Gamelan Golongan Kontemporer

 

Contoh ansamble gamelan kontemporer.(Sumber:Insiturec)

Gamelan Bali dan Gamelan Jawa mulai dijadikan bahan studi oleh dunia Barat yang diprakarsai oleh Jaap Kunst di Amsterdam dan diikuti oleh Ki Mantle Hood di Institute of Etnhnomusicology, University of California at Los Angles (UCLA) pada tahun 1950-an dan hampir seluruh mahasiswa lulusan kampus itu mengembangkan Gamelan mulai di Amerika Serikat, wilayah Eropa, Jepang dan Australia. Pada tahun 1931-1938, seorang komposer Amerika Serikat yaitu Collin McPhee kelahiran Canada juga telah meneliti Gamelan Bali dan telah melahirkan sebuah magnum opus Music in Bali pada tahun 1966. Pada zaman Claude Debusy (1862-1918) banyak karya-karya para komponis besar terpengaruh bunyi dan warna suara Gamelan. Generasi terdahulu seperti Collin McPee, Ernst Eichheim, dan Lou Harrison diikuti oleh komponis muda lainya yang mendapat kesempatan untuk belajar ke Indonesia atau di kampus-kampus universitas di Amerika Serikat, diantara mereka termasuk Ton de Leeuw, Richard Felicano, Philip Glass, Steve Reich, Douglas Young, Jose Evangelista, Inggram Marshall, Daniel Schdmit, Jack Body, Dieter Mack, Andrew Toth, Edward Herbst, Shin Nakagawa, Michael Tenzer, Evan Ziporyn, Wayne Vitale, dan Andrew McGraw terus menyusun komposisi baru dengan memasukkan berbagai elemen Gamelan ke dalam karya mereka. Sehingga ciptaan semacam ini disebut gamelan kontemporer.

“Megilak”. Sebuah karya musik dari ansamble kontemporer. (Sumber: Divo Sentana)

Keberadaan gamelan kontemporer Bali tak dapat dipisahkan dari adanya Pekan Komponis Muda di Taman Ismail Marzuki(TIM) yang dimulai pada 1979 melhirkan komponis kontemporer gamelan Bali seperti I Nyoman Astita (Eka Dasa Ludra), I Wayan Dibia (Kendang Sangkep), Ketut Gde Asnawa (Kosong), I Wayan Rai S (Terompong Beruk), I Nyoman Windha (Palapa), I Wayan Sadra (Beringin Kurung), dan Wayan Gede Yudane (Laya).

 

 

dikutip dari buku “Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah” oleh I Made Bandem