Pembuatan Suling Gong Kebyar

Suling adalah instrumen aerophone, yaitu seruling bambu yang prinsipnya adalah end blow flute, memakai enam buah lubang nada, dan satu lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi. Suling Bali memakai siwer, dan mempunyai teknik permainan yang memerlukan tiupan terus-menerus yang disebut ngunjal angkihan (circular blown breathing), dan dibuat dengan bermacam-macam ukuran, dari ukuran besar dan panjang, menengah dan sampai ukuran yang paling kecil. Dalam karawitan Bali, suling mampu memberi kesan lebih hidup dan lebih dinamis dalam melengkapi barungan gamelan Bali. Dibuat sederhana dari sebatang bambu, namun dibalik kesederhanaannya suling menunjukkan identitasnya sebagai sebuah instrumen yang sangat unik, memiliki tingkat permainan yang tinggi, aturan cara pembuatannya yang cukup rumit, serta memiliki fungsi yang cukup beragam. Tulisan ini mempergunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yaitu berupaya menjawab tantangan untuk memahami, memberikan interpretasi pada fenomena emperis yang dipadu dengan sistem logika dan nilai kebenaran dalam Seni Karawitan Bali.

Untuk mendapatkan suara suling yang baik dan berkualitas perlu diperhatikan beberapa persyaratan tertentu, karena dalam proses membuat diperlukan adanya kecermatan dan ketelitian baik dari mulai memotong bambu, cara melubangi dan sampai kepada langkah terakhir hingga suling itu berfungsi sebagai instrumen untuk melengkapi barungan tertentu. Kualitas suara suling sangat ditentukan oleh beberapa hal seperti; bahan (bambu) yang dipakai, ukuran suling dan teknik melubangi.


a. Memilih Bambu
Bambu yang baik dan dipilih untuk suling diusahakan
sedapat mungkin adalah bambu Bali atau tiying Bali asli.
Suara suling yang dihasilkan dari tiying Bali cukup keras
dan tajam (santer). Karena kesulitan untuk memperoleh
bambu yang asli, kebanyakan mempergunakan bambu jajang yang berasal dari daerah Kintamani, Kabupaten Bangli. Memiliki ciri-ciri: batangnya lurus, mulus dan mengkilat, serta sangat mudah didapat sehingga memilih bambu yang berkualitas cukup memungkinkan. Syarat-syarat memilih bambu yang dipergunakan untuk suling, adalah : 1) dipilih bambu yang sudah tua (wayah) atau bagi yang sudah menekuni disebut nguyung (bahasa Bali), 2) batangnya agak lurus dan besar, dipilih sesuai dengan kebutuhan, dan 3) kalau dapat, usahakan bambu yang bersentuhan (mekosod) dengan bambu atau pohon lain yang ada disebelahnya.


b. Waktu Memotong Bambu
Seperti halnya dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan, menurut kepercayaan di Bali yang sudah diwarisi secara mentradisi, biasanya dipilih hari yang terbaik untuk jenis kegiatan tertentu, seperti mulai bercocok tanam, membuat dasar bangunan, kegiatan upacara dan sebagain ya. Memotong bambu untuk membuat suling menurut tanggapan beberapa orang boleh-boleh saja, tetapi bagi
orang yang mempunyai keyakinan atau kepercayaan yang
kuat, tetap tidak boleh gegabah, apalagi suling yang dibuat
dipergunakan untuk dirinya atau pesanan dari sekaa tertentu. Hasil karya yang dibuat tetap dipertahankan “kualitasnya” agar dapat memberi kepuasan jiwa bagi yang sedang menikmati dan kepada para pemain diberi kekuatan serta penuh rasa percaya diri, atau sering dikatakan dengan istilah metaksu. Hari baik (dewasa ayu) memotong bambu untuk bahan membuat suling adalah Saniscara, Kajeng, Paing, serta diusahakan memotong sebelum matahari terbit atau menjelang tengah hari (jejeg surya). Bambu yang sudah dipotong dibiarkan beberapa hari sampai daunnya rontok dan batangnya kering

c. Ukuran Membuat Suling
Ukuran suling sangat menentukan kualitas suara suling. Suling tidak dapat dibuat menurut ukuran yang pasti, karena tergantung dari bambu yang didapat. Menurut keterangan I Wayan Roja, ukuran suling dalam artian panjang bambu yang dipotong untuk suling sangat ditentukan oleh besarnya bambu, atau dapat dikatakan bahwa untuk dibuat menjadi suling sudah membawa ukuran tersendiri, dalam bahasa Bali disebut sikut ibane. Secara umum panjang suling sama dengan lima kali (5 x) lingkaran bambu yang dipakai. Dalam perhitungan bahwa bambu dibagi dua, yaitu dua kali (2 x) lingkaran bambu ke-atas (samping kiri) dan tiga kali (3 x) lingkaran bambu ke bawah (samping kanan). Tepat pada bagian itu mulai dibuat lubang pengatur nada sebanyak enam buah lubang
menuju ke bawah (samping kanan).

d. Teknik Melubangi
Bambu dilubangi dengan alat-alat seperti; mutik, pahat
pemuku, taji dan potongan bambu. Semua jenis alat ini
sangat langka, jarang ada orang yang memiliki kecuali
memiliki profesi sebagai pengrajin suling.
Lubang suling yang berbentuk lingkaran atau yang disebut
lubang pengatur nada, dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Bambu dilubangi dengan mutik. Mutik adalah salah
    satu alat yang dipakai oleh pematung (pemahat kayu),
    bentuknya seperti pisau agak kecil, ujungnya runcing
    dan tajam. Lubang dibuat dengan menukikkan ujung
    mutik pada bambu tempat lubang dibuat, mutik diputar-putar secara perlahan sampai lubang terbentuk.
  2. Setelah lubang terbentuk, lalu dibuat berbentuk lingkaran dengan mempergunakan pahat pemuku (pahat lengkung) sebesar lubang yang diinginkan.
  3. Langkah selanjutnya lubang dihaluskan dengan taji. Taji adalah alat (senjata) yang diperguanakan oleh ayam jantan pada saat para penjudi mengadakan sabungan ayam (tajen). Untuk membuat lubang menjadi halus dang mengkilat digosok-gosokan dengan kusu ; alat khusus yang dibuat dari bambu menyerupai batangan kawat kecil sepanjang 15 cm yang berfungsi untuk membersihkan lubang pengatur nada.
  4. Demikian juga halnya dengan lobang pengatur nada yang lain, dibuat seperti langkah-langkah di atas.
  5. Langkah yang terakhir adalah menghaluskan dan membuat lubang pengatur nada mengkilat dengan mempergunakan kusu ; yaitu potongan bambu yang dibuat bulat menyerupai batangan kawat kecil, panjangnya kira-kira 15 cm dan besarnya sama dengan besarnya lubang yang ada. Kusu diputar-putar pada lubang sehingga lubang-lubang pengatur nada kelihatan halus dan ampis. Cara ini disebut dengan ngirik.

Sedangkan membuat lubang pemanis tidak seperti membuat lubang pengatur nada, karena bentuknya persegi empat, alat yang dipakai cukup dengan mempergunakan mutik dan dihaluskan dengan taji. Tidak seperti lubang pengatur nada, sulitnya membuat lubang yang bulat. Hanya saja membuat lubang pemanis diperlukan ketelitian, kecermatan dan kesabaran untuk menafsiran tinggi-rendah suara yang akan dibuat. Jadi kualitas dan tinggi-rendah suara suling sangat ditentukan oleh lubang pemanis