darmayasa

5 Januari 2012

Bullet for valentine – Suffocating Under Words of Sorrow

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 2:18 pm

“Suffocating Under Words of Sorrow

Adalah single kedua dari band metalcore Bullet My Valentine Welsh yang artinya “Kata-kata menyesakkan bawah Kesedihan, pada album debut mereka, The Poison. Album ini dirilis pada tanggal 19 September 2005 melalui Noise Records Terlihat di Inggris. Ini memecahkan Top 40 untuk band di Inggris, masuk tangga lagu di Nomor 37.Single ini dirilis dalam tiga format, satu CD dan dua 7 “LP itu. Dua dari tiga format menampilkan satu lagu live dari album debut mereka, The Poison.Lagu ini juga muncul pada soundtrack Saw III.Ketika bermain tinggal sebagian besar berteriak telah diambil alih oleh bassis band, Jay.

Aspek-aspek yang Mendukung

  1. Lighting
  2. Soundsystem

Komentar Tentang Konser Bullet For My Valentine

Lighting

Apabila dilihat dari segi lighting,ada beberapa sesi yang seharusnya memerlukan pemerataan lighting,salah satunya adalah pada awal lagu,karena pada awal lagu ada beberapa atraksi/permainan gitar dan drum yang seharusnya memerlukan lighting agar permainan gitar dan drum lebih kelihatan.

Soundsystem

Ditinjau dari segi Soundsystem,pada awal lagu,perpaduan antara beberapa Sound sudah Nampak seimbang,namun pada Akhir lagu ada beberapa permainan gitar yang kurang begitu jelas kedengarannya.

28 Desember 2011

SEJARAH GONG KEBYAR DI BR. TANGGUNTITI TONJA DENPASAR UTARA

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 11:51 am

Asal mula adanya gong kebyar di

Br. Tangguntiti tonja

Menurut nara sumber dari Banjar Tangguntiti yaitu I Wayan Renda , gamelan yang berada di Banjar Tangguntiti, dibuat pada tahun 40 an , dibuat di pura dalem Kebon Boni oleh penglingsir-penglingsir dari Banjar Tangguntiti, Karena dulu pada piodalan pura dalem kebon boni yang jatuh pada buda manis sesudah galungan di saat piodalan tidak pernah memyajikan (menghaturkan) sesolahan dan iringan iringan gending pada piodalan hanya menggunakan kidung saja, karna itu penglinsir br. Tangguntiti pun membuat suatu barungan gambelan keklenyongan seperti gong gede memper gunakan gangsa jongkok, sekian tahun berjalan dan masuknya kreasi gambelan gong kbyar penglinsir br. Tanguntiti mengubahnya menjadi gong kebyar yang dibuat di pura dalem kebon boni dan bekerja sama dengan kerama br. tangguntiti desa tonja karna itu penglingsir dari br. Tngguntiti ingin agar anak cucunya ingat kepada ida sang hyang widhi dan melestarikan budaya di masa mendatang karna itu penglingsing mengembangkan gangsa atau barungan gmbelan gangsa jongkok menjadi barungan gambelan gong kebyar.

 Keunikkan gong kebyar di br. Tangguntiti desa tonja

Menurut nara sumber bpk I Wayan Renda gong kebyar ini memiliki bilah gangsa dan kantil yang berjumlah 11 bilah. Pada umumnya nada gangsa dan kantil pada gong kebyar diawali dengan nada ‘ndong’ dan jumlah bilah yang terdapat pada gangsa, kantilnya 10 bilah, namun pada gamelan gong kebyar di Banjar Tangguntiti desa tonja terdapat keunikan yaitu pada gangsa dan kantil gong kbyar diawali dengan nada ‘nding’ dan karna itu gambelan gong kbyar di br. Tangguntiti memiliki bilah yang aneh yaitu 11 bilah.

Menurut I Wayan Renda gamelan gong kebyar yang berada di Banjar TanggunTiti yang ganggsa dan kantilnya di mulai dari nada nding, karena penglingsir kami ingin semua keturunannya memiliki keheningan pada saat memainkan instrument tersebut dan gamelan tersebut dikatakan berunsur Tri Sakti oleh I Wayan Renda karena dibuat ditempat suci Pura Dalam Kebon Boni maka gamelan gong kebyar yang berada di Banjar Tangguntiti menggunakan nada nding pada nada pertama pada instrument gangsa dan kantil.

 

 

Banjar Tangguntiti juga memiliki satu buah gong yang disakralkan (Gong Due) karena pada tahun 40an, gong tersebut di beli di Klungkung tetapi suaranya tidak bisa cocok untuk pelegongan dan tabuh-tabuh lelambatan, karena tidak cocok kemudian dijual ke Sading, dan pada saat gong dibawa sesampainya di sana pada malam harinya rumah sang pembeli di getarkan oleh gong tersebut. Keesokan harinya gong itu dikembalikan ke Banjar Tangguntiti Tonja .

Setelah gong tersebut dikembalikan keanehan demi keanehan terus menerus terjadi di Pura Dalem Kebon Boni. Disaat para penglingsir kami mengiringi piodalan di Pura Dalem dan mengiringi tari setiap dibunyikan gong tersebut selalu memecahkan gong pasangannya dan terus menerus seperti itu. Setelah ditanyakan kepada orang pintar ( balian ) , ternyata terdapat ( melinggih) penunggu di gong tersebut dengan sebutan Ratu Ngurah Agung dan dibuatlah tempat atau pelinggih untuk pelinggian gong tersebut di Banjar Tangguntiti Tonja dan gong itu tidak pernah di pakai sampai sekarang. Maka menurut penglingsir-penglingsir dikatakan gong tersebut sebagai gong sacral (gong due).

 

UJIAN GARAPAN SAREB (SENANDUNG REBAB)

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 9:29 am

PENATA : IWAYAN SUARJAYA

NIM : 200702006

PROGRAM STUDI : SENI KARAWITAN

PENDUKUNG KARAWITAN :

MAHASISWA SEMESTER IV SENI KARAWITAN ISI DENPASAR

SISWA SMKN 5 DENPASAR

SISWA SMKN 3 SUKAWATI

SAREB berasal dari penggabungan dua kata yaitu senandung dan Rebab. Sareb merupakan sebuah garapan karawitan inovatif yang mengacu pada konsep music eksperimental dengan mengolah suara dan teknik permainan instrument rebab bali dan suling bali. Keaneka ragaman yang mengacu pada pengolahan melodi, ritme, tempo dan dinamika menjadi ide pokok dalam penciptaan garapan ini.

 

Dalam garapan ini banyak aspek-aspek yang mendukung yaitu aspek Lighting dan aspek Sound System.

Aspek Lighting

Dilihat dari aspek lighting, pencahayaan dalam pementasan garapan ini pada saat awal mulai cahaya kurang di bagian belakang, dan jika dilihat dari kejauhan cahaya sangat silau atau cahaya terlalu terang.

Aspek Sound System

Dilihat dari aspek sound system, pada saat menggunakan teknik memetik dalam memainkan rebab,suara rebab kurang menonjol.sehingga kurang jelas suara rebab terdengar.

21 Desember 2011

BIOGRAFI TOKOH SENIMAN DI BR.TANGGUNTITI TONJA DENPASAR UTARA

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 12:40 pm

I WAYAN RENDA

 

Kepribadian I Wayan Renda

Keseharian bliau adalah seorang petani, namun kegiatan yang selalu dilakoni adalah kegiatan yang menyangkut tentang seni karawitan, bliau sangat dikenal di beberapa banjar di tonja sebagai seniman alam (non akademik) yang sangat gemar mengembangkan seni di banjar tangguntiti tonja khususnya.

 

Perjalanan seni I Wayan Renda

Seniman kelahiran 1947 dikenal sebagai pelatih tabuh di br. Pengukuh dan di banjar tega desa tonja, bliau perna mementaskan suatu pertunjukan di atas kapal pesiar pada thn 1992 bersama ska gong wirajana br. Tangguntiti tonja, dan bliau pernah juga mengikuti festifal tarian tradisional di Jakarta mewakili bali membawakan tarian sakral di pura kebon boni untuk di pentaskan di festifal tersebut bersama ayah bliau alm  I Wayan kebut pada tahun 1988.

 

Alm. I Wayan kebut

(seniman alam thn 1947 di banjar tanguntiti tonja)

30 Juni 2011

Gambelan Gong Kebyar

Filed under: Lainnya —— darmayasa @ 3:16 pm

1. Bentuk Fisik Gambelan Gong Kebyar

Gamelan Gong Kebyar sebagai perangkat/barungan yang

berlaraskan pelog lima nada, secara fisik dapat dibedakan menjadi dua

model. Pertama, bentuk fisik daun gamelan yang berbentuk bilah dan

berbentuk pencon terbuat dari kerawang. Kerawang adalah campuran

antara timah murni dengan tembaga (Rembang, 1984/1985 : 8).

Kadang-kadang gamelan Gong Kebyar juga dapat dibuat dari besi atau

pelat. Sedangkan kedua adalah tempat dari bilah dan pencon

digantung/ditempatkan disebut pelawah. Khusus untuk instrument

bilah, pada pelawah ditempatkan resonator yang terbuat dari bambo

ataupun paralon. Sedangkan pelawah untuk instrument reyong dan

trompong bentuknya memanjang dan di atasnya ditempatkan

instrument bermoncol/pencon yang dicincang dengan tali pada lubang

gegoroknya. Penempatan nada-nada kedua instrument ini berjejer dari

nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan

ukurannya besar ke kecil (nirus). Kedua instrument ini tanpa

mempergunakan resonator. Sedangkan untuk instrument yang lainnya

seperti instrument gong, kempur dan klentong hanya digantung pada

trampa yang disebut dengan sangsangan. Selain itu juga instrument

kajar hanya ditempatkan pada atas trampe tanpa resonator, sedangkan

untuk instrument cengceng gecek, cakepannya diikat pada atas pelawah

yang berbentuk kura-kura/empas, angsa ataupun bentuk lainnya.

Pelawah gamelan Gong Kebyar memiliki bentuk yang berbedabeda

tergantung pemesannya. Perbedaan dimaksud terletak pada bagian

panilnya. Panil adalah model ukirang yang terletak pada pelawah bagian

depan dan belakang. Pelawah Gong kebyar ada yang memakai panil, ada

juga tanpa panil. Sedangkan panil yang dipergunakan juga berbedabeda,

ada yang mengambil ceritra pewayangan/parwa (epos Ramayana

dan Mahabrata) ataupun mengambil ceritra tetantrian atau cerita

tentang binatang. Jelas secara bentuk fisiknya telah terjadi perbedaan,

walaupun secara substansi barungan Gong Kebyar memiliki persamaan

dan telah mengakar di masyarakat. Kualitas bunyi sangat tergantung

pada resonator yang dipergunakan. Bahan baku bamboo dipilih secara

selektif untuk dapat menghasilkan suara gamelan yang bagus. Secara

fisik ukuran bilah dan pencon dalam gamelan gong kebyar disesuaikan

dengan fungsi masing-masing instrument dalam barungnya. Sehingga

bagaimanapun bentuk fisiknya jelas telah mempertimbangkan aspekaspek secara total dalam rancangan keberadaan Gong Kebyar saat ini.

2. Fungsi dan teknik masing-masing instrument

Gamelan Gong Kebyar memiliki instrumentasi yang cukup besar.

Masing-masing instrument dalam barungan memiliki fungsinya

tersendiri sesuai dengan ciri khas gamelan gong kebyar yaitu

“NGEBYAR”. Sesuai dengan namanya Gong Kebyar, penerapan teknik

juga enerjik. Repertoar gamelan gong kebyar memakai teknik-teknik

yang sangat komplek. Masing-masing instrument telah memiliki teknik

tersendiri dalam sebuah lagu. Begitu juga fungsi alat dalam

perangkat/barungan saat memainkan lagu disesuaikan dengan

kebutuhan lagu yang dibawakan. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan

sebagai berikut:

  • Satu tungguh trompong dalam barungan gong kebyar memiliki

sepuluh buah moncol/pencon yang merupakan nada ndang

rendah sampai nada ndung tinggi. Instrumen ini dimainkan oleh

seorang penabuh dengan dua tangan memakai panggul yang

disebut panggul trompong. Dalam sebuah barungan, instrument

ini berfungsi untuk pembawa lagu, juga membuka/pengawit

sebuah gending yang dalam barungan membawa melodi dengan

tekniknya tersendiri. Gagebug trompong sekar tanjung susun

namanya. Sistem ini adalah gambaran keindahan permainan

trompong yang dalam sub tekniknya seperti: Ngembat,

Ngempyung, Nyilih asih, nguluin, nerumpuk, ngantu, niltil, ngunda dan ngoret.

  • Satu tungguh instrument Reyong. Instrumen riyong adalah suatu

instrument yang berbentuk memanjang. Instrumen ini memiliki

jumlah moncol/pencon sebanyak 12 buah dengan susunan nada

dari nada : 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7 dibaca ndeng, ndung, ndang,

nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan

ndung. Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh dengan

mempergunakan masing-masing dua buah panggul pada tangan

kanan dan kiri. Teknik permainan yang diterapkan adalah tehnik

ubit-ubitan yang dalam barungan gamelan sepadan dengan

cecandetan, kotekan, tetorekan yang mengacu pada teknik

permainan polos dan sangsih yang dalam lontar Prakempa disebut gagebug .(Bandem:1991:16). Lebih lanjut dalam lontar ini gagebug rereyongan disebut I gajah mina namanya. Pemain reyong pertama dan ketiga (dari kiri) memainkan pukulan polos, sedangkan pemain kedua dan keempat memainkan pukulan sangsih. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nada untuk dapat memainkan teknik-teknik di atas.

  • Dua buah Instrumen Ugal. Instrumen ugal/giying adalah sebuah

instrument yang mempunyai jumlah bilah 10 (sepuluh) buah

dengan susunan nada-nadanya dari kiri ke kanan. 4 5 7 1 3 4 5 7 1

3 dibaca ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng,

ndung, ndang, dan nding. Instrumen ini dimainkan oleh

seorang pemain dengan alat pemukul (panggul). Fungsi dalam

barungan adalah sebagai pembawa melodi dan memulai sebuah

gending yang dibawakan. Selain itu instrument ugal dapat

mengendalikan atau memimpin sebuah lagu untuk pemberian

keras lirih/nguncab-ngees sebuah gending. Beberapa tehnik

pukulannya adalah: Ngoret, Ngerot, netdet, ngecek, neliti, ngucek,

gegejer, oncang-oncangan dan ngantung.

  • Gansa pemade dan gangsa kantil. Barungan Gong Kebyar

memiliki empat instrument gangsa pemade dan empat instrument

gangsa kantil. Instrumen ini memiliki sepuluh nada dalam

tungguhnya, dan urutan nadanya sama dengan instrument ugal.

Hanya saja instrument kantil lebih tinggi oktafnya dari gangsa

pemade. Jadi secara estetika perbedaan oktaf tersebut untuk

seimbangan dan harmonisasi. Kedelapan

instrumen ini berfungsi membuat jalinan-jalinan/kotekan dalam

sebuah gending. Pemberian ilustrasi oleh instrument ini dapat

memperkuat lagu pokok. Beberapa teknik gagebug/pukulan yang

diterapkan dalam instrument gangsa seperti: teknik pukulan

nyogcag, bebaru, tetorekan, norot, ngoret, niltil, ngucek, oncangoncangan dan lain –lain sesuai dengan kebutuhan gendingnya.

  • Dua instrumen Penyacah: Instrumen ini mempunyai jumlah bilah

sebanyak tujuh buah dengan susunan nada: 1 3 4 5 7 1 3 dibaca

ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. berfungsi sebagai

pemangku lagu/mempertegas jalannya melodi (pukulannya lebih

rapat dari jublag).Secara fisik ukurannya lebih kecil dari

instrument Jublag. Teknik permainannya sangat melodis pada

setiap matra lagu.

  • Dua instrument Jublag. Instrumen jublag adalah suatu

instrument yang memiliki jumlah bilah lima buah, dengan

susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng, ndung,

ndang. Besar kecilnya nada diambil dari instrument

ugal/giying. Funfsinya dalam sebuah barungan adalah sebagai

pemangku lagu, memperkuat/mempertegas melodi pada ruasruas

gending. Teknik pukulan yang diterapkan adalah: neliti,

magending, nyele/nyelah.

  • Dua instrument Jegogan. Instrumen Jegogan merupakan

instrument bilah yang paling besar ukurannya dalam barungan

Gong Kebyar. Instrument ini memiliki bilah sebanyak lima buah

dengan susunan nada 3 4 5 7 1 dibaca nding, ndong, ndeng,

ndung ndang. Instrumen ini berfungsi sebagai pemangku lagu

dan memberikan aksentuasi kuat pada ruas-ruas gending

(pukulannya lebih jarang dari jublag)

  • Satu Kempur: Merupakan instrument berpencon yang besarnya

memiliki diameter 50-60 cm. Dengan digantung pada sebuah

sangsangan, instrument ini berfungsi sebagai pemangku irama

(ritme) dan sebagai pematok ruas-ruas gending serta sebagai

pemberi aksen-aksen sebelum jatuhnya gong. Pola pukulannya dapat memberikan identitas ukuran tabuh yang dibawakannya. Sepert:

tabuh pisan satu kempur dalam satu gong, tabuh dua, ada dua

kempur dalam satu gongannya, dan seterusnya.

  • Satu instrument Kemong: Instrumen kemong adalah merupakan

instrument berpencon yang dalam settingya digantung pada

sangsangan kecil yang disebut trampa. Fungsinya dalam

barungan adalah untuk pengisi ruas-ruas lagu. Biasanya

penerapan pukulan kemong pertanda gending yang dibawakan

telah mencapai setengah dari gending secara utuh (kecuali

pengawak palegongan). Pola pukulannya adalah: Tunjang sari,

  • Dua buah Gong lanang dan wadon: Instrumen gong adalah

instrument berpencon yang ukurannya paling besar dalam Gong

Kebyar. Terbuat dari kerawang dan memiliki ukuran diameter 65 – 90 cm. Dilihat dari fungsinya, instrument ini berfungsi sebagai

finalis lagu (menghakhiri lagu). Sebagai finalis lagu instrument ini memiliki jenis pukulan yang disebut Purwa Tangi.

  • Kendang Lanang Wadon: di atas telah dipaparkan tentang

instrument kendang. Akan tetapi dalam sebuah barungan

kendang berfungsi sebagai pemurba irama. Disamping itu

kendang dapat mengatur tempo, keras liris gending dan lain-lain.

Beberapa pukulan kendang antara lain: Motif bebaton, gegulet,

jejagulan, bebaturan, gupekan, milpil, dan lain-lain.

  • Beberapa suling dengan berbeda ukuran: Suling merupakan

instrument melodis yang dalam komposisi lagu sebagai pemanis

lagu. Teknik permainan bisa simetris dengan lagu ataukah

memberikan ilustrasi gending baik mendahului maupun

membelakangi melodi gending.

  • Satu Cengceng Kecek: Secara fisik cengceng gecek memiliki dua

bagian yaitu: dua alat pemukul (penekep) disebut bungan

cengceng, dan cengceng tatakan. Dalam tatakan terdapat kurang

lebih lima buah cengceng yang diikat pada pangkonnya. Untuk

memunculkan suara, cengceng penekep dipegang oleh dua tangan

dan dimainkan dengan dibenturkan sesuai tekniknya. Adapun

beberapa jenis pukulannya adalah: pukulan malpal, ngecek,

ngelumbar dan lain-lain. Sedangkan fungsinya dalam barungan

adalah untuk memperkaya ritme/angsel-angsel tanpa memakai

tehnik jalinan.

  • Satu buah kajar: Instrumen ini merupakan salah satu

inmstrumen bermoncol/pencon yang berfungsi sebagai pembawa

irama. Adapun jenis pukulannya adalah pukulan Penatas lampah

yang artinya pola pukulan kajar yang mengikuti pola ritme yang

ajeg dari satu pukulan ke pukulan berikutnya dalam jangka

waktu serta jarak yang sama.

  • Satu buah rebab: Instrumen rebab merupakan instrument gesek

yang dalam barungan gamelan sebagai penyeimbang/ harmonisasi

lagu. Instrumen ini membutuhkan pengeras suara karena secara

kualitas suara sangat nyaring, namun tidak mampu menimbulkan

suara keras. Sehingga instrument rebab sangat tepat

diharmoniskan dengan suling, dan pada saat pementasan dibantu

oleh pengeras suara.

3. Karakteristik Gong Kebyar

Gong Kebyar sebagai barungan gamelan yang tercetus di bali

utara sekitar tahun 1915 memiliki karakter yang multi karakter. Keras,

enerjik, bisa juga lembut, agung, hikmad, dan berbagai karakter bisa di

dapatkan dalam barungan ini. Sehingga barungan gong kebyar

dikatakan sangat pleksibel. Beberapa karakter dan fungsi gong kebyar

dapat di sampaikan sebagai berikut:

  • Bersifat praktis
  • Bisa untuk sajian gending pategak instrumental (lelambatan maupun kakebyaran).
  • Untuk iringan tari/dramatari: patopengan, bebarongan, palegongan, pearjan dll.
  • Kususnya untuk iringan tari kakebyaran
  • Sanggup mentranspormir repertoar ensamble-ensamble lain
  • Mengundang aksi penampilan secara tidak terbatas.
  • Sebagai sarana diplomasi kebudayaan melalui misi kesenian, yang hampir setiap lawatan ke manca Negara memakai gong kebyar, bahkan telah banyak Negara lainnya di dunia memiliki perangkat ini.

Gong Kebyar memiliki sifat pleksibelity yang tinggi.

seperti ia: mempesona, menarik, menyentuh, bersahabat dan inovatif.

sumber : www.google.com

Powered by WordPress WPMU Theme pack by WPMU-DEV.