PERANAN GAMELAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT HINDU DI BALI

1.     PENDAHULUAN

Kebudayaan Bali adalah sebuah sistem pengetahuan atau gagasan yang digunakan sebagai pengatur tingkah laku, yang hidup dan berkembang dari generasi ke genereasi, dipelajari, dipraktekkan, dihayati, dan dibanggakan. Kesenian merupakan fokus dari kebudayaan Bali, karena dalam sistem kesenian terkait seluruh unsur yang lain seperti sistem religi, sistem pengetahuan, bahasa, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, dan teknologi (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 2009. Hal. 165).

Di pulau Dewata ini, kesenian tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, melainkan juga sebagai sarana dan pelengkap peristiwa-peristiwa ritual yang bersifat keagamaan, kebersamaan suatu komunitas, dan penunjang faktor ekonomi bagi sebagian masyarakatnya. gamelan hidup dengan subur karena dimantapkan dan dipelihara melalui dukungan sistem sosial yang berintikan lembaga-lembaga tradisional, seperti desa adatbanjar, dan berbagai jenis sekaa (organisasi profesi) (I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan…: 2008. hal. 1-2).

Dalam mendiskusikan kesenian Bali, perhatian orang tak pernah lepas dari seni karawitan khususnya gamelan Bali. Hal ini desebabkan karena di Bali hingga saat ini terdapat banyak jenis perangkat gamelan dari yang paling kecil dan sederhana, hingga yang paling besar dan kompleks. Hal ini membuktikan adanya keragaman ciri, gaya, dan fungsi, juga membuktikan adanya kreatifitas masyarakat yang terus-menerus sejak masa lampau. Berdasarkan periode perkembangan budaya, para ahli menggolongkan gamelan Bali menjadi tiga kelompok yaitu: (1) Gamelan golongan tua, terdiri dariGambangSaronSelonding KayuGong BeriGong LuwangSelonding BesiAngklung Kelentangan, dan GenderWayang. (2) Gamelan golongan madya, terdiri dari PegambuhanSmar PegulinganPelegonganBebaronganJogedPingitanGong Gede, dan Bebonangan. (3) gamelan golongan muda, terdiri dari PearjaanGong KebyarPejangeran,Angklung Berbilah TujuhJoged BumbungGong SulingGenta Pinara PituSmarandana, dan Bumbang (I Gede Arya Sugiartha, Gamelan Pegambuhan…: 2008. hal. 3).

Beragamnya barungan gamelan yang dimiliki Bali merupakan sumber inspirasi bagi kreator-kreator seni yang tak akan pernah ada habisnya. Karya-karya musik gamelan yang dibuat oleh seniman-seniman  Bali  maupun  seniman  asing yang menggunakan  perangkat dari  gamelan Bali merupakan cermin bahwa musik Gamelan Bali bisa dibilang bersifat universal. Di dalam hal ini gamelan Bali juga memiliki ajaran moralitas dan banyak mempertimbangkan kondisi setempat, yang di Bali kaprahnya disebut dengan desa kala patra.

2.     RUMUSAN MASALAH

Seperti yang diuraikan di atas, gamelan telah menjadi tradisi yang sejalan dengan berbagai aspek kehidupan (agama, sosial, ekonomi, budaya, pariwisata, dan lingkungan)  secara terpadu dan akrab, merefleksikan cita-cita bersama masyarakat Hindu di Bali. Terkait dengan hal itu, muncul pertanyaan-pertanyaan yang perlu dibahas sebagai berikut:

1.      Apakah fungsi gamelan dalam konteks upacara ritual keagamaan di Bali.

2.      Apakah pengaruh gamelan terhadap sistem sosial di Bali.

3.      Adakah peranan gamelan dalam konteks hubungan manusia dengan alam.

4.      Adakah peranan gamelan dalam perkembangan pariwisata di Bali.

5.      Adakah pengaruh berkembangnya gamelan terhadap sistem perekonomian masyarakat Bali.

3.     PEMBAHASAN

Gamelan tak dapat dipisahkan dari konsep hidup orang Bali yaitu konsepsi Tri Hita Karana. Terkait dengan konsepsi Tri Hita Karana, yaitu tiga penyebab kesejahteraan materi dan rohani manusia, maka kesejahteraan adalah hasil integrasi dari hubungan harmoni dari tiga variable yakni hubungan harmoni antara hidup manusia dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan harmoni antara hidup  manusia dengan sesamanya (Pawongan), hubungan harmoni antara hidup manusia dengan alam sekitarnya (Palemahan). Gamelan Bali pada kenyataannya sampai saat ini masih difungsikan sebagai pengiring prosesi. Gamelan ini, bila dikaitkan dalam konsep Tri Hita Karana dapat dilihat dari sudut fungsi yang di dalamnya berhubungan dengan konteks upacara ritual Keagamaan (Parhyangan), konteks sosial (Pawongan) dan konteks lingkungan (Palemahan).

A.       Gamelan dalam Konteks Upacara Ritual Keagamaan (Parhyangan)

Gamelan Bali dalam konteks Parahyangan berfungsi mengiringi upacara ritual Hindu. Misalnya pada upacaraManusia Yadnya yaitu dalam upacara Mesangih (Mepandes). Gamelan Gender Wayang selalu digunakan untuk mengiringi proses upacara tersebut. Demikian juga dengan gamelan Gambang, biasanya dimainkan pada saat upacara Pitra Yadnya. Di samping gamelan gambang, juga terdapat jenis gamelan Baleganjur. Gamelan Baleganjur ini kalau kita lihat dari proses upacara Dewa Yadnya biasanya dimainkan pada  upacara Melasti. Kalau kita lihat dari proses upacara Pitra Yadnya, gamelan Baleganjur ini digunakan untuk mengiringi petulangan dalam prosesi Pengutangan bagi umat Hindu. Demikian juga halnya dengan gamelan Gong Kebyar yang kini sangat populer pada kehidupan masyarakat Bali. Selain sebagai sarana hiburan, gamelan yang tergolong baru ini juga bisa digunakan dalam mengiringi prosesi upacara Dewa Yadnya. Misalnya pada saat odalan di PuraGong Kebyar bisa digunakan  untuk mengiringi tari-tari wali seperti tari Topeng, tari Baris Gede, tari Rejang Dewa dan lain sebagainya. Sungguh banyak fungsi Gong Kebyar dalam kehidupan ini bila kita kaitkan dalam konteks Parhyangan.

B.     Gamelan Dalam Konteks Sosial (Pawongan)

Manusia mempunyai sifat sebagai makhluk sosial yaitu saling membutuhkan antar sesama dan manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu ketergantungan dengan orang lain jika ditinjau sebagai makhluk sosial. Hubungan pawongan di sini menyangkut tentang sosial masyarakat, yang di dalamnya termuat gamelan Bali dengan berbagai fungsi kegiatannya. Salah satunya yaitu penumbuh rasa kebersamaan. Dalam memainkan gamelan, seorang penabuh dituntut keterampilannya dan mampu mengadakan koordinasi dengan penabuh lainnya, kemudian dilakukan pemahaman terhadap rasa kebersamaan dan gotong royong untuk tercapainya    penampilan yang sempurna (I Wayan Suharta, et. al., “Laporan Penelitian Gending-Gending…”. 1995).   Dengan adanya rasa kebersamaan maka akan tumbuh pula rasa persatuan. Dengan demikian, Gamelan juga berfungsi sebagai pemersatu suatu komunitas.  

Gamelan Bali selalu berkembang dari zaman ke zaman melaui proses ide kreatif manusia yang selalu mempunyai sifat selalu ingin untuk mencoba. Sesuai dengan konsep pawongan, antar manusia juga bisa saling mengisi ilmu melalui gambelan Bali yang kaprahnya dilakukan oleh seniman-seniman karawitan Bali. Di sana antara manusia satu dengan yang lainnya akan saling mengisi dan menambah wawasan. Kayanya Bali akan jenis-jenis gamelan ini membuat orang asing untuk ikut serta mempelajari salah satu dari jenis gamelan Bali tersebut. Para seniman karawitan Bali bisa juga memperoleh keuntungan melalui gambelan Bali tersebut. Misalnya dalam proses mengajar orang asing, di sana akan mendekatkan hubungan kita antara manusia dengan manusia lainnya. Dengan gamelan kalau dilihat dari konteks pawongan, kita akan bisa mencari teman baru yang datang dari berbagai daerah atau negara. Sangat banyak fungsi gambelan Bali kalau kita lihat dalam konteks pawongan.

C.    Gamelan Dalam Konteks Lingkungan (Palemahan)

Kalau dilihat dari konteks palemahan, gamelan Bali dapat digunakan sebagai musik prosesi pada upacara yang ada hubungannya dalam alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Misalnya gamelan Gong  Kebyar dan Baleganjur digunakan pada saat upacara mecaru.

D.    Gamelan Dalam Konteks Pariwisata

Bali adalah pulau yang kecil yang menjadi tujuan para wisatawan domestik maupun internasional. Dalam konteks pariwisata peran gamelan Bali sangatlah penting. Gamelan Bali bisa dipakai untuk penyajian sebuah seni pertunjukkan yang akan dipentaskan kepada wisatawan-wisatawan tersebut. Ada pula wisatawan yang datang ke Bali sengaja untuk melihat pertunjukan pementasan gamelan Bali dan sengaja datang untuk belajar bermain gamelan Bali.

E.     Gamelan Dalam Konteks Ekonomi

Seperti yang diuraikan pada poin D di atas, bahwa gamelan mempunyai peran yang sangat vital dalam perkembangan pariwisata di Bali. Hal itu membawa dampak yang luar biasa pada  perekonomian  negara  khususnya  bagi masyarakat  Bali  sendiri,  yaitu pendapatan perkapita negara yang semula rendah menjadi tinggi akibat berkembangnya pariwisata.

Dewasa ini, gamelan telah menjadi lahan kerja bagi seniman-seniman Bali. Dalam acara-acara perlombaan gamelan maupun parade gamelan yang bergengsi seperti yang ada dalam rangkaian acara Pesta Kesenian Bali (PKB), setiap peserta selalu berusaha menunjukan penampilan yang lebih baik dari peserta lainnya dengan berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah dengan mencari komposer-komposer yang berpengalaman dan memiliki popularitas tinggi dengan bayaran yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan banyak bermunculan seniman-seniman profesional yang menyediakan jasa pembuatan tabuh.

4.     PENUTUP

Gamelan Bali adalah salah satu budaya yang diwariskan melalui tradisi secara turun-temurun yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek sosial, ekonomi, agama, pariwisata dan lingkungan. Banyaknya fungsi dan peranan yang dimiliki gamelan dalam menunjang kehidupan masyarakat pendukungnya menyebabkan gamelan terus berkembang di tengah perkembangan jaman. Fungsi dalam konteks keagamaan misalnya, gamelan digunakan untuk mengiringi pelaksanaan bebagai upacara Yadnya. Begitu juga dalam konteks sosial, memainkan gamelan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mempererat persatuan dan kesatuan suatu komunitas. Dalam konteks Pariwisata, gamelan menjadi salah satu daya tarik wisatawan asing maupun lokal dalam upaya memajukan pariwisata Bali. Dan dalam konteks ekonomi, dewasa ini gamelan telah menjadi lahan kerja bagi kalangan seniman karawitan  dengan menawarkan jasa pelatihan dan penuangan gending. Kuantitas fungsi dari gamelan ini lah yang menyebabkan gamelan telah menjadi bagian hidup masyarakat Hindu di Bali dan selalu di lestarikan sebagai tradisi dan Budaya yang adi luhung.

Music dan Manfaatnya

Dari aspek psikologi, seni memiliki arti luas, yaitu menunjukan setiap cara yang sesuai untuk mengekspresikan diri, berupa tindakan atau sikap yang disampaikan secara lengkap dan jernih dari balik mental, ide, dan emosi. Seni membantu mengidentifikasi “siapa kita” dan “apa potensi kita”. Seni dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mewujudkan perasaan-perasaan dan memperoleh pengalaman tanpa perlu khawatir dengan aturan-aturannya. Seseorang yang mendapat kesempatan dan rangsangan dari salah satu cabang kesenian, memiliki kesempatan untuk untuk mengembangkan dan menikmati kehidupan yang menyenangkan di hari tuanya. Manfaat lain dari dari mempelajari seni adalah membantu pembentukan komunikasi verbal dan non verbal sehingga dapat mendukung usaha belajar yang optimal. Seni juga memberikan kesempatan untuk berekspresi tanpa kata-kata saat tidak dapat diungkapkan secara verbal. Selain bermanfaat dalam mengungkapkan perasaan, ia dapat menjadi creator untuk mewujudkan diri secara keseluruhan (self actualization) sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia dalam teori kebutuhan Maslow (Goble,1987)

sumber: buku Psikologi Musik oleh Djohan

Group dan Gamelan Banjar Pemebetan Kapal

GROUP DAN GAMELAN GONG KEBYAR DI BANJAR PEMEBETAN DESA KAPAL

Sudah amat jelas tidak banyak yang tahu tentang keberadaan Gambelan Gong Kebyar di Banjar Pemebetan Kapal. Menurut cerita Kelian sekaa Gong dan penglingsir lainnya, Gamelan ini dulunya berada di Pura Puru Sadha Kapal. Di Pura Puru Sadha dulunya ada petapakan barong, tetapi barong tersebut terbakar dan tidak ada yang mengetahui penyebab terbakarnya barong tersebut. Dari saat tersebut tidak ada yang mengurus atau merawat gamelan ini. Oleh karena itu gamelan tersebut di pindahkan ke Banjar Pemebetan.

Awalnya instrumen Gamelan tersebut tidak lengkap dan pelawahnya pun sudah rusak karena sudah sangat tua. Penglingsir Banjar Pemebetan berusaha memperbaiki gamelan tersebut dan membentuk sebuah sekaa gong yang bernama “ PUSPA WERDI”. Menurut kelihan sekaa, sampai saat ini ada 4 generasi atau periode sekaa :

Generasi pertama saat dipindahkannya gamelan dari Pura Puru Sadha ke Banjar yang tidak diketahui tahunnya.

Generasi kedua pada tahun 1981 dan dipilihnya I Wayan Mandia sebagai kelihan sekaa. Saat itu pula ditetapkan peresmian sekaa gong Puspa werdi pada Purnama Kedasa. Setelah itu sekaa melaksanakan penggalian dana untuk perbaikan dan penambahan instrument. Generasi ini berlangsung hingga tahun 1992. Generasi ketiga digantikannya I Wayan Mandia sebagai kelihan oleh I Nyoman Cakra. Generasi ini hanya berlangsung selama 2 tahun dari tahun 1992 sampai tahun 1994. Generasi keempat dipilihnya I Ketut Budiasa sebagai kelihan sekaa. Generasi ini masih berlangsung hingga sekarang.

Prestasi Yang Pernah Diraih adalah : Parade Gong Kebyar PKB tahun 1989, Penghargaan Kerti Budaya tahun 1990, Juara 1 Lomba Gong Kebyar Wanita di kabupaten Badung tahun 1990 dan mewakili Kabupaten Badung Ke PKB, Juara Harapan 2 Lomba baleganjur di sembung tahun 1991, Juara Harapan 3 Lomba Baleganjur di Puputan Badung tahun 1992, Juara Harapan 2 Lomba Baleganjur di puputan badung tahun 1993, Juara 3 Lomba Baleganjur di puputan Badung tahun 1994, Juara Harapan 2 Lomba Baleganjur di Puputan Badung tahun 1995.

Nama-nama Gending Lelambatan Yang Diketahui, Tabuh Pisan Bangun anyar, Tabuh Telu Buaya Mangap, Tabuh Telu Crucuk Punyah, Tabuh Telu Sekar gadung, Tabuh Telu Gajah Nongklang, Tabuh Pat Semarandana, Tabuh Pat Gari, Tabuh Pat Mina Ing Segara, Tabuh Pat Eman-eman, Tabuh Pat Caramanis, Tabuh Nem Galang Kangin, Tabuh Nem Lasem.

Nama-nama Gending Iringan Tari Yang Diketahui, Iringan Tari Panyembrahma, Iringan Tari Gabor, Iringan Tari Puspa Wresti, Iringan Tari Puspanjali, Iringan Tari Wirayuda, Iringan Tari Baris, Iringan Tari Cendrawasih, Iringan Tari Margapati, Iringan Tari Panji Semirang, Iringan Tari Wiranata, Iringan Tari Oleg Tamulilingan, Iringan Tari Legong Keraton, Iringan Tari Jauk Manis/Keras, Iringan Tari Satya Brasta, Iringan Tari Tedung Sari, Iringan Tari Belibis, Iringan Tari Tenun, Iringan Tari Truna Jaya, Iringan Tari Sekar Jepun, Iringan Tari Garuda Wisnu, dll

Jumlah instrument dalam barungan gong kebyar di banjar Pemebetan kapal adalah satu tungguh terompong, dua tungguh giying/pengugal, empat buah pemade/gangsa, empat tungguh barangan/kantilan, dua tungguh penyacah, dua tungguh jublag, dua tungguh jegog, satu tungguh reong/riyong, satu pasang gong lanang wadon, satu buah kempur, satu buah kajar/kempluk, satu buah kempli, satu buah ceng – ceng ricik, satu buah bebende, Satu buah klentong. Tempat dari bilah dan pencon digantung/ditempatkan disebut pelawah. Khususnya untuk instrument bilah, pada gamelan Gong kebyar di banjar Pemebetan pelawah ditempatkan resonator yang terbuat dari paralon. Sedangkan pelawah untuk instrument reyong bentuknya memanjang dan di atasnya ditempatkan instrument bermoncol/pencon yang dicincang dengan tali pada lubang gegoroknya. Penempatan nada – nada kedua instrument ini berjejer dari nada rendah ke nada tinggi ( dari kiri ke kanan ).

Sesuai dengan ukuran besar ke kecil ( nirus ). Sedangkan untuk instrument yang lainnya seperti instrument gong, kempur dan klentong hanya digantung pada trampa yang disebut dengan sangsangan. Selain itu juga instrument kajar hanya ditempatkan pada atas trampa tanpa resonator, sedangkan untuk instrument cengceng ricik / kecek cakepnya diikat pada atas pelawah yang berbentuk kura – kura / empas. Kualitas bunyi sangat tergantung pada resonator yang dipergunakan. Bahan baku dipilih secara selektif untuk dapat menghasilkan suara gamelan yang bagus. Secara fisik ukuran bilah dan pencon dalam gamelan Gong kebyar disesuaikan dengan fungsi masing – masing instrument dalam barungannya.

“LANGIT BIRU”

Synopsis karya            : “Langit Biru

Karya ini terinspirasi dari langit biru. Di mana langit yang menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu luas. Begitu juga adanya siang dan malam, hujan  dan panas, langit itu akan kembali biru. Dalam komposisi ini menggunakan pola-pola pukulan yang sedikit berbeda tapi tetap terpacu pada keselarasan nada pada gender wayang.

Instrument yang digunakan : 4 tungguh Gender Wayang (2 buah gender pemade, dan 2 buah kantilan )

Nama musisi:             

   1. Ni Made Ayu Dwi Sattvitri

     2. I Putu Gede Dharma Utama

    3. I Putu Prakash Narendra Putra A.

   4. I Nyoman Astadi Jaya Pramana

Nama grup                : Palwa Swarik

opening words:)

halo! selamat datang di halaman blog saya:) saya Ni Made Ayu Dwi Sattvitri mahasiswa fakultas seni pertunjukan, prodi Karawitan. Karawitan merupakan musik tradisional Indonesia. Kita sebagai harus bangga dianugrahi bakat seni tradisi yang merupakan warisan leluhur yang adi luhung. Ayo kita cintai budaya Indonesia melalui seni tradisi yang kita miliki!