tata caradan arti persembahyangan

This post was written by darmawan on Juni 1, 2012
Posted Under: Tulisan

 Latar Belakang

Di era globalisasi ini, masyarakat cenderung lebih memilih gaya hidup yang serba mewah. Hal ini sedikit tidaknya juga diakibatkan oleh perkembangan jaman maupun perkembangan teknologi yang sudah semakin maju. Selain itu, faktor penyebab dari terobsesinya para masyarakat untuk dapat hidup mewah adalah karena adanya suatu persaingan, ingin menjadi orang terpandang, mematok target hidup yang tinggi, maupun karena pengaruh dari budaya lain. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat rela menghabiskan waktu untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat primer (pokok), skunder (kebutuhan hidup tingkat kedua), maupun yang bersifat tersier (mewah). Kebutuhan hidup akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman yang sudah semakin maju. Kebutuhan hidup yang sesungguhnya masih bisa ditunda menjadi semakin didahulukan karena kebanyakan orang masih belum merasa puas dengan apa yang sudah ia miliki.

Dari pernyataan ini, dapat diketahui bahwa kesadaran para masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama sudah mulai menurun. Walaupun bekerja adalah suatu hal yang wajib dalam kehidupan, alangkah baiknya jika waktu bekerja dan waktu sembahyang dapat diseimbangkan. Jika waktu sembahyang dan bekerja sudah seimbang, itu berarti bahwa seseorang akan dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. Karena, setelah melakukan ritual persembahyangan, para umat beragama akan merasa lebih tenang dalam melakukan aktivitas keseharian yang sering kali menimbulkan kejenuhan dan membuat pikiran menjadi sumpek/stress.

            Berbicara mengenai hal persembahyangan, ada banyak sumber yang menjelaskan tentang hal tersebut dan ada banyak hal pula yang perlu diketahui mengenai ritual persembahyangan itu sendiri. Beberapa contoh hal yang patut diketahui tentang ritual persembahyangan khususnya bagi umat Hindu adalah mengenai “Pedoman Sembahyang dan Ajaran Ketuhanan Agama Hindu”. Mungkin banyak masyarakat yang sudah mengetahui dan memahami tentang hal tersebut serta ada pula yang mengetahui  namun belum memahaminya . Tidak hanya pemahaman dan pendalaman ajaran agama saja yang perlu dilakukan oleh umat beragama, implementasi/penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari juga perlu ditingkatkan lagi.

Dalam ajaran agama Hindu khususnya umat Hindu di Bali telah mengetahui berbagai jenis persembahyangan, diantaranya adalah Trisandhya dan Kramaning Sembah. Sesungguhnya inti dari persembahyangan tersebut adalah sama, yaitu sama-sama memiliki tujuan untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, memohon keselamatan bagi alam beserta isinya, memohon ampun atas segala dosa-dosa, memanjatkan puji syukur akan hal-hal yang didapatkan di alam semesta ini, memohon kedamaian lahir bathin, dan masih banyak lagi tujuan dari ritual persembahyangan tersebut. Pada intinya, ritual persembahyangan yang ditujukan kepada Sang Pencipta/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sangatlah bersifat religius dan sangat sakral karena mengandung nilai-nilai mistis dan spiritual.

Segala hal yang menyangkut dengan hal-hal mistis, haruslah dilakukan dengan selalu mengacu pada berbagai pedoman. Sehingga, kegiatan yang kita lakukan tidak melanggar atau bertentangan dengan ajaran tersebut. Agar ritual persembahyangan kita sebagai umat beragama menjadi lebih berkualitas dandapat menuju kesempurnaan, maka melalui karya tulis ini penulis mencoba menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan ritual persembahyangan bagi umat Hindu di Bali, sesuai dengan ajaran kitab suci Agama Hindu yang penulis kutip dari beberapa sumber buku.

Tujuan

            Tujuan yang ingin dicapai melalui gagasan ini adalah sebagai berikut:

1        Memberikan tuntunan bagi umat Hindu untuk dapat mengetahui langkah-langkah berbhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa.

2        Meningkatkan kesadaran bagi umat Hindu untuk dapat melaksanakan ritual persembahyangan secara berkualitas menuju kesempurnaan dari persembahyangan itu sendiri.

3        Memberikan pengetahuan kepada umat Hindu agar memahami Ajaran Ketuhanan.

4        Memberikan pedoman bagi umat Hindu agar pengamalan dalam melaksanakan ritual persembahyangan menjadi lebih terarah karena sesuai dengan ajaran agama yang terdapat dalam kitab suci Agama Hindu.

 GAGASAN

Kondisi Kekinian

Kebutuhan kehidupan yang semakin bertambah memaksa para masyarakat untuk selalu bekerja. Setiap harinya, manusia tidak pernah terlepas dari berbagai aktivitas yang bersifat pekerjaan. Bahkan ada yang rela mengorbankan waktu istirahat dan sembahyangnya hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan, karena kewajiban seorang manusia sebagai umat beragama sudah hampir dilupakan oleh kebanyakan masyarakat. Padahal, meningkatkan rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa merupakan suatu kewajiban pokok bagi umat beragama agar mampu menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju karena pengaruh budaya luar dan kehidupan yang sudah semakin sulit. Setiap umat beragama tentunya mengetahui dan mengenal ritual sembahyang. Namun masih banyak juga yang belum mengetahui makna dari persembahyangan, sikap sembahyang yang benar dan sesuai ajaran agama, makna dari sarana persembahyangan, dan berbagai hal yang terkait dengan ritual persembahyangan. Bahkan yang lebih parah lagi, masih banyak umat Hindu berpendidikan yang belum mampu mengucapkan mantram Trisandhya dengan benar, meskipun mantram tersebut merupakan mantram agama Hindu yang paling dasar dan telah diajarkan sejak baru mulai mengenyam bangku sekolahan. Dapat dikatakan bahwa masih banyak umat yang bersembahyang secara asal-asalan dan tidak berpedoman pada ajaran agama. Ritual persembahyangan merupakan hal yang sangat sakral dan ritual persembahyangan belum dapat dikatakan sempurna/berkualitas apabila tidak disertai dengan pemahaman serta penerapan tata cara persembahyangan yang sesuai dengan pedoman sembahyang dan ajaran-ajaran Ketuhanan menurut Agama Hindu.

Solusi Yang Pernah Ditawarkan

Mengembangkan minat para masyarakat untuk dapat melakukan ritual persembahyangan secara baik dan benar, bukanlah perkara yang mudah. Berbagai cara telah dilakukan dalam hal memajukan minat para masyarakat untuk dapat melaksanakan ritual persembahyangan dengan baik dan benar,yang tentunya sesuai dengan ajaran agama Hindu. Beberapa contoh kegiatan yang dilakukan dalam usaha peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya melaksanakan persembahyangan secara baik dan benar  adalah dengan mengadakan berbagai lomba-lomba ritual keagamaan seperti lomba melakukan persembahyangan Puja Trisandhya, lomba busana adat ke Pura yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana cara berbusana adat ke Pura yang baik, rapi, bersih dan sopan. Contoh lainnya adalah dengan diadakan ujian-ujian di bangku sekolah seperti melafalkan mantram Trisandhya dengan benar, melafalkan mantram-mantram Kramaning Sembah, maupun pembelajaran tentang sikap sembahyang yang baik dan benar. Masih banyak lagi contoh-contoh kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sembahyang bagi umat Hindu. Bahkan di televisi juga telah ditayangkan program Puja Trisandhya lengkap dengan menampilkan  pengertiannya, agar para umat dapat lebih mendalami makna dari Puja Trisandhya. Pada intinya, ritual persembahyangan tidaklah sulit untuk dlakukan, hanya saja dalam pemahaman makna dan pendalaman dari persembahyangan tersebut masih terdapat banyak hal yang perlu diketahui dan diterapkan dalam kehidupan beragama.

Kondisi Setelah Pengajuan Gagasan

Segala sesuatu harus memiliki pedoman. Suatu pedoman dapat diibaratkan seperti  pikiran manusia, yang selalu memberikan tuntunan kepada seseorang agar dapat melakukan sesuatu. Suatu pedoman juga sama pemahamannya dengan ideologi/pandangan hidup. Semua pedoman sudah tentu memiliki tujuan-tujuan tersendiri. Begitupun sama halnya dengan pedoman persembahyangan. Adanya sebuah pedoman persembahyangan sudah pasti memiliki tujuan yang terkait dengan ritual persembahyangan. Dengan adanya sebuah pedoman persembahyangan, masyarakat akan menjadi lebih memahami bagaimana cara melaksanakan ritual persembahyangan secara baik dan benar, sesuai dengan ajaran agama Hindu. Umat Hindu juga akan merasakan penghayatan yang lebih tinggi dalam melaksanakan persembahyangan karena sudah mengetahui bahwa langkah-langkah, sarana, sikap serta tujuan persembahyangan yang ia lakukan telah berpedoman pada ajaran-ajaran agama, sesuai dengan kitab suci agama Hindu. Dengan demikian, maka konsentrasi para umat saat bersembahyang akan lebih baik, pikiran akan fokus pada satu tujuan yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Apabila hal ini telah dapat terwujud, maka manfaat dari persembahyangan tersebut akan lebih terasa. Kepercayaan umat akan keberadaan Tuhan pun akan lebih meningkat. Selain itu, ritual persembahyangan juga akan memiliki kualitas jika sudah berpedoman dan sesuai dengan ajaran-ajaran Ketuhanan, yang termuat dalam kitab suci agama Hindu.

Pihak-Pihak Yang Dapat Membantu

Agar gagasan ini dapat terwujud, maka kerjasama antara pemerintah dan umat beragama perlu dipererat lagi. Peranan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sembahyang para umat perlu ditingkatkan. Begitu pula halnya dengan para umat beragama,sebaiknya lebih bersemangat mendukung program pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas ritual persembahyangan tersebut. Selain itu, peranan media baik media elektronik maupun media cetak seperti radio, televisi, majalah, koran, novel dan berbagai media lain sebaiknya lebih banyak menampilkan program-program yang bersifat keagamaan, seperti misalnya: Dharma Wacana (siraman rohani dari para tokoh agama maupun dari para Sulinggih), Gita Shanti (nyanyian-nyanyian keagamaan baik berupa mantra maupun ayat-ayat suci agama lainnya), dan berbagai program lain yang terkait dengan upacara Yadnya. Demikian juga dengan para orang tua dan guru-guru di sekolah, sebaiknya memberikan pemahaman tentang makna persembahyangan kepada anak maupun anak didiknya dengan sedini mungkin. Jika pengetahuan tentang ajaran agama khususnya mengenai ritual persembahyangan telah diajarkan sejak dini, maka saat usia seseorang semakin bertambah, ia tidak akan merasakan kesulitan dalam mendalami hal-hal terkait dengan ritual keagamaan tersebut dan secara perlahan, tujuan untuk meningkatkan kualitas sembahyang umat Hindu akan tercapai.

Stategi Untuk Mengimplementasikan Gagasan

Untuk dapat mewujudkan gagasan ini, perlu diadakan berbagai program melalui berbagai media dan perantara, diantaranya adalah dengan memberikan pendidikan tentang ritual persembahyangan melalui media internet. Di jaman yang serba modern ini, sudah tentu kebanyakan masyarakat terpaku pada berbagai macam alat-alat elektronik dengan teknologi yang semakin canggih. Salah satu sarana yang memudahkan seseorang untuk mencari informasi di dunia maya adalah melalui sebuah jaringan internet. Situs internet sekarang tidak hanya terdapat di komputer saja. Di telepon genggam atau yang akrab disebut handphone juga terdapat aplikasi internet. Di jaman sekarang, mulai dari anak kecil sampai dewasa telah mengenal handphone, dan tidak sedikit orang yang mencari informasi sosial dengan menggunakan alat komunikasi tersebut. Oleh karena itu, jika ilmu pengetahuan keagamaan dalam situs internet ditambah dan dirangkai sedemikian rupa maka akan menarik untuk dibaca. Demikian juga halnya dengan media masa dan para penulis. Majalah, koran dan novel masih banyak diminati di kalangan masyarakat. Alangkah baiknya jika topik bacaan sedikit mengacu pada hal religius atau bersifat keagamaan, sehingga secara tidak langsung para pembaca juga mendapatkan pendidikan keagamaan dari koran, majalah maupun novel yang ia baca tersebut. Di samping peranan-peranan media, peranan guru-guru di sekolah dalam memberikan pendidikan keagamaan sangatlah penting dan harus lebih ditingkatkan. Para guru juga sebaiknya lebih kreativ dalam memberikan pelajaran agar para siswa lebih antusias dan semangat menerima pelajaran khususnya pelajaran mengenai kebudayaan agama Hindu. Begitupun dengan para siswa,harus mampu menerima pelajaran dari guru dengan baik. Sebagai generasi muda, para siswa diharapkan agar mampu melestarikan dan menjaga kebudayaan yang telah dimiliki sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jika kerjasama antara semua kalangan ini dapat terjalin dengan baik, bukan mustahil jika seluruh umat Hindu nantinya akan mampu menjalankan ritual persembahyangan secara sempurna.

KESIMPULAN

Gagasan Yang Diajukan

Veda adalah kitab suci agama Hindu. Ajaran Ketuhanan dalam Veda menyebutkan bahwa mantram-mantram Veda merupakan nyanyian-nyanyian pujaan yang ditujukan kepada para Dewa dengan menggunakan bahasa Sansekerta/ bahasa orang India pada jaman dulu. Nyanyian-nyanyian pujaan tersebut pada umumnya mengandung permohonan agar para Dewa menganugerahkan kerahayuan kepada semua  makhluk agar mampu mengayuh kehidupan di dunia ini. (Pedoman Sembahyang,2004:2). Ajaran Ketuhanan selanjutnya adalah ajaran Ketuhanan Upanisad. Kata Upanisad berarti duduk di bawah dekat guru. Kata ini erat hubungannya dengan sakhas yaitu kelompok orang yang mempelajari Veda. Apa-apa yang diajarkan oleh guru tersebut kemudian akan dikumpulkan menjadi kitab Upanisad. (Pedoman Sembahyang,2004:14). Benih ajaran Upanisad adalah ajaran Veda. Dalam Nasadiya Sukta (salah satu bagian Veda yang terkenal) dikatakan bahwa yang ada hanya Tuhan dan di luar Dia tidak ada apa-apa lagi. (Rsi Paramesti:dewata Bhavasrattam;matrik Tristubh X.11.129)  Selain dalam Veda dan Upanisad,juga terdapat ajaran Ketuhanan dalam lontar-lontar di Bali (Pedoman Sembahyang,2004:32), diantaranya adalah: dalam lontar Bhuwanakosa dikatakan bahwa semua yang ada ini muncul dari Bhatara Siwa dan akan kembali kepada-Nya juga. Semua yang muncul dari Bhatara Siwa bersifat maya dan hanya sementara. Ajaran Ketuhanan yang termuat dalam lontar-lontar tatwa azasnya bersumber dari kitab-kitab Veda dan Upanisad. Jika dalam Veda Tuhan disebut dengan Tat, dan dalam Upanisad disebut Brahman,maka dalam lontar-lontar itu Tuhan disebut Bhatara Siwa. Bhatara Siwa bersifat immanent dan trancendent. Immanent artinya bahwa beliau hadir di mana-mana, sedangkan trancendent artinya bahwa beliau mengatasi pikiran dan indriya manusia. (Pedoman Sembahyang,2004:34). Beliau ada dalam pikiran manusia, namun tidak pernah terjangkau oleh pikiran/indriya itu sendiri.

