Archive for Maret 2018


Anggapan Seniman Muda tentang Tabuh Petegak

Maret 26th, 2018 — 4:54pm

 

Beberapa pendapat seniman muda tentang tabuh petegak
Menurut hasil wawancara penulis YouTube Preview Image_ada beberapa pendapat seniman muda tentang definisi tabuh petegak.
Menurut I Wayan Ari Widyantara: tabuh petegak merupakan ciri-ciri bahwa suatu pementasan akan dimulai atau bias juga diartikan sebagai kata pengantar untk menandakan acara itu akan mulai. Jika tabuh petegak itu tidak ada, maka pementasan itu mungkin kurang diperhatikan karena hal yang membuat perhatian itu tertuju pada panggung itu tidak ada. Mnurut dia tabuh petegak itu harus ada, karenajika tidak ada tabuh petegak , maka pementasanpun kurang mendapatkan perhatian “yen anak ngoaang tabuh petegak to mincing anake pang teke mebalih” (bahasa Bali). Sama halnya apabia ada sesuhunan mesolahan pasti ada tabuh petegak, sama halnya dengan di Daerah Sanur ada yang disebut dengan petangian bebarongan.
Menurut I Putu Arya Deva Surya Negara: tabu petegak ini sering ali disebut dengan tabuh pembuka, mengawali, dan memulai. Didalam konteks sebuah pertunjukan dari kata petegak, kata dasarnya yaitu tegak merupakan kata pasif. Lalu mendapat imbuhan “pe” supaya menjadi kata aktif atau sifat hingga menjadi petegak. Petegak artinya sifat untuk duduk. Mungkin menurut dia analoginya sewaktu ingin duduk itu ada lagu atau gendingnya. Seperti layaknya mengiringi ritul, jadi untuk mngawali ritual tersebut digunakanlah tabuh petegak ini. Dalam konteks lelambatan sekatian, biasanya diawali dengan gineman instrument tromping. Sebagai tanda jika juru tromping itu rajin, karena sekaa yang ain belum dating jadi si juru terompong yang mengkoordinir temannya._

5 comments » | Tak Berkategori

Baleganjur “Kasmaran”

Maret 12th, 2018 — 11:48pm

Kasmaran

kasmaran merupakan salah satu karya baleganjur dari sanggar Rare Angon Br. Blungbang, Kawan, Bangli. karya ini diciptakan berdasarkan bagaimana kisah percintaan sepasang manusia yang sedang menggebu-gebu. dimana dari karya ini menceritakan banyak tantangan dalam bercintaan, dari hal kecil yang di pandang sebelah mata hingga menimbulkan pertengkaran sampai pahala dari pertengkaran atau ujian percintaan itu selesai dan cinta itulah besemi dengan saling mengisi antara yang pria dan wanita.

disini dapat kita simpulkan bahwa, dengan perbedaan jenis kita harus bisa saling mengerti dan mengisi.

YouTube Preview Image

2 comments » | Tak Berkategori

Sejarah Senjata Belida di Bangli

Maret 11th, 2018 — 1:39pm

a. RITUAL YANG DILAKSANKAN

Puri Agung Bangli, Kabupaten Bangli menggelar ritual pamelaspas dan passupati salah satu senjata pusaka peninggalan kerajaan Bangli yang berupa Belida. Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Bhatara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya dilaksanakanlah serangkaian tradisi mapeed, Ida Bhatara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. Setelah mesineb rencananya Ida Bhatara Pasupati akan dipendak , untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlindungan serta kemakmuran. 

b. SEJARAH BELIDA

Belida dibuat oleh internal puri namun mendatangkan pande emas, yakni Pande Diksa dari Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli. “Belida berlapis emas, jadi kami meminta bantuan seorang pande”.

Belida terbuat dari kayu merbau. Bentuknya semacam alat tenun dengan ukuran sekitar 1 (satu) meter dihiasi dengan emas seberat 75 (tujuh puluh lima) gram.

Diakui pengerjaan tidak terlalu lama, hanya satu bulan. Agung Ardanatha yang juga mantan anggota DPRD Bangli, mengaatkan, pemlaspasan ini bertujuan untuk penyucian dan menjaga kesakralan senjata pusaka tersebut. “Pasupati merupakan proses sakralisasi benda-benda sebagai permohonan yang ditunjukan kepada Sang Hyang Pasupati”, jelasnya.

Setelah upacara pamlaspasan dan pasupati ini, Ida Bhatara Pasupati nyejer selama sehari di Puri Rum. Keesokan harinya dilaksanakanlah serangkaian tradisi mapeed, Ida Bhatara Pasupati akan diiring dan turut nyejer serangkaian piodalan di Pura Kehen Bangli selama tiga hari mendatang. Setelah mesineb rencananya Ida Bhatara Pasupati akan dipendak , untuk selanjutnya disineb kembali di Puri Rum, Puri Agung Bangli. Memohon taksu di Pura Kehen, memohon kepada Beliau agar diberikan perlindungan serta kemakmuran.

c. YANG MENGGUNAKAN SENJATA BELIDA

Pasemeton Puri Agung Bangli adalah Puri Denpasar, Puri Soka Dawanan, Puri Soka Kanginan, Puri Kilian, Puri Kawan Tanggu, Puri Siyulan, Puri Kelodan serta Puri Penida. Berdasarkan cerita turun-menurun, Belida atau semajam alat tenun ini diperoleh Ratu Bangli yang bergelar Dewa Ayu Den Bencingah, setelah mendapat wahyu saat beryoga di Pura Kehen Bangli untuk mengusir musuh sekitar tahun 1700-an silam.

Saat itu, kerajaan Bangli sempat diserang dan diduduki oleh musuh dari kerajaan musuh. Namun berkat wahyu yang diterima Raja Bangli setelah bersemedi di Pura Kehen , dalam hitungan sehari hanya dengan menggunakan senjata Belida tersebut, Raja bersama pasukan berhasil menguasai dan merebut kembali kerajaan Bangli hingga sekarang.

d.  WAHYU YANG DITERIMA RAJA BANGLI     

Wahyu yang diterima Raja Bangli saat itu, Bangli tidak akan kalah selama bukit Bangli tidak runtuh dan menimpa Pura Kehen Bangli. Oleh karena itu, senjata pusaka tersebut sangat disucikan dan disakralkan hingga sekarang oleh krama adat Puri Agung Bangli dan disungsung dengan gelar Ida Bhatara Pasupati

Diyakini keberadaan pusaka tersebut akan bisa membawa kebaikan dan sebagai tonggak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat Bangli pada umumnya.

4 comments » | Tak Berkategori

Penggunaan Paragraf dengan Baik dan Benar

Maret 11th, 2018 — 1:35pm

 

  1. Hakekat Paragraf

Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut (Solihin dan Sa’adah, 2003: 77). Sebuah paragraf dapat saja terdiri atas lebih dari empat atau lima kalimat, tiga buah kalimat, dua buah kalimat, tidak akan ada satu kalimat pun yang membicarakan persoalan atau topik lain. Seluruh kalimat tersebut tentunya hanya akan membicarakan sebuah sebuah masalah yang bertalian erat dengan pokok/topik pada paragraf tersebut (Suhardjono, 2013: 1-17). Oleh karena itu, sebuah pikiran tidak cukup hanya dituangkan dalam sebuah kalimat, tetapi perlu juga untuk dikembangkan sehingga kumpulan kalimat tersebut menjadi sebuah paragraf.

Paragraf merupakan unit keterampilan berbahasa pada taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran. Kesatuan pikiran ini diejawantahkan dalam pokok pikiran serta beberapa pikiran penjelas dan diaktualisasikan dalam kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Jadi, pada dasarnya, paragraf itu hanya terdiri atas dua hal, yaitu isi dan bentuk. Yang dimaksud isi ialah pikiran, sedangkan bentuk adalah kalimat-kalimat yang mendukung pikiran (Rahayu, 2009: 80). Dari segi isi, paragraf mensyaratkan adanya kesatuan pikiran, sedangkan dari segi bentuk mensyaratkan kepaduan.

Sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antar kalimatnya. Tidak akan ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan sebuah keharusan. Persis dengan sebuah kalimat yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pokok pikiran tersebut.

Tanpa ide pokok tersebut, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai paragraf (Rahardi, 2009: 102). Dengan adanya peraturan yang terjadi antara kalimat satu dengan kalimat lainnya itu mengandaikan akan terjadinya kepaduan dan kesatuan yang membangun paragraf itu. Selain itu, untuk memberi kejelasan dan pengembangan, paragraf juga mensyaratkan adanya kelengkapan.

Paragraf tampak sebagai penggalan naskas teks karena biasanya baris pertama berupa suatu unit yang dipisahkan dengan perbedaan spasi. Kalimat pertama masuk kedalam sebanyak lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya: surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, seperti: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Kemudian, paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi untuk menjelaskan, menguraikan atau menerangkan pikiran utama yang terdapat dalam kalimat topik.

Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat-kalimat ini berisi detil-detil kalimat topik (Widjono, 2007: 174). Jadi, paragraf sebenarnya bukanlah sekumpulan kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detil yang sangat spesifik dan tidak mengulang penjelas lainna.

  1. Fungsi Paragraf

Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf tersebut, pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasn secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna, sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai  dengan keinginan penulisnya. Lebih daripada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sengingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam memjembatani gagasan penulis dan pembacanya (Alek dan Achmad H.P., 2010: 209). Untuk itu, agar paragraf memiliki fungsi strategis berikut kegunaan paragraf, yaitu:

  • Dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberikan bentuk suatu pikiran dan perasaan ke serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan,
  • Dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran,
  • Paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaacanya,
  • Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih keci, dan
  • Dapat memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel (Widjono, 2007: 175)

Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf berisi pikiran-pikiran utama dan diikuti oleh sub-sub pikiran penjelas, sebuah paragraf belum cukup untuk mewujudkan keseluruhan karangan. Meskipun demukian, sebuah paragraf merupakan satu sajian informasi yang utuh. Adakalanya sebuah karangan terdiri hanya satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu pikiran (Alek dan Achmad H.P., 2010: 210), untuk mewujudkan suatu kesatuan pikiran, sebuah paragraf yang terdiri dari satu pikiran utamadan beberapa pikiran pengembangdapat dipolakan menjadi: pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas atau pikiran pendukung. Pikiran pengembang dapat dibedakan menjadi kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan penjelas.

Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung dan tiap pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Sebuah paragraf terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama dan kalimat penjelas menyampaikan pikiran penjelas.. salah satu cara untuk merangkai kalimat yang membangun paragraf itu adalah menempatkan kalimat utama pada awal paragraf yang kemudian disusul dengan kalimat pengembangnya. Hal tersebut dapat dilakukan setelah memberikan pengembangan yang memadai kemudian ditutup dengan kesimpulan.

  1. Jenis Paragraf

Untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya, pembagian mcam paragraf dapat dikelompokan dalam beberapa kriteria. Menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu: paragraf deduktif, paragraf induktif, pargraf deduktf-induktif, dan pargraf penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eksposisi. Menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup (Finoza, 2009: 198)

Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf demikian ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik apabila memiliki kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang disebutkan di awal. Kualifikasi tersebut juga berlaku pada tiap jenis tulisan ilmiah. Sebuah karya ilmiah, baik populer maupun akademik yang berlaku universal itu, juga mengikuti penjenisan paragraf seperti yang disampaikan di muka. Esai ilmiah yang ditulis untuk sebuah media massa yang wujudnya seperti kolom, catatan, opini, feature, dan lainnya, juga dipastikan akan setia dengan penjenisan paragraf sedemikian tersebut (Rahardi, 2009: 121-122). Jadi, dengan model pembagian seperti di atas, sebuah paragraf akan dapat dideteksi, misalnya sebuah paragraf dapat disebut induktif dari segi posisi kalimat topiknya, disebut eksposisi dari segi isinya, dan disebut alinea pembuka dari segi fungsinya dalam karangan.

  1. Paragraf Menurut Fungsinya

Macam paragraf menurut fungsinya dalam sebuah karangan terdiri atas

  1. Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka merupakan paragraf pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusulkemudian (Arifin dan Tasai, 2008: 122). Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus menarik minat dan perhatian pembaca serta daat menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yangakan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Cara lainnya adalah memulai tulisan dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan cara membatasi arti pokok atau subjek tulisan, dan menunjukan betapa pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik. Selain itu, untuk menarik perhatian pembaca dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan pengalaman pribadi, baik yang menyenangkan maupun yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan, dan memulai tulisan dengan pernyataan.

  1. Paragraf Pengembang atau Paragraf Penghubung

Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir didalam babatau anak bab (Solihin dan Sa’adah, 2003: 81). Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang dirancang. Paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu, antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf dapat dikembangkan dengan beragam pola pargraf. Fungsi utama paragraf pengembang adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan sebagaimana yang telah diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga dapat untuk memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya atau meringkas paragraf sebelumnya serta mempersembahkan dasar atau landasan bagi simpulan (Finoza, 2009: 204). Paragraf juga dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, dan dengan cara argumentatif.

  1. Paragraf Penutup

Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau akhir satu kesatuan yang lebih kecil dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya (Arifin dan Tasai, 2008: 122). Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya diharapkan memperhatikan hal-hal berikut ini: sebagi penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, kemudian isi paragraaf harus berupa simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian. Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Jadi, karena paragraf penutup hanya terdiri di akhir sebuah teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari paragraf pengembang atau dapat juga berupa penegasan kembali tentang hal-hal yang dianggap penting dari paragraf pengembang.

  1. Paragraf Menurut Sifat Isinya/Teknik Pemaparan

Macam paragraf menurut sifat isinya/teknik pemaparannya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskriptif, dan paragraf eksposisi. Perbedaan seperti tersebut tentunya bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan konteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya sudah cukup beralasan bahwa kegiatan dalam menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga.. walaupun karangan yang berbentuk satu alinea merupakan karangan sederhana, prinsip penulisnya sama dengan karangan kompleks, sama mempunyai topik, pendahuluan, uraian, dan penutup (Finoza, 2009: 201. Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut ini.

  1. Paragraf Deskrptif

Paragraf deskrptif merupakan paragraf yang melikuskan atau memberikan sesuatu. Artinya, paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra (Arifin dan Tasai, 2008:131). Perhatikan contoh berikut.

Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada disana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri adaq pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang, dapat kita temukan berpuluh puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai, satu, dua, dan tiga.

  1. Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi/ekspositoris, yaitu yang disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis/keruangan. Singkatnya, ini merupakan paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu.

Perhatikan contoh berikut.

Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lamtai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari pasar Tanah Abang.

  1. Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi merupakan paragraf yang membahas suatu masalah dengan bukti bukti atau alasan yang mendukung. Paragraf ini sebenarnya juga dapat dimasukan ke paragraf ekspositoris. Selain itu, paragraf argumentasi disebut juga paragraf persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis (Arifin dan Tasai, 2008:132). Perhatikan contoh berikut.

Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjan 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki.

  1. Paragraf Naratif

Paragraf naratif atau karangan naratif/narasi biasanya dihubungkan dengan cerita. Oleh karena itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi biasanya hanya ditemukan dalam buku harian, novel, cerpen, dan hikayat. Paragraf narasi sering dipakai dalam karangan fiksi atau nonalamiah seperti novel dan cerpen, paragraf narasi merupakan paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk cerita atau kisahan. Perhatikan contoh berikut.

Wandasati navely dilahirkan pada hari sabtu legi, tanggal 14 Maret 2009, pukul 13.40 WIB di klinik mugi rahardjo, kepa duri jakarta barat. Saat ini usianya sudah  tiga tahun empat bulan. Dia memiliki banyak teman. Dia bersekolah di PAUD melati kemanggisan jakarta barat. Setiap pagi, ketika akan berangkat ke sekolah, dia selalu diantar oleh ayah dan ibunya. Banyak sekali acara ulangtahun di sekolahnya itu. Selama bersekolah, wandasati sudah pergi piknik sebanyak dua kali. Yang pertama mengunjungi kolam renang marcopolo di bogor, pada hari rabu 18 April 2012 dan yang kedua ke ancol pada hari rabu 13 Juni 2012. Wandasati merupakan nama yang berupa akronim dari”wanita dambaan setiap insan” dan Navely yang berasal dari bahasa Rusia yaitu nasha vechnaya lyubov yang dalam bahasa Indonesia adalah “cinta abadi kami”. Ini sebagai tanda bahwa seorang anak merupakan perlambang keabadian cinta kasih kedua orang tuanya. Sejak usia 18 bulan, Wandasati sudah memiliki alamat e-mail dan facebook, yaitu [email protected]. Para orang tua siswa di sekolah tersebut ternyata saling berkirim kabar melalui jejaring sosial tersebut.

