KARAWITAN

Pengertian Karawitan
Kata karawitan berasal dari suku kata “rawit” yang artinya kecil, rumit, indah. Jadi kata karawitan berarti seni musik daerah yang terdapat diseluruh nusantara dengan berlaraskan pelog dan selendro. Apabila kita amati salah satu media utama dari seni karawitan adalah suara, sehingga pengertian awal dari seni karawitan tersebut adalah seni suara.

Dari pengertian awal ini selanjutnya dapat dikembangkan menjadi pengertian yang lebih spesifik, seperti:

1. Seni Karawitan adalah seni suara yang disajikan menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi   dan sifat nada dan mempunyai aturan garap dalam sajian instrumental, vokal, dan ampuran.
2. Seni Karawitan adalah ukapan jiwa manusia yang dilahirkan melalui nada-nada yang diatur berirama, berbentuk, selaras enak di dengar baik secara vokal, instrumental maupun campuran.
3. Seni Karawitan adalah seni suara (vokal), instrumental, maupun campuran yang menggunakan nada-nada yang sudah teratur tinggi rendahnya, serta berirama.

Berbicara musik daerah (seni karawitan) yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk, cirinya, dan masih terasa sulit untuk menyebutkan secara pasti jumlahnya, oleh karena begitu banyak beraneka ragam bentuk-bentuk yang ada di masing-masing daerah. Berdasarkan beberapa pengertian karawitan di atas, maka dapat disumpulkan sebagai unsur pokok/utamanya adalah suara atau bunyi. Selain unsur utama karawitan itu bunyi, terdapat juga unsur-unsur yang lain seperti: Nada, Melodi, Harmoni, Warna nada, Interval, Dinamika, Tangga nada, Tempo, Irama, Intonasi. Melodi adalah rangkaian atau susunan nada-nada menurut tinggi rendah yang teratur dan berirama. Harmoni merupakan kesesuaian nada yang satu dengan nada yang lainnya dimana dalam memadukan dua buah nada dalam ilmu karawitan ada yang dinamakan ngepat dan ngempyung. Warna Nada atau Timbre artinya sumber dari suatu bunyi yang berbeda tetapi dapat menimbulkan tinggi suara yang sama. Interval dakam istilah karawiran disebut suarantara atau seruti, yang artinya jarak dari satu nada ke nada yang lainnya baik naik maupun turun. Dinamika artinya, keras lembutnya suatu bunyi yang dihasilkan. Tangga Nada artinya, susunan nada atau urutan nada-nada yang teratur naik turunnya dalam satu gembyangan/oktaf. Tempo artinya, cepat lambatnya lagu/gending yang dimainkan. Irama artinya, keras lembutnya dan cepat lambatnya suatu lagu/gending yang dimainkan. Intonasi artinya, ketepatan nada.
Kelompok Karawitan
Adapun kelompok karawitan dapat dibagi menjadi tiga, diantaranya:
1.Karawitan Instrumental: karawitan yang disajikan/dihasilkan dengan menggunakan alat-alat musik.
2.Karawitan Vokal: karawitan yang disajikan/dihasilkan menggunakan suara manusia.
3.Karawitan Campuran: karawitan yang disajikan/dihasilkan menggunakan gabungan antara vokal dengan instrumental.

1.Seni Karawitan Instrumental
Di Bali hingga kini ada sekitar 30 jenis barungan gamelan yang masih aktif dimainkan oleh warga masyarakat. Barungan ini didominir oleh alat-alat musik pukul, tiup, dan beberapa intrumen petik. Instrumen ini ada yang terbuat dari bambu, kayu, kulit, besi, dan perunggu (kerawang). Gamelan tersebut sebagian besar miliki kelompok masyarakat, hanya beberapa saja diantaranya miliki pribadi/perorangan. Berdasarkan jumlah pemain atau penabuh, gamelan bali dapat dikelompokan menjadi: barungan kecil (alit) dimainkan oleh 4-10 orang, barungan menengah atau sedang (madya) dimainkan oleh 11-25 orang, barungan besar (ageng) melibatkan di atas 25 orang. Dilihat dari usia barungan dan latar belakang sejarahnya, para pakar karawitan Bali menggolongkan jenis-jenis gamelan yang ada di daerah Bali ini ke dalam tiga kelompok, yaitu: Gamelan zaman tua, diperkir akan telah ada sebelum abad 15, pada umumnya didominir oleh alat-alat yang berbentuk bilahan, memakai dua buah panggul, dan tidak mempergunakan kendang. Contoh: Gamelan Gambang, Gamelan Selonding, Gamelan Gender Wayang, dll. Gamelan zaman madya, diperkirakan telah ada sekitar abad 16-19, merupakan barungan yang sudah mempergunakan kendang dan bermoncol (pencon). Dalam hal ini kendang sudah memiliki peran yang penting. Contoh: Gamelan Pegambuhan, Gamelan Joged Pingitanamelan , Gamelan Gong Gede, dll. Gamelan zaman baru, jenia-jenia barungan gamelan yang muncul pada abad 20, barungan yang sudah menonjolkan tehnik-tehnik permainan yang rumit dan diwarnai dengan permainan yang bersifat sektoral dan individual. Contoh: Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Semarandana, Gamelan Gomg Suling, dll.

2.Seni Karawitan Vokal
Masyarakat Bali pada umunya mengenal empat jenis seni suara vokal tradisional, diantaranya:
1.Sekar Rare/Tembang Rare atau Dolanan: jenis lagu anak-anak yang suasananya penuh kegembiraan serta dinyanyikan sambil bermain. Bentuk tembang ini sangat sederhana, mengandung makna yang sangat mendalam, dan tidak terikat oleh hukum (uger-uger). Contoh: Meong-meong, Juru pencar, Ongkek-ongkek Ongke, dll.
2.Sekar Alit/Tembang Macepat, Geguritan: mencakup berbagai jenis pupuh yang diikat oleh hukum pada lingsa yang terdiri dari “guru wilangam dan guru ding dong”. Contoh: Pupuh Pucung, Pupuh Maskumambang, Pupuh Durma, dll.

3.Sekar Madya atau Kidung/Malat: jenis lagu pemujaan yang pada umumnya menggunakan bahsa Jawa Tengah dan tidak terikat oleh guru lagu maupun pada lingsa. Bagian-bagian yang ada didalamnya seperti: pengawit yaitu kawitan bawak atau kawitan dawa dan pengawak. Tembang ini diduga datang dari Jawa Tengah pada abad 16-19. Contoh: Kidung Dewa Yadnya, Kidung Bhuta Yadnya, Kidung Pitra Yadnya, Kidung Manusa Yadnya, dll.
4.Sekar Agung atau Kekawin: jenis lagu yang memakai bahasa kawi serta diikat oleh hukum guru lagu. Kekawin biasanya dilakukan dengan aktivitas “mebebasan”, artinya setelah lagunya dinyanyikan kemudian diselingi dengan terjemahannya. Dapat diduga bahwa kekawin ini diciptakan di Jawa pada abad 9-14. Contoh: Geguritan Ramayana, Geguritan Dukuh Siladri, Geguritan Sampik Ingtai, dll.
Untuk dapat menyanyikan tembang-tembang di atas dengan baik, seorang penembang (penyanyi) harus memiliki: Suara harus bagus dan tahu cara pengolahannya, Nafas panjang dan tahu pengaturannya, Mengerti masalah laras, baik selendro maupun pelog, Mengerti tetabuhan dan menguasai tentang mantra, Tahu hukum/uger-uger yang ada pada masing-masing tembang, Memahami seni sastra.