Gamelan Baleganjur di Banjar Petapan Kelod, Mendoyo

Banjar Petapan Kelod merupakan wilayah kecil yang termasuk dalam Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Sebagai daerah yang sebagian besar warganya beragama Hindu, maka dapat dipastikan kegiatan upacara yadnya sering dilaksanakan. Untuk mendukung upacara yadnya tersebut biasanya difungsikanlah gamelan Baleganjur untuk mengiringi upacara yadnya tersebut. Namun, Banjar Petapan Kelod ini belum memiliki gamelan tersendiri. Biasanya Banjar Petapan Kelod ngupah sekehe Baleganjur Desa Pergung atau banjar lain yang ada di Desa Pergung dan ngupah sekehe-sekehe lain di luar Desa Pergung.
Menurut Nyoman Sudiarsana, warga masyarakat merasa terbebani dengan tidak adanya gamelan untuk menunjang upacara yadnya. Warga masyarakat juga mengeluh jikalau ngupah sekehe di luar banjar karena biayanya relatif agak mahal.
Menurut Nyoman Sudiarsana, untuk menunjang upacara yadnya, maka pengurus banjar berinisiatif untuk mengajukan proposal pembelian Baleganjur di Banjar Petapan Kelod kepada pengurus Desa Pergung. Karena alasan untuk kepentingan yadnya, maka disumbangkanlah dana untuk pembelian Baleganjur oleh pengurus desa. Pada tahun 2005, Banjar Petapan Kelod dibelikan seperangkat alat Baleganjur oleh pengurus banjar dengan uang yang didapat dari sumbangan desa tersebut. Seperangkat alat Baleganjur tersebut di beli dengan harga Rp. 12.000.000,00 di Gianyar. Banjar Petapan Kelod memiliki seperangkat barungan Gamelan Baleganjur yang terdiri dari:
1. 2 buah Kendang
2. 1 buah Tawa-tawa
3. 2 buah Ponggang
4. 4 buah Reong
5. 8 buah Ceng-ceng
6. 1 buah Kempur
7. 1 buah Gong
Dilihat dari instrumennya, gamelan Baleganjur ini termasuk kurang lengkap karena kekurangan instrumen Gong, Bebende, dan Kempli. Kekurangan ini terjadi karena dana yang diberikan hanya cukup untuk membeli gamelan Baleganjur yang kurang lengkap dan juga gamelan Baleganjur ini hanya digunakan untuk kepentingan upacara yadnya di daerah Banjar Petapan Kelod saja dan tidak dipergunakan untuk lomba, maka kekurangan ini tidak menjadi masalah.
Setelah gamelan Baleganjur dibeli, dibentulklah sekehe Baleganjur dengan nama Dharma Santi. Menurut Nyoman Sudiarsana, jumlah anggota sekehe kurang lebih 25 orang dan kebanyakan sekehe Baleganjur ini adalah orang tua, hanya sepertiga saja yang usianya masih remaja. Pada awal latihan, sekehe ini dilatih di Balai Banjar oleh I Wayan Patra dari Desa Tegalcangkring. I Wayan Patra memberikan materi Tabuh Tegak, Tabuh pejalan, dan Tabuh untuk orang ngaben. Sekehe Dharma Santi ini memiliki susunan pengurus, yaitu:
1. Ketua : Ketut Suarken
2. Sekretaris : Nyoman Sudiarsana
3. Bendahara : Putu Suarnita
Menurut Nyoman Sudiarsana, warga masyarakat sangatlah merasa terbantu dengan adanya sekehe Baleganjur ini karena warga yang sedang mengadakan upacara yadnya tidak susah untuk mencari sekehe baleganjur di luar Banjar Petapan Kelod. Warga masyarakat yang mempunyai kesenangan bermain gamelan juga dapat tersalurkan hobinya dengan ikut sekehe Baleganjur ini. Dibandingkan dengan waktu belum memiliki gamelan Baleganjur, warga masyarakat sangatlah susah untuk mencari sekehe Balegnjur, karena harus ngupah sekehe lain di luar banjar.
Dengan pengamatan dan pengalaman langsung dari saya, gamelan Baleganjur ini di beli untuk menunjang acara upacara yadnya yang berlangsung di Banjar Petapan Kelod, seperti Pitra Yadnya (ngaben), Melasti, dan Mebeji (mengantarakan Pretima ke Pura Taman). Setiap 1 tahun sekali, pada hari raya Nyepi, gamelan Baleganjur juga dipakai untuk mengiringi ogoh-ogoh pada saat pengrupukan. Selain itu Gamelan Baleganjur ini di beli untuk memajukan kesenian dan melestarikan budaya Bali khususnya dalam bidang seni Karawitan.

Comments are closed.