UPACARA NGENDAR YANG HANYA TERDAPAT DI BANJAR SEKARMUKTI/PUNDUNG

1395896_699655403397124_1173159662_nDi desa saya kusus nya di banjar sekarmukti, desa pangsan, kecamatanh petang terdapat sebuah tradisi yang di turunkan turun temurun dari nenek moyang saya. Tradisi tersebut dinamakan upacara Ngendar. Apakah anda tau apa itu “Ngendar”? mungkin kata ini masih asing bagi sebagian orang terutama bagi orang yang bukan penduduk banjar sekarmukti. “Ngendar berasal dari akar kata “Endar” yang artinya bubur, diberi awalan ‘ng’ sehingga menjadi kata “Ngendar” yang akhirnya memiliki arti membuat bubur”. Tradisi ini adalah suatu rentetan upacara dari piodalan di pura Nataran Agung Sekarmukti. Uniknya upacara ini adalah , pada saat upacara Ngendar ini tidak diperbolehkan orang dewasa ikut melakukannya kecuali Daha dan Teruna, karena jika ada orang dewasa yang ikut maka akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Adapun sejarah keberadaan Upacara Ngendar yang di tuturkan kakek saya sebagai berikut:

            Pada suatu hari terdengarlah suara seorang yang sedang menyanyikan kidung-kidung suci dengan suara yang indah. Diperkirakan pusat suara nyanyian yang merdu tersebut berasal dari salah satu pelinggih/gedong di area pura Puseh Pingityang dinyanyikan oleh seorang wanita. Suara nyanyian tersebut sempat terdengar oleh seorang pemuda. Dan akhirnya si pemuda tersebut merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya tertarik untuk berjalan mendekati sumber suara dengan magsud untuk mengetahui siapa gerangan gadis yang sedang bernyanyi dengan merdunya. Dalam angan pemuda itu terbayang bahwa gadis pemilik suara indah tersebut berparas cantik dengan keindahan-keindahan fisik lainnya hingga berdebar-debarlah hati si pemuda itu.

            Karena tidak dapat menahan perasaannya, sang pemuda pun berkata “Aduh merdunya suara nyanyian tersebut! Siapakah gerangan gadis yang menyanyikan lagu itu? Terasa sungguh berdebar jantungku mendengarnya. Andaikan engkau mau menampakan diri kepadaku bagaimanapun rupa orang itu aku akan berkehendak untuk mengambil dirimu sebagai istriku untuk sehidup semati”. Rupanya wanita yang sedang bernyanyi itu mendengar perkataan yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Kemudia keluarlah wanita itu dari pelinggih untuk menampakan dirinya kepada si pemuda. Namun setelah pemuda tersebut melihat wanita yang hendak dijadikan istri menjadi kaget karena ternyata yang keluar itu sangat jauh daripada bayangannya. Wanita itu adalah seorang yang usianya sudah agak tua yang memiliki gondok yang sangat besar pada lehernya.

            Demikian melihat wanita dihadapannya tanpa berkata apa-apa lagi pemuda itu pun lalu pergi meninggalka wanita itu sendiri dan lupa dengan kata-kata yang telah diucapkannya. Dan sejak itu wanita pelantun kidung suci tersebut berjanji tidak akan bersuami atau menikah sampai kapanpun karena merasa dikecewakan. Untuk melupakan kekecewaan dan rasa sakit hatinya ia bersumpah untuk lebih banyak bergaul dengan anak-anak kecil dan mengajarkan cara-cara membuat banten untuk upacara dan jenis-jenis upakara yang diperlukan dalam kegiatan upacara serta mengajarkan pula cara memasak (tahap awal) yang paling sederhana yaitu memasak bubur/endar dan memasak dari bahan tumbuh-tumbuhan lainnya yang selanjutnya dipersembahkan pada piodalan di Pura Penataran Agung. Semenjak itulah masyarakat banjar Sekarmukti selalu mempersembahkan banten endar sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh wanita yang keluar dari pelinggih/gedong pura Puseh Pingit.

            Upacara ngendar adalah suatu rentetan upacara yang dilaksanakan pada setiap piodalan di Pura Penataran Agung (tepatnya di pura Puseh Pingit) di banjar Sekarmukti, desa Pangsan ,kecamatan Petang. Yang jatuhnya pada hari Buda Umanis wuku julungwangi atau 15 hari sebelum galungan. Upacara ini dilakukan oleh sekelompok anak yang belum menstruasi yang dinamakan “Juru Endar” yang dibantu oleh saya Daha dan Teruna.

            Saya Daha dan Teruna adalah suatu organisasi kepemudaan dimana anggota dari organisasi ini adalah para pemuda dan pemudi dari banjar Sekarmukti yang belum menikah. Organisasi ini harus selalu berperan aktif dalam segala keagamaan atau upacara yadnya yang diselenggarakan oleh banjar Sekarmukti termasuk dalam upacara Ngendar. Adapun tugasnya adalah untuk membantu juru endar dalam mempersiapkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan Ngendar dan hal-hal lain yang sekiranya ada yang tidak dapat dikerjakan oleh juru endar.

            Menurut salah satu nara sumber yang saya datangi disebutkan bahwa upacara ini sangat unik dan sakral dimana pada saat ngendar /ngerateng (memasak) tidak ada orang dewasa yang boleh melihat ke pura puseh pingit itu yang letaknya di sebelah utara luwur Pura Penataran Agung. Karena menyebabkan apa yang dimasak semua bisa gosong. Bahkan pemangku sekalipun tidak boleh melihatnya. “Upacara ngendar ini hanya terdapat dan dilaksanakan oleh masyarakat di banjar Sekarmukti”. Ungkap Jero Mangku Nataran yang bernama lengkap I Made Kintil tersebut.

            Menurut Jero Mangku Nataran bahwa upacara Ngendar dimulai sehari sebelum piodalan sekitar pukul 08:00 pagi yang diawali dengan membuat sarana atau jejaitan untuk perlengkapan upacara itu, seperti canang, taledan, kojong gadungan dan masih banyak lagi. Setelah jejaitanitu selesai, dilanjutkan dengan mempersiapkan alat-alat ngendar seperti beras, ketan, ayam dan lain sebagainya. Ketika semua sarana telah siap, hari pun telah gelap dan para juru endar dipersilahkan istirahat sebelum upacara ngendar dilakukan. Sekitar pukul 02:00 pagi para juru endar dibangunkan, dan siap melakukan upacara ngendar. Diawali dengan memasak nasi, dilanjutkan dengan memasak bubur hingga lauk pauk yang akan mengisi bubur dan nasi itu. Disinilah upacara ini terbilang sakral. Karena pada proses pemasakan ini tak boleh ada satu orang dewasapun yang boleh melihat upacara tersebut. Jika hal itu dilanggar maka semua masakan akan menjadi gosong. Setelah semua masakan terselesaikan dilanjutkan dengan menata ( mentanding) masakan yang sudah jadi itu. Ketika masakan sudah tertata dengan rapi maka selesailah upacara ngendar tersebut.

 ( Sumber Informan  ;  1. Kakek Saya ” I Wayan Mareg ” umur :85 th, alamat :Banjar sekarmukti  , 2. Pemangku Pura Nataran Agung ” I Made Kintil, umur : 78 , banjar sekarmukti, desa pangsan  )