April 2013 Archives

PENGERTIAN ENSAMBEL RINDIK

  • Posted on April 29, 2013 at 11:18 am

Rindik merupakan salah satu alat tradisional BALI yang di buat dari beberapa potongan bambu yang nadanya di buat secara merdu dan dinamis yang pada nadanya berdasarkan laras slendro.

Esambel rindik ini berfungsi sbagai mengiringi upacara pernikahan, resepsi, menabuh kehotel – hotel untuk mengiringi suatu toris mancanegara maupun lokal. Ensambel rindik ini juga berfungsi sebgai mengiringi tarian jogged bumbung. Tarian jogged bumbung ini biasanya di iringi oleh sepuluh atau dua puluh orang pemani gamelan atau penabuh. dan sebagai mana mestinya ensambel rindik ini sangat banyak fungsinya. Dengan itu saya akan membahas ensambel rindik sebagai fungsi untuk mengiringi pernikahan, dan acara resepsi.
Fungsi rindik dalam suatu mengiringi acara pernikahan sebagai pelengkap suasana pernikahan dan membuat tamu-tamu undangan sangat nyaman dalam acara pernikahan itu dan membirikan gambaran suasana tenang dan bahagia di dalam suatu acara perikahan tersebut.
Fungsi rindik di dalam suatu mengiringi acara resepsi sebagai pelengkap suasana di dalam suatu kegiatan resepsi dan memberikan suasana tenang dan nyaman di saat para tamu-tamu menikmati suatu hidangan.
Sebuah ensambel rindik ini adalah sebuah alat musik yang bernuansa klasik dan kental dan penampilannya terlihat natural (karena berbahan dari bambu). Dan rindik ini sangat bersuara tenang dinamis dan merdu. Apabila rindik ini di mainkan dengan apik dan merdu akan terdengar sangat akur dan indah aplagi di saat sedang berduet dengan suling. Rindik ini di pukul dengan alat pemukul khusus rindik yang batang (katik) panggulnya terbuat dari fiber dan boleh juga di buat dari bambu , dan pangkal panggulnya terbauat dari kayu untuk pemegang panggunya sedangkan ujung panggulnya terbuat dari bahan karet bekas yang berbentuk bulat dan tebal. Maka dari itu rindik akan bersuara lembut dan klasik dengan memukulnya dengan alat pemukulnya khusus gamelan rindik. Kalu rindik di pukul dengan alat pemukul lainnya rindik akan mudah pecah dan menyebabkan menjadi suaranya rusak dan tidak enak didengar.

Sejarah Karawitan Jawa

  • Posted on April 29, 2013 at 10:36 am

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah ‘gamelan‘, ‘karawitan‘, atau ‘gangsa‘. Namun barangkali rnasih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri, sejak kapan gamelan mulai ada di Jawa?.

Seorang sarjana berkebangsaan Belanda bernama Dr. J.L.A. Brandes secara teoritis mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya pengaruh budaya India, bangsa Jawa telah rnemiliki ketrampilan budaya atau pengetahuan yang mencakup 10 butir (Brandes, 1889):
(1) wayang,
(2) gamelan,
(3)ilmu irama sanjak,
(4) batik,
(5) pengerjaan logam,
(6) sistem mata uang sendiri,
(7) ilmu teknologi pelayaran,
(8) astronomi,
(9) pertanian sawah,
(10) birokrasi pemerintahan yang teratur

Sepuluh butir ketrampilan budaya tersebut bukan dari pemberian bangsa Hindu dari India. Kalau teori itu benar berarti keberadaan gamelan dan wayang sudah ada sejak jaman prasejarah. Namun tahun yang tepat sulit diketahui karena pada masa prasejarah masyarakat belum mengenal sistem tulisan. Tidak ada bukti-bukti tertulis yang dapat dipakai untuk melacak dan merunut gamelan pada masa prasejarah.

Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi seternpat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya.

Istilah “karawitan” yang digunakan untuk merujuk pada kesenian gamelan banyak dipakai oleh kalangan masyarakat Jawa. Istilah tersebut mengalami perkembangan penggunaan maupun pemaknaannya. Banyak orang memaknai “karawitan” berangkat dari kata dasar “rawit” yang berarti kecil, halus atau rumit. Konon, di lingkungan kraton Surakarta, istilah karawitan pernah juga digunakan sebagai payung dari beberapa cabang kesenian seperti: tatah sungging, ukir, tari, hingga pedhalangan (Supanggah, 2002:5¬6).

Dalam pengertian yang sempit istilah karawitan dipakai untuk menyebut suatu jenis seni suara atau musik yang mengandung salah satu atau kedua unsur berikut (Supanggah, 2002:12):
(1) menggunakan alat musik gamelan – sebagian atau seluruhnya baik berlaras slendro atau pelog – sebagian atau semuanya.
(2) menggunakan laras (tangga nada slendro) dan / atau pelog baik instrumental gamelan atau non-gamelan maupun vocal atau carnpuran dari keduanya.

Gamelan Jawa sekarang ini bukan hanya dikenal di Indonesia saja, bahkan telah berkembang di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Canada. Karawitan telah ‘mendunia’. Oleh karna itu cukup ironis apabila bangsa Jawa sebagai pewaris langsung malahan tidak mau peduli terhadap seni gamelan atau seni karawitan pada khususnya atau kebudayaan Jawa pada umumnya. Bangsa lain begitu tekunnya mempelajari gamelan Jawa, bahkan di beberapa negara memiliki seperangkat gamelan Jawa. Sudah selayaknya masyarakat Jawa menghargai karya agung nenek moyang sendiri.

Sumber data tentang gamelan
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh. Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa, mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari. Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.

Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni sumber – sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15) (Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata “gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan‘ yang kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan‘. Istilah ‘gamelan‘ telah disebut dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13 Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata ‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah ‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara daratan, namun ternyata tidak.

Gambaran instrument gamelan pada relief candi
Pada beberapa bagian dinding candi Borobudur dapat 17 dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang dikalungkan di leher, kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron, gambang. Pada candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung, kendang bentuk periuk, simbal (kècèr), dan suling.

Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke – 13 M) ada relief reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi (abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong, bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang, reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-15 M).

NGURI-URI BUDAYA JAWI

Berdasarkan data-data pada relief dan kitab-kitab kesusastraan diperoleh petunjuk bahwa paling tidak ada pengaruh India terhadap keberadaan beberapa jenis gamelan Jawa. Keberadaan musik di India sangat erat dengan aktivitas keagamaan. Musik merupakan salah satu unsur penting dalam upacara keagamaan (Koentjaraningrat, 1985:42-45). Di dalam beberapa kitab-kitab kesastraan India seperti kitab Natya Sastra seni musik dan seni tari berfungsi untuk aktivitas upacara. keagamaan (Vatsyayan, 1968). Secara keseluruhan kelompok musik di India disebut ‘vaditra‘ yang dikelompokkan menjadi 5 kelas, yakni: tata (instrumen musik gesek), begat (instrumen musik petik), sushira (instrumen musik tiup), dhola (kendang), ghana (instrumen musik pukul). Pengelompokan yang lain adalah:
(1) Avanaddha vadya, bunyi yang dihasilkan oleh getaran selaput kulit karena dipukul.
(2) Ghana vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran alat musik itu sendiri.
(3) Sushira vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran udara dengan ditiup.
(4) Tata vadya, bunyi dihasilkan oleh getaran dawai yang dipetik atau digesek.
Diposkan oleh di 22.21

Pengertian Seni Karawitan

  • Posted on April 22, 2013 at 11:01 am

 

Pengerian karawitan yaitu seni suara manusia atau bunyi waditra yang sesuai dengan tradisi daerah.
ada 3 unsur yang harus di jelaskan diantaranya pengertian tentang Suara ,Tradisi,Daerah.
Pengertian suara yang terdapat dalam karawitan ialah suara manusia{vokal}dan suara yang berasal dari bunyi-bunyi waditra {instrumen}.
Suara Suara yang di hasilkan mestilah memenuhi syarat sebagai ungkapan musik,maksud nya sesuatu yang mempunyai arti yang proses pengelolahnnya berdasarkan kaidah-kaidah musik, yang termasuk kedalam kaidah-kaidah musik adalag adanya unsur Nada ritme,harmonisasi,keseimbangan.
Tradisi
seni karawitan mesti berbijak pada tradisi .
Berikut ini ciri-ciri yang termasuk ke dalam kolom tradisi antara lain :
A. berusia tua
B.utuh atau horsinil,sesuai dengan kebiasaantata cara dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat karawitan tersebut hidup dan berkembang .
C.Turun-berturun dari satu generasi ke generasi lainnya
D.mempunyai aturan yang tepat dan biasannya tidak di ketahui penciptanny
Daerah

sedikit tentang saya

  • Posted on April 11, 2013 at 12:19 pm
Nama saya I Made Dino Adi Wiguna,saya berasal dari Br,Taro Kelod.Desa Taro.Kec,Tegallalang.Kab,Gianyar,saya lahir pada tgl 6 Mei 1994,saya hidup di keluarga yang sederhana,hobi saya bermain gamelan,saya mempunyai cita-cita menjadi seorang seniman dan ingin menjadi seorang kemposer.Nama ayah saya I Made Sukada dia bekerja sebagai petani dan nama ibu saya Ni Nyoman Seroni dia bekerja sebagai petani,saya mempunyai satu saudara laki-laki yang bernama I Wayan Dono  Artadi.
Dulu saya bersekolah di SDN 1 TARO pengalaman pada waktu SD saya sangat senang,setelah 6 tahun saya bersekolah di SDN 1 TARO banyak kejadian yang banyak berkesan,lalu saya melanjutkan sekolah di SMP KERTHA WISATA TARO,selama 3 tahun saya bersekolah di SMP KERTHA WISATA TARO banyak kejadian juga yang saya halami,dan sejak bersekolah di SMP KERTHA WISATA TARO saya mulai dari kelas 2 SMP dapat belajar gamelan bali dan dari situlah saya dapat mengenal dan dapat bermain gamelan bali sampai sekarang,setelah 3 tahun saya bersekolah di SMP KERTHA WISATA TARO,saya pun melanjutkan ke SMKN 3 SUKAWATI,dan dari situlah saya mengembangkan bakat dan minat saya di bidang belajar gamelan bali,saya banyak mendapatkan pengalaman dari SMKN 3 SUKAWATI, dan saya sejak bersekolah di situ saya dapat pentas ke luar kabupaten di bali dan dari situ saya banyak mendapatkan teman yang baik-baik.
Dan pengalaman saya pada waktu di SMK saya waktu kelas 1 pernah mengikuti lomba baleganjur bersama teman-teman se kelas,perlombaan itu sangat meriah sekali di hari itu saya sangat senang karana pada waktu hari itu sekolah saya ada acara ulang tahun sekolah,dan pada waktu kelas 2 saya terpilih mengikuti perlombaan mewakili sekolah saya bersama teman-teman saya ada lagi 9 orang,pada waktu itu sekolah saya mendapatkan juara 1,saya sangat senang di waktu itu karena bisa mengharumkan nama sekolah saya.
Dan pada waktu saya kelas 3 SMK saya dan teman-teman sekelas akan menghadapi ujian praktek dimana kelas saya trus berusaha latihan demi nama baiuk kelas saya,tetapi saya lega karna di waktu saya ujian itu teman-teman saya sangat semangat sekali mengikuti ujian praktek,dan setelah itu saya banya menghadapi ujian-ujian lainnya dan saya sangat senang karna saya bisa menghadapi ujian semuanya dengan sukses dan saya bisa tamat di SMKN 3 SUKAWATI.
 Setelah saya tamat di SMKN 3 SUKAWATI saya langsung melanjutkan kulih di ISI DENPASAR,saya melanjutkan ke ISI DENPASAR supaya saya bisa menjadi serjana seni dan menambah wawasan saya di bidang seni karawitan,dan supaya bisa saya mengembangkan di desa saya,dan pada waktu ini saya dapat mengikuti pawai di GIANYAR dengan acara ulang tahun kota GIANYAR,saya dapat magamel di pada waktu itu bersama sanggar di desa saya,saya sangat senang karna saya sudah 2 kali mengikuti pawai di GIANYAR,dan mudah-mudahan tahun depan saya bisa mengikuti acara pawai di GIANYAR lagi.
Dan waktu ini juga saya di banjar latihan tabuh bebarongan untuk di pakai pada waktu hari raya GALUNGAN dan KUNINGAN,lalu saya bersama sanggar di banjar saya megamel di sekelilingan banjar saya kalu di banjar saya yang dinamakan MELANCARAN.
 

Halo dunia!

  • Posted on April 11, 2013 at 2:11 am

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!

Top