INSTRUMEN REYONG

mzl.mixelgwkReyong adalah salah satu instrumen yang berbentuk pencon/bermoncol. Umumnya reyong dibuat dari bahan kerawang (campuran timah murni dan tembaga) namun ada juga yang dibuat dari bahan besi atau pelat. Warna pencon reyong umumnya berwarna keemasan tergantung bahan yang digunakan untuk membuat reyong tersebut. .
Satu pencon reyong hanya dapat menghasilkan satu nada saja, sehingga pada sebuah instrumen gamelan, satu tungguh reyong terdapat beberapa pencon reyong menyesuaikan dengan banyak nada yang digunakan oleh instrumen gamelan tersebut. Tinggi rendahnya nada yang dihasilkan sebuah pencon reyong ditentukan oleh besar kecil pencon dan cembung cekungnya pencon reyong. Semakin besar pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan, dan semakin cembung pencon reyong maka semakin rendah nada yang dihasilkan
Pada gong kebyar, satu tungguh reyong menggunakan dua belas pencon reyong dengan wilayah nada 3 oktaf, dengan susunan nada dari nada ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, dan ndung. Dua belas pencon reyong tersebut diletakan pada sebuah penyangga yang biasa disebut “Pelawah”. Semua pencon reyong tersebut diikat dengan tali pada lubang “gegorok” (lubang yang ada pada bagian bawah pencon). Penempatan nada-nada reyong berjejer dari nada rendah ke nada tinggi (dari kiri ke kanan), sesuai dengan ukurannya besar ke kecil (nirus).
Pelawah dibuat dari bahan kayu yang dirangkai berbentuk memanjang menyerupai balok dengan kaki yaitu pada samping kiri, kanan, dan tengah. Pada bagian atas diisi sekat-sekat yang lebarnya disesuaikan dengan ukuran pencon masing-masing nada untuk meletakkan reyong agar tidak berpindah-pindah ketika dimainkan. Tinggi pelawah disesuaikan supaya dapat dimainkan dengan senyaman mungkin, pada umumnya tinggi pelawan sekitar +40cm.
Penyangga dibuat sedemikian indah dari segi bentuk, dan warna. Sisi kanan dan kiri yang langsung menjadi bagian kaki dibuat dengan menyerupai gapura melengkung dari bagian tengah hingga bagian atas, sama seperti kaki pada bagian samping, kaki tengah dibuat dengan bentuk gapura juga. Diukir dengan ukiran-ukiran khas bali misalnya motif wajah rangda. Pada bagian depan juga diukir dengan ukiran bunga. Ukiran-ukiran diwarna sedemikian indah, kebanyakan menggunakan cat prada (cat warna emas) dengan cat dasar warna merah.
Reyong dimainkan dengan cara dipukul menggunakan teknik khusus permainan reyong. Pada gong kebyar, Reyong dimainkan oleh empat orang penabuh masing-masing mempergunakan dua buah panggul pada tangan kanan dan kiri. Setiap pemain reyong memiliki wilayah nadanya masing-masing sesuai dengan teknik pukulan yang dimainkan.
Instrumen reyong dimainkan dengan cara di pukul oleh empat orang pemain dengan menggunakan dua buah panggul yang di pegang dengan tangan kanan dan kiri. Nada pada instrument ini terdiri dari nada ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung.
Keempat orang pemain ini dinamakan :
– Penyorag
– Pengenter
– Penyelah
– Pemetit
Adapun jenis pukulannya adalah

Pukulan Ngeremteb

Salah satu pukulan reyong yang lebih mendominasi pada pukulan ritme ketimbang mementingkan nada. Nada yang ditimbulkan dapat berbeda antara nada yang satu dengan nada yang lainnya. Suara yang ditimbulkan adalah suara mati dan suara hidup atau yang sering disebut dengan nada ngelumbar.
Pukulan nerumpuk
Salah satu teknik dalam permainan reyong dengan cara memukul satu pencon atau satu nada dengan tangan kanan dan kiri secara beruntun. Teknik nerumpuk ini bias dilakukan oleh ke empat pemain reyong.

Pukulan norot

Salah satu nama dari teknik pukulan instrument reyong yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Norot cepat (gencang) adalah teknik ini dilakukan oleh salah satu pemain reyong yang disebut dengan penyorag dengan memukul pencon menggunakan tangan kanan dan tangan kiri yang memukul sambil menutup dan dengan pelaksanaan yang bergantian namun yang lebih dominan adalah pukulan pada tangan kanan.
Norot pelan (adeng) adalah pukulan tangan kanan dan tangan kiri salah satu pemain (penyorag) yang memukul sambil menutup/nekes dimana pelaksanaanya bergantian.

Pukulan memanjing

Pukulan pada permukaan reyong yang sering disebut dengan “lambe” dengan memukul memakai tangan kanan dan kiri secara bergantian pada saat akan melakukan aksen atau angsel-angsel.

Pukulan ngubit

Ubit-ubitan adalah sebuah teknik bermain gambelan yang dihasilkan oleh perpaduan antara pukulan polos dan sangsih yang menimbulkan suara yang saling berkaitan. Pukulan ini biasanya juga disebut dengan istilah inter loking. bapak Dr. I Made Bandem menyebutkan bahwa ada beberapa jenis ubit-ubitan.

Pukulan beburu

Pola salah satu pukulan reyong yang membuat suatu pukulan yang saling berkejar-kejaran dengan nada yang beruntun kenada yang lebih tinggi. Pukulan beburu pada instrument reyong adalah memukul empat buah nada yang berbeda di pukul oleh dua orang pemain menggunakan tangan kanan dan kiri.pukulan tangan kiri penyorag drngan tangan kanan pengenter bertemu sekali dalam waktu yang bersamaan, sedangkan tangan kanan penyorag dan tangan kiri pengenter bertemu sekali tetapi tidak dalam aktu bersamaan.

Sumber : buku Mengenal Jenis-jenis Pukulan Dalam barungan Gambelan Gong Kebyar, oleh : Pande Gede Mustika, SSKar , I Nyoman Sudiana, SSKar , I Ketut Partha, SSKar , Hal : 67 – 72

GONG KEBYAR

balinese_gamelan

Gong Kebyar adalah salah satu barungan gamelan golongan baru. Sebelum kita melangkah lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu “Gong” dan apa itu “Kebyar”. Istilah Gong mungkin hampir semua orang mengetahui instrument yang dinamakan Gong, ini kecuali mereka yang tidak memiliki tradisi seni musik yang di dalamnya mempergunakan Gong. Sebagaimana telah diketahui bahwa Gong adalah sebuah instrument pukul yang bentuknya bundar yang mempunyai moncol atau pencon di tengah-tengah. Lain halnya dengan Gong Pulu dalam gamelan Pejogedan (gamelan untuk mengiringi tarian Joged) yang bentuknya tidak bundar dan tidak bermoncol atau berpencon akan tetapi berbentuk bilahan besar yang terdiri dari dua bilah yang bahannya dari besi serta diberi resonator dari kayu dibawahnya. Melihat perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Gong disini berarti sebagai alat atau instrument. Gong dalam arti yang lain bisa berarti sebagai ukuran lagu, karena dalam
satu bentuk lagu atau tetabuhan gamelan gong terdapat ukuran panjang maupun pendeknya diukur dari jatuhnya pukulan Gong. Satu lagi arti lain dari istilah Gong ini, yaitu : barungan (ensambel), hal ini dapat terlihat dalam nama Gong Gede, Gong Kebyar, Gong Luang, Gong Beri dan lain sebagainya yang semuanya itu berarti “Barungan”. Dengan demikian jelaslah bahwa istilah Gong itu dapat berarti sebagai ; alat atau instrument, ukuran lagu dan barungan gamelan.
“Kebyar”, dalam bahasa Bali dijumpai kata “makebyar” yang dipergunakan untuk menyebutkan datangnya suara atau sinar besar yang secara tiba-tiba. Dan ada juga disebutkan kata “makebyar” adalah suatu istilah yang artinya suara keras yang datangnya secara tiba-tiba. Menurut Drs.I.G.B.N. Panji dalam bukunya yang berjudul “Notes On The Balinese Gamelan Musik” mengatakan bahwa ‘byar’ berarti suatu bunyi yang timbul dari akibat pukulan alat-alat gamelan secara keseluruhan dan secara besama-sama. Colin Mc Phee dalam bukunya yang berjudul “Musik In Bali” mengatakan bahwa istilah kebyar itu berarti suatu suara yang memecah bagaikan pecah dan mekarnya sekuntum bunga. Tokoh-tokoh Gong Kebyar mengatakan bahwa kata kebyar pada intinya berarti suara keras, kompak dan ramai yang muncul akibat dibunyikannya semua alat gamelan Gong secara bersama-sama dalam satu waktu. Berdasarkan semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah kebyar dapat
diartikan sebagai ; suara keras, ramai, kompak dan munculnya secara tiba-tiba.
Jadi, Gong Kebyar itu adalah suatu barungan gamelan golongan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang berarti suara keras, cepat dan tiba-tiba) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis.
Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 dan dipakai untuk mengiringi tari Kebyar. Ada seorang tokoh tari Kebyar yang terkenal dari Jagaraga (Singaraja) yaitu I Wayan Wandres yang berhasil menciptakan tari Kebyar Legong. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong, dimana tari ini merupakan interpretasi dari pada musiknya.
Secara fisik Gong Kebyar tidak jauh berbeda dari Gambelan Gong Gede yang dihilangkan beberapa buah instumennya, diantaranya ialah trompong, gangsa jongkok yang berbilah lima dalam Gong Gede diubah menjadi gangsa gantung dan memakai sepuluh bilah. Ceng-ceng kopyak pada Gong Gede yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang diubah menjadi 1 atau 2 set ceng-ceng kecil pada Gong Kebyar. Kendang yang semula dimainkan dengan menggunakan panggul diganti dengan tangan saja, dengan demikian berjenis-jenis perbendaharaan bunyi bisa ditimbulkan. Gong Kebyar dan Gong Gede memakai laras pelog 5 nada. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Lagu-lagunya seringkali diambil dari bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik dengan merubah komposisinya, melodi, dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi selamanya
ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh.

Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1.    Utama     : yang besar dan lengkap
2.    Madya    : yang semi lengkap
3.    Nista      : yang sederhana

SUMBER : Dibya, I Wayan. 1977/1978. Pengantar Karawitan Bali. Denpasar: Proyek Peningkatan/Pengembangan ASTI

GAMELAN SEMARANDHANA DI Br. LUNGSIAKAN

Gamelan-angle-view

Gamelan semarandhana di Br. Lungsiakan , Kedewatan , Ubud , Gianyar telah berada sejak tahun 1993 yang masih digunakan sampai sekarang. Fungsi gamelan semarandhana ialah untuk mengiringi upacara adat. Gamelan ini tergolong dalam gamelan golongan baru/madya. Gamelan ini terdiri dari : kendang, pemade, kantilan, kajar, ugal, ceng-ceng ricik, penyacah, jublag, jegog, gong, kempul, kemong, reong, terompong, bende dan suling. Dari barungan tersebut ada juga yang memakai instrument tambahan seperti gender rambat. Tabuh yang dimainkan dalam barungan gambelan semarandhana diantaranya adalah tabuh lelambatan dan tabuh semar pegulingan contohnya : bapang selisir, lengker, perang condong subandar, dll. Gambelan semaranhana berlaras pelog 7 nada yang terdiri dari 12 bilah gamelan. Jenis-jenis tungguhan Smarandhana di Br. Lungsiakan meliputi sebagai berikut:
•    Dua tungguh jublag
•    Empat tungguh pemade
•    Empat tungguh kantil
•    Satu tungguh ugal atau giying
•    Dua tungguh jegogan
•    Sepangkon ceng-ceng ricik
•    Setungguh riyong
•    Dua bungkul gong (lanang dan Wadon)
•    Sebungkul kempur
•    Sebungkul kenong
•    Sebungkul kajar
Tungguhan gangsa, tungguhan kantil dan tungguhan ugal atau giying dalam satu barung gamelan Smara Dhana menggunakan empat tungguh gangsa, empat tungguhan kantil, dan satu tungguh ugal atau giying dalam satu tungguh gangsa, kantil, dan giying jumlah nadanya adalah 12 nada. Yang  diawali dengan nada ndong  sama seperti Gong Kebyar hanya saja pada nada yang kecil ditambahkan dua nada yaitu nada ndaing dan ndeung, nada ndaing ditaruh disebelah kanan nada dang pada urutan ke 11 dan nada ndeung di tempatkan disebelah kanan deng pada urutan 8. Dalam fungsinya gangsa dan kantil adalah membuat jalinan atau kotekan.
Ugal atau giying adalah salah satu jenis tungguhan gangsa yang bentuknya paling besar diantara jenis tungguhan gangsa termasuk wilayah nada yang digunakan. Dalam pengelompokan jenis-jenis tungguhan dalam gamelan Smara Dhana, tungguhan ugal atau giying dikelompokan dalam salah satu kelompok tungguhan penandan, karena dalam sajian Smara Dhana berfungsi untuk memimpin atau menuntun jalannya sajian gending maupun menentukan  tempo.
Kajar adalah nama dari salah satu tungguhan pencon yang dibuat dari perunggu. Tungguhan kajar adalah tungguhan irama yang menggunakan satu pencon yang nadanya tidak ditentukan atau tidak persis sama dengan nada tungguhan yang lain.nada tungguhan kajar berkisar pada nada ding dan nada dung. Tungguhan kajar digunakan oleh sebagian kecil Barungan gamelan yang ada dibali. Dalam fungsinya kajar adalah memberikan tuntunan tampo atau irama untuk seluruh  tabuhan jenis-jenis yang sebelumnya ditentukