentongan (kulkul) , ceng-ceng kopyak, dan okokan sehingga suasana yang ditimbulkan begitu semarak dan bergemuruh.
Sebagai music pengiring dramatari, selain menggunakan lagu-lagu yang bermotif gegilakan juga menggunakan motif-motif lain seperti bapang dan batel. Struktur lagu seperti kawitan, pengawak dan pengecet masih tetap digunakan gamelan tektekan ini, akan tetapi sebagai kecil saja. Gending-gending untuk mengiringi pementasan dramatari calonarang tektekan mengambil dari gending-gending bebarongan, penggambuhan dan penyalonarangan. Mnengenai fungsi masing-masing instrument pada barungan tektekan adalah sebagai berikut: kulkul (kentongan yang terbuat dari bambu) dimainkan dengan pola kekilitan seperti pada ritme cak atau ceng-ceng kopyak pada tabuh baleganjur. Kendang sebagai pemurba irama yaitu mengatur jalannya lagu apakah lagu itu dimainkan cepat, lambat, keras, ririh, dan lain sebagainya.

 SEBAGAI MUSIK PROSESI
Sepertinya halnya dengan barungan gamelan yang lain, taktekan adalah sebuah barungan gamelan yang tidak kalah menariknya apa bila ditata sebagai music prosesi. Dengan menfaatkan instrument-instrumen yang ada dapet menimbulkan suasana yang berbeda dibandingkan dengan gamelan yang lain. Okokan yang bentuknya besar dan dengan jumblah alat kurang lebih 20 buah dipakai dalam gamelan ini, dapat menimbulkan suasana yang sangat menggelegar dan bergemuruh., dengan dipadu dengan kulkul (kentongan) yang jumblahnya hamper 20 buah. Ceng ceng kopyak dapat menghasilkn irama yang menghentak-hentak dan aksen-aksen yang kuat menambah semaraknya suara yang ditimbulkan. Ketiga instrument tersebut apabila dipadukan dengan instrument-instrumen yang lain seperti kendang, suling,tawa-tawa gong dalam gamelan tektekan dapat mengasilkan suasana gamelan yang berbeda dengan gamelan yang lainnya.