Setiap orang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan,yaitu dengan melakukan berbagai pemujaan. Pemujaan ada yang berbentuk material yaitu berupa persembahan banten yang memerlukan kerja fisik dalam mewujudkannya, ada pula dalam bentuk kata-kata berupa nyanyian pujaan, serta dengan pikiran yaitu dalam bentuk meditasi/doa. (Pedoman Sembahyang,2004:39). Umumnya dalam nyanyian pujaan terdapat unsur pujian, permohonan dan kadang-kadang pengakuan. Unsur-unsur ini terdapat dalam persembayangan Puja Trisandhya. Trisandhya adalah jenis persembahyangan yang dilakukan tiga kali sehari oleh umat Hindu, yaitu pagi, siang, dan malam hari. Dalam melaksanakan Puja Trisandhya, orang boleh sembahyang dengan sikap duduk bersila, bersimpuh, atau berdiri tegak sesuai dengan tempat yang tersedia. Setelah sikap badan baik, dilanjutkan dengan Pranayama. Pranayama berarti mengatur nafas, untuk menenangkan pikiran dan mendiamkan badan mengikuti jalan pikiran. Bila pikiran dan badan sudah tenang, barulah mulai sembahyang. Sikap tangan waktu sembahyang adalah sikap amusti. Mata memandang ujung hidung dan pikiran ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan sabda, bayu dan idep dalam keadaan seimbang. Sebelum mengucapkan mantram, tangan dibersihkan dahulu dengan pengucapan mantram:

  • Tangan kanan  : “ Om Suddha Mam Svaha”

  (Om bersihkanlah hamba)

  • Tangan kiri      : “Om Ati Suddha Mam Svaha”

   (Om lebih bersihlah hamba)

            Selanjutnya barulah keenam bait mantram Trisandhya diucapkan. (Pedoman Sembahyang,2004:42).

Selain pengetahuan tentang Trisandhya, mengenai persembahyangan Kramaning Sembah juga banyak yang perlu diketahui. Agar  persembahyangan berjalan dengan baik, perlu adanya pedoman.Berikut  adalah pedoman sembahyang yang perlu diketahui.Yang pertama harus dilakukan adalah “persiapan sembahyang” meliputi persiapan lahir dan bathin. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana persembahyangan adalah sebagai berikut (Pedoman Sembahyang,2004:54) :

  1. 1.      Asuci Laksana

Pertama-tama orang membersihkan diri dengan mandi. Kebersihan badan akan   mempengaruhi ketenangan hati.

  1. 2.      Pakaian

Pakaian yang digunakan saat sembahyang diusahakan pakaian yang bersih, rapi dan sopan.

  1. 3.      Bunga dan Kawangen

Bunga dan kawangen adalah lambang kesucian. Jika tidak ada kawangen, dapat diganti dengan bunga. Menurut Agastyaparwa, ada beberapa bunga yang tidak baik untuk sembahyang, yaitu bunga berulat, bunga yang gugur tanpa dipetik, berisi semut, layu, dan bunga yang tumbuh di kuburan.

  1. 4.      Dupa

Apinya dupa adalah simbul Sang Hyang Agni, saksi dan pengantar sembah kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

  1. 5.      Tempat Duduk

Tempat duduk hendaknya diusahakan di tempat yang tidak mengganggu ketenangan sembahyang. Arah duduk yang benar adalah menghadap pelinggih.

  1. 6.      Sikap Duduk

Sikap duduk dapat dipilih sesuai dengan tempat dan keadaan. Sikap duduk yang baik untuk melakukan sembahyang diantaranya adalah (Agama Hindu Untuk SMTA,2007:73) :

  1. Padmasana : sikap sembahyang dengan duduk seperti teratai, dilakukan dengan menempatkan kaki kanan di atas paha kiri dan kaki kiri berada di atas paha kanan, tulang punggung sampai di kepala menjadi satu garis tegak lurus dan sekujur tubuh dilemaskan.
  2. Silasana     : sikap duduk biasa, yaitu kaki kiri berada di bawah paha kanan dan kaki kanan berada di bawah paha dan betis kiri.
  3. Sukhasana : sikap sembahyang dengan duduk biasa, yaitu kaki kanan berada di depan kaki kiri dan kaki kiri berada di depan kaki kanan.
  4. Bajrasana   : sikap duduk bersimpuh, dengan kedua telapak kaki berada di bawah pantat.
  5. Padasana    : posisi sembahyang dengan berdiri tegak lurus.
  6. 7.      Sikap Tangan

Sikap tangan yang baik pada waktu melakukan sembahyang adalah “cakup ing kara kalih” yaitu kedua telapak tangan dikatupkan dan diletakkan di depan ubun-ubun. Bunga atau kawangen dijepit pada ujung jari.

            Setelah persiapan sembahyang telah usai, barulah dilakukan persembahyangan Kramaning Sembah. Urutan persembahyangan Kramaning Sembah meliputi (Agama Hindu Untuk SMTA,2007:99) :

  1. Muspa Puyung       : dengan mencakupkan tangan di atas ubun-ubun.
  2. Menyembah Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Sang Hyang Aditya.
  3. Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan (pura-pura tertentu), Pura Dalem, Puseh, Bale Agung dan sebagainya.
  4. Menyembah Tuhan sebagai pemberi anugrah.
  5. Sembah atau muspa puyung.

Teknik Implementasi

Teknik yang diterapkan untuk mencapai gagasan ini diantaranya adalah dengan mengadakan  lomba- lomba keagamaan ( Lomba Tri Sandya, Busana adat bali, Pesantian, dan lain sebagainya) sesering mungkin agar masyarakat cenderung antusias dalam mempelajari cara melakukan ritual sembahyang secara baik dan benar. Teknik selanjutnya adalah lebih sering memberikan pengetahuan keagamaan kepada siswa disekolah dan mengadakan ujian mengenai tata cara persembahyangan yang sesuai dengan ajaran Agama Hindu. Teknik lainnya adalah dengan menampilkan materi keagamaan pada media masa dan elektronik ( Koran, Majalah, Novel, dan internet) yang dikemas seindah mungkin sehingga menarik untuk dilihat maupun dibaca. Teknik berikutnya adalah dengan mengadakan ceramah keagamaan dari para tokoh agama/ Sulinggih di kalangan masyarakat khususnya mengenai ritual persembahyangan. Dan masih banyak lagi teknik yang dapat dilakukan untuk mewujudkan gagasan ini , sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Manfaat Gagasan

Manfaat yang dapat diperoleh setelah menjalankan ritual persembahyangan secara benar dan berpedoman adalah dapat meningkatkan kesucian hati dan pikiran. Perlu diketahui, bahwa sembahyang berbeda dengan berdoa. Sembahyang lebih bersifat formal sedangkan berdoa dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Sembahyang juga dapat menumbuhkan keikhlasan. Ikhlas pada hakikatnya merupakan kebutuhan manusia karena apapun yang ada pada diri manusia bersifat tidak kekal. Bagi orang yang melakukan sembahyang dengan baik dan ikhlas, maka mereka akan menghayati  kenyataan bahwa apapun yang diterimanya  sudah menjadi takdir-Nya. Umat yang rajin sembahyang dan melaksanakan sembahyang sesuai ajaran agama akan mampu membedakan dengan jelas antara mana yang baik dan yang buruk.                                  Manusia yang berjiwa aman, tentram, tenang, dan aman akan menghasilkan manusia-manusia yang produktif dan hidup dengan penuh gairah serta semangat. Demikian juga manusia yang telah memiliki rasa dekat dengan Tuhan akan semakin berkembang rasa cinta kasih dengan sesamanya. Rasa kasih itu ditumbuhkan dengan adanya keyakinan yang semakin mantap akan keberadaan hakikat dari sembahyang. Dengan sembahyang secara berpedoman, manusia akan dapat menyadari dirinya berasal dari sumber yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Melalui ritual sembahyang, manusia juga dapat menyadari bahwa sesungguhnya dirinya adalah sama derajatnya dengan manusia lain.

Manfaat lain dari gagasan ini adalah akan muncul berbagai ide-ide baru mengenai hal-hal keagamaan. Di media cetak dan elektronik juga akan lebih banyak menampilkan sesuatu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran keagamaan/religius, karena telah mengetahui bahwa masih banyak umat Hindu yang memerlukan informasi mengenai pengetahuan keagamaan.

Comments are closed.

Previose Post: