GONG KEBYAR

balinese_gamelan

Gong Kebyar adalah salah satu barungan gamelan golongan baru. Sebelum kita melangkah lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu “Gong” dan apa itu “Kebyar”. Istilah Gong mungkin hampir semua orang mengetahui instrument yang dinamakan Gong, ini kecuali mereka yang tidak memiliki tradisi seni musik yang di dalamnya mempergunakan Gong. Sebagaimana telah diketahui bahwa Gong adalah sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar yang mempunyai moncol atau pencon di tengah-tengah. Lain halnya dengan Gong Pulu dalam gamelan Pejogedan (gamelan untuk mengiringi tarian Joged) yang bentuknya tidak bundar dan tidak bermoncol atau berpencon akan tetapi berbentuk bilahan besar yang terdiri dari dua bilah yang bahannya dari besi serta diberi resonator dari kayu dibawahnya. Melihat perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Gong disini berarti sebagai alat atau instrument. Gong dalam arti yang lain bisa berarti sebagai ukuran lagu, karena dalam
satu bentuk lagu atau tetabuhan gamelan gong terdapat ukuran panjang maupun pendeknya diukur dari jatuhnya pukulan Gong. Satu lagi arti lain dari istilah Gong ini, yaitu : barungan (ensambel), hal ini dapat terlihat dalam nama Gong Gede, Gong Kebyar, Gong Luang, Gong Beri dan lain sebagainya yang semuanya itu berarti “Barungan”. Dengan demikian jelaslah bahwa istilah Gong itu dapat berarti sebagai ; alat atau instrument, ukuran lagu dan barungan gamelan.
“Kebyar”, dalam bahasa Bali dijumpai kata “makebyar” yang dipergunakan untuk menyebutkan datangnya suara atau sinar besar yang secara tiba-tiba. Dan ada juga disebutkan kata “makebyar” adalah suatu istilah yang artinya suara keras yang datangnya secara tiba-tiba. Menurut Drs.I.G.B.N. Panji dalam bukunya yang berjudul “Notes On The Balinese Gamelan Musik” mengatakan bahwa ‘byar’ berarti suatu bunyi yang timbul dari akibat pukulan alat-alat gamelan secara keseluruhan dan secara besama-sama. Colin Mc Phee dalam bukunya yang berjudul “Musik In Bali” mengatakan bahwa istilah kebyar itu berarti suatu suara yang memecah bagaikan pecah dan mekarnya sekuntum bunga. Tokoh-tokoh Gong Kebyar mengatakan bahwa kata kebyar pada intinya berarti suara keras, kompak dan ramai yang muncul akibat dibunyikannya semua alat gamelan Gong secara bersama-sama dalam satu waktu. Berdasarkan semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah kebyar dapat
diartikan sebagai ; suara keras, ramai, kompak dan munculnya secara tiba-tiba.
Jadi, Gong Kebyar itu adalah suatu barungan gamelan golongan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang berarti suara keras, cepat dan tiba-tiba) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis.
Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 dan dipakai untuk mengiringi tari Kebyar. Ada seorang tokoh tari Kebyar yang terkenal dari Jagaraga (Singaraja) yaitu I Wayan Wandres yang berhasil menciptakan tari Kebyar Legong. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong, dimana tari ini merupakan interpretasi dari pada musiknya.
Secara fisik Gong Kebyar tidak jauh berbeda dari Gambelan Gong Gede yang dihilangkan beberapa buah instumennya, diantaranya ialah trompong, gangsa jongkok yang berbilah lima dalam Gong Gede diubah menjadi gangsa gantung dan memakai sepuluh bilah. Ceng-ceng kopyak pada Gong Gede yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang diubah menjadi 1 atau 2 set ceng-ceng kecil pada Gong Kebyar. Kendang yang semula dimainkan dengan menggunakan panggul diganti dengan tangan saja, dengan demikian berjenis-jenis perbendaharaan bunyi bisa ditimbulkan. Gong Kebyar dan Gong Gede memakai laras pelog 5 nada. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Lagu-lagunya seringkali diambil dari bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik dengan merubah komposisinya, melodi, dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi selamanya
ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh.

Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1.    Utama     : yang besar dan lengkap
2.    Madya    : yang semi lengkap
3.    Nista      : yang sederhana

SUMBER : Dibya, I Wayan. 1977/1978. Pengantar Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Peningkatan/Pengembangan ASTI