  1. Paragraf Persuasi

Paragraf persuasi adalah alinea yang mepromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca (Finoza, 2009:201).

WAP (Wireless Application Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari ponsel anda layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S, salah satu ponsel pertama yang dilengkapi dengan WAP, Anda dengan cepat dapat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Semuanya dapat dilakukan dari telapak tangan Anda. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan ponsel titpis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor di dalam kantong Anda.

Paragraf persuasi banyak dipakai dalam penulisan iklan. Paragraf argumentasi deskripsi dan eksposisi umumnya digunakan dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Berita di dalam surat kabar sebagian besar memakai alinea eksposisi.

  1. Syarat Pembentukan Paragraf

Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf.

  1. Kesatuan

Paragraf hanya berisi satu ide pokok yang dalam pengungkapannya harus didukung oleh kalimat-kalimat, baik sebagai kalimat utama maupun sebagai kalimat penjelas. Oleh sebab itu, semua kalimat yang diungkapkan dalam paragraf merupakan jalinan yang membentuk ide pokok tersebut. Tidak boleh ada satu kalimat yang tidak mendukung ide pokok (Solihin dan Sa’adah, 2003:81). Kesatuan bukan berarti hanya memuat satu hal. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa halatau beberapa perincian, tetapi semua unsur haruslah bersama sama degerakan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf (Alek dan Achmad H.P., 2010 14-215). Karena fungsi untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, tidak boleh terdapat unsur unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tersebut. Berikut adalah contoh paragraf dengan kesatuan pikiran.

Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreatifitas baru.2) Dengan kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. 3) Kondisi kebebasan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah dan siswa termotivasi untuk berkembang. 4) Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. 5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan lingkungannya. 6) kreatifitasnya menjadi tidak terbendung.

Paragraf (6-2) dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi (kaliamt 1) (Widjono, 2007:181) kalimat ke-2 membahas dampak pikiran pada kalimat 1, siswa dapat belajar sesuai dengan baris kompetensinya. Kalimat ke-3, siswa beljar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat ke-2. Kalimat ke-4 berisi siswa menjadi kreatif sebagai dampak pikiran kalimat ke-3. Kalimat ke-5 berisi siswa belajar secara sinergis teori dan praktik sebagai dampak pikiran ke-4. Kaliamt ke-6 yaitu kreatifitas siswa tidak terbendung sebagai dampak pikiran kalimat ke-5.

  1. Kepaduan

Paragraf bukanlah kumpulan kalimat satu dengan lainnya yang tidak saling berhubungan. Paragraaf dibangun oleh suatu kalimat yang saling berhubungan secara timbal balik. Mmaka dari itu , kepaduan tersebut diwujudkan dalam antar kalimat yang dikenal dengan sebutan suatu paragraf. Istilah dari perpaduan paragraf adalah koherensi. Menurut Alek dan Achmad H.P. (2010: 218-219) perpautan tersebut akan dapat dicapai bila ada jalinan dan peralihan yang jelas diantara kalimat dan perenggangan.

  1. Letak Kalimat Utama

Untuk memnuhi syarat kesatuan, sebuah paragraf hanya memiliki satu ide pokok. Ide pokok tersebut mewujudkan dalam kalimat utama. Sebuah paragraf berdasarkan letaknya  dapat digolongkan menjadi empat, yaitu:

  1. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rician yang menjelaskan kesimpulan tersebut.

  1. Paragraf induktif

Paragraf induktif merupakan kelebihan dari paragraf deduktif. Paragraf dimulai dengan kalimat penjelas kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif dari hal yang bersifat khusu kepada yang bersifat umum (Rohmadi dan Nasucha, 2010: 47-48).

  1. Paragraf Campuran

Paragraf campuran merupakan paragrafyang yang letak kalimat utamanya berkombinasi dengan bagian awal paragraf (dedukasi) dengan akhir paragraf (indukasi). Ide pokok mula-mula dituangkan pada awal paragraf kemudian ditegaskan kembali pada akhir paragrafkalimat utama paragraf campuran berarti ada dua kalimat.

  1. Pragraf Deskrptif/Naratif

Paragraf  deskrptif/naratif, yaitu paragraf yang sering disebut dengan paragraf tanpa kalimat topik , yaitu paragraf yang terdiri dari beberapa dkalimat yang terkadang menyajikan pikiran yang setara, tidak ada pikiran yang lebih utama dari lainnya.

  1. Pola Pengembangan Paragraf

Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalaau dirinci dengan pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituangkan dapat dituangkan ke dalam satu kalimat penjelas atau lebih. Bahkan, terdapat kemungkinan dua pikiran penjelas dituangkan ke dalam sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan penjelas (Rohmadi dan Nusacha, 2009: 49-50).

Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan olleh penulis dengan variatif. Sebuah karya ilmiah bisa mengambil salah satu model pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa model sekaligus.

  1. Pertentangan

Paargraf yang dikembangkan dengan pertentangan biasanya kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut menggunakan ungkapan seperti: berbeda dari, bertentangan dari, sedangkan, lain halnnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari (Alek dan Achmad H.P., 2010: 224).

  1. Alamiah

Pengembangan secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari sutu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan (Widjono, 2007: 199-200).

  1. Analogi

Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyaak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yyang belum banyak dipahami publik.

  1. Klasifikasi

Dalam pengembangan karangan, terkadang kita mengelompokan hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya diperinci lebih lanjut dalam kelompok yang lebih kecil.

  1. Sebab-Akibat

Pengembangan paragraf dengan cara sebabakibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan, yaitu: padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.

  1. Klimaks-Antiklimaks

Pengembangan paragraf dengan pola klimaks yaitu gagaasan utama mula diperinci dengan sebuah gagasan pengembang yang dianggap rendang kedudukannya. Variasi dari pola klimakss adalah antiklimaks. Pola ini penulis mulai dari suatu gagasan yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan menurun pada gagasan yang lebih rendah.

  1. Komparatif dan Kontrastif

Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkaan dengan caara dibandingkan dengan cara dibandingkan dimansi kesamaannya, di antaranya adalah cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi kesamaannya untuk mengembangkan paragraf demikian dapat disebut dengan model pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi perbedaanya dapat disebut perbandingan kontrastif.

2 comments » | Tak Berkategori

Deskripsi Gamelan Gambang

Maret 11th, 2018 — 1:29pm
  1. Deskripsi Gamelan Gambang

Kata gambang terdiri atas suku kata gam yang artinya bergerak (berjalan) dan bang yang artinya ‘merah’(menyiratkan warna darah). Kata gambang jika dilihat dari daerah artikulasinya g, k, ng, berarti kambang, ngambang. Memang bila diamati antara bilah dan pelawahnya, bilahnya terkesan mengambang. Hal lain, kata gambang kemungkinan berasal dari kata kembang, yakni bunga atau sekar. Terkait dengan hal tersebut, tidak sedikit gending Bali mempergunakan nama bunga atau sekar, antara lain Sekar Sandat, Sekar Jepun, Sekar Gendot, Sekar Sungsang, Sekar Gadung, Kembang Kuning, Sekar Eled, Kembang Jenar, dan Kemang Langkuas. Dengan mempergunakan nama bunga, si penciptanya berharap agar lagu ciptannya indah dan disenangi oleh para pendengarnya. Kesenian gambang tersebar luas diseluruh kabupaten di Bali, kecuali Kabupaten Daerah Tk. II Jembrana, tetapi keberadaanya sungguh sangat memprihatinkan. Yang dimaksud sangat memprihatinkan bahwa gamelannya masih cukup banyak, tetapi kebanyakan sekaa-nya tidak aktif, penabuhnya kebanyakan orang orang tua. Dan hanya mampu menabuhkan beberapa buah gending saja. Secara umum, seniman Bali atau pengrawit-nya terkesan kurang berminat untuk mempelajarinya, padahal kesenian gambang memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh barung gamelan Bali lainnya. Gambang adalah salah satu barung gamelan yang tertua di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari pupuh (gendingnya) cukup banyak yang di transfer ke dalam gamelan selonding, gong luang, charuk atau saron, pelegongan, gong kebyar, dan sebagainya. Namun tidak satupun gending dari barungan lain yang di transfer ke dalam gamelan gambang. Hal lain, irama dasar seni suara vokal kidung dan macapat juga mendapat inspirasi dari irama gangsa gambang. Oleh karena itu Pak Wayan Sinti berpendapat bahwa gamelan “gambang adalah cikal bakal karawitan Bali”. Gamelan gambang memiliki pupuh (gending) yang jumlahnya ratusan, tetapi banyak yang tidak disertai dengan teks. Selain itu, ada pula pupuh gambang yang lebih populer dikenal sebagai bagian dari sekar alit atau macapat, yaitu pupuh demung, semaradana, sinom, pangkur, mijil, dan kinanti. Keberadaan gambang tersebar luas di seluruh kabupaten di Bali, pemiliknya ada milik perseorangan, pemakasan ataupun banjar. jenis kesenian ini sangat kurang mendapatkan perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun dari seniman karawitan dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga kita sudah banyak kehilangan.

Sekaa Gambang Manikasanti, dibawah binaan Bapak Wayan Sinti, MA

  1. Sistem Laras

Gamelan gambang terdiri atas dua tungguh gangsa, yaitu penyorog dan pengumbang. Yang satu merupakan oktaf dari yang lain. Konon gamelan gambang diciptakan oleh orang buta, oleh karena itu susunan nada atau bilahnya tidak beraturan letaknya, namun pak I Wayan Sinti berpendapat sebaliknya bahwa kesenian gambang diciptakan oleh seniman yang memiliki bobot intelektual yang sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat dari beberapa sudut, yaitu: perihal wujud instrumennya, susunan nada-nadanya, bentuk panggul, permainan instrument dan keterkaitan dengan vokal (kidung).

Gamelan gambang mempergunakan tangga nada saih pitu (tujuh nada) terdiri atas dua tungguh gangsa yang masing masing terdiri atas tujuh nada atau bilah yang bahannya terbuat dari perunggu (kerawang). Gangsa yang besar disebut penyorog terdiri atas tujuh bilah atau nada dengan urutan nada, sebagai berikut:

Susunan Nada             : 7        1          2          3          4          5          6

Notasi dingdong         : 4       3          4          1          5          7          1

Notasi Latin                : o        I           O         A         e          u          a

Dibaca                         : dong  ding  dong    dang     deng    dung    dang

Gangsa yang kecil disebut pengumbang yang tangga nadanya satu oktaf lebih tinggi dari gangsa penyorog dengan urutan nada, seperti berikut:

Susunan Nada             : 7        1          2          3          4          5          6

Notasi dingdong         : 4       3          4          1          5          7          1

Notasi Latin                : o        I           O         A         e          u          a

Dibaca                         : dong  ding  dong    dang     deng    dung    dang

Dengan mengamati susunan nada gangsa yang tidak berurutan yakni nada tertinggi ditaruh di awal, lalu disusul oleh nada berikutnya dari nada yang terendah ke nada yang lebih tinggi. Susunan nada tersebut ada kaitannya dengan pelawahnya. Bentuk pelawah gangsa gambang dibuat sedemikian rupa agak mirip seperti bentuk dulang yakni resonantor pada kedua ujung pelawah lebih dangkal dari yanglainnya. Jika seandainya nada terendah diletakan diatasnya, akan memerlukan resonantor yang dalam agar meresonasi nada diatasnya. Bila itu dilakukan, pelawahnya (resonantor-nya) akan tembus. Oleh karena itu, kedua nada yang tertinggi yaitu nada nomer enam (a) dan tujuh (o). Masing masing ditempatkan dibagian ujung pelawah sehingga bisa meresonasi nada yang berada diatasnya.

Tentang larasnya (tuningnya) maksudnya sistem ngumbang-ngisep-nya., gangsa penyorog di laras (di tuning) selaku pengisep, sedangkan gangsa pengumbang dilaras selaku pengumbang. Gangsa penyorog dan pengumbang pada gamelan gambang berfungsi untuk memainkan pokok melodi atau pupuh.

Di samping instrumen gangsa, barungan dilengkapi dengan empat tungguh instrumen gambang, yaitu: gambang, pengenter, pemero, penyelat, dan pemetit. Yakni pada setiap gambang sudah dilaras ngumbang-ngisep. Setiap gambang susunan nadanya adalah sebagai berikut:

  1. Gambang pengenter : o I O o I O A e u a A e u a
  2. Gambang pemero : O A e O A e u a o I u a o I
  • Gambang penyelat          : u a o u a o I O A e I O A e
  1. Gambang pemetit : o I O o I O A e u a A e u a

Pada setiap instrumen gambang secara langsung sudah terjadi sistem ngumbang-ngisep, yaitu ketujuh nada dasar (yang lebih rendah) dari setiap instrumen gambang adalah pengisep, sedangkan ketujuh nada yang lebih tinggi adalah pengumbang. Susunan nada gangsa gamelan gambang adalah o I O A e u a (tujuh nada), sedangkan setiap instrumen gambang masing-masing terdiri atas empatb belas (dua oktaf) susnan gambang tersebut berpedoman pada misalnya, susunan nadanya dimulai dari nada o I O, lalu ditulis ulang o I O yakni susunan nada yang kedua adalah oktaf dari susunan nada sebelumnya. Susunan nada gangsa berikutnya adalah Ae u a, lalu ditulis ulang Ae u a sehinggga nada gambang pengenter. Susunan nada gambang pemero dimulai dari nada O A e, ditulis ulang u a o I sehingga tulisan gambang pemero selengkapnya  O A e O A e u a o I u a o I. Susunan nada gambang penyelat selengkapnya menjadi u a o u a o I O A e I O A e. Terakhir susunan nada gambang pemetit sama denga gambang pengenter tetapi nadanya satu oktaf lebih tinggi.

  1. Periodisasi atau Penggolongan

Gamelan gambang diperkirakan telah muncul pada abad ke-9 di Bali. Masuknya gamelan gambang pada abad ke-9 ini sangat meperjelas bahwa gambang termasuk gamelan golongan tua. Di Bali Tengah dan Selatan, gamelan gambang dimainkan pada upacara ngaben (Pitra yadnya) sementara di Bali Timur, gamelan gambang juga dimainkan dalam kaitannya dengan upacara odalan di pura-pura (Dewa Yadnya). Gamelan dipergunakan sebagai pengiring upacara, karena estensinya adalah untuk membimbing pikiran umat yang sedang mengikuti prosesi agar terkonsentrasi pada kesucian sehingga, pada saat persembahyangan pikiran fokus kepada tuhan. Dalam konteks ini gamelan memiliki nilai religius, karena fungsinya sebagai pengiring upacar keagamaan dan dapat menambah religiusitas sebuah prosesi keagamaan. Sebaia salah satu instrumen musik tradisional yang diwarisi masyarakat bali secara turun temurun. Gamelan gambang adalah gamelan yang langka dan sakral. Gambar gamelan gambang terdapat pada relief Candi Penataran, Jawa Timur abad ke XV dan istilah gambang disebut sebut dalam cerita malat dari zaman majapahit akhir. Hal ini menunjukan bahwa gamelan gambang sudah cukup tua umurnya.

  1. Jenis Instrumen

Caruk termasuk jenis gamelan langka, termasuk barungan alit, adalah gamelan sejenis gambang yang dibentuk oleh 2  gambang berukuran kecil (caruk). Caruk pada dasarnya adalah gamelan gambang yang diperkecil. Gamelan ini juga tergolong dalam gamelan sakral yang dimainkan hanya dalam kaitannya denga upacara ngaben (Pitra Yadnya) dengan jenis tabuh yang hampir sama dengan gamelan gambang. Gamelan caruk awalnya hanya terdiri atas dua tungguh gangsa, seperti gangsa gambang dan dua tungguh gambang masing-masing terdiri atas empat bilah atau bilah saja. Kemudian, ada pengembangan yaitu adanya penambahan instrumen gangsa. dalam permainan kedua gambang biasanya di gabung menjadi satu oktaf dengan susunan nada, seperti berikut:

Susunan nada charuk:      7         1          5          6          1          2          3          4

Cara membaca          :     dong   ding    dung   dang      ding     dong   dang     deng

Gamelan caruk dimainkan bersama gamelan gong luang karena gendingnya kebanyakan diambilkan dari gending gamelan gambang.

2 comments » | Tak Berkategori

Back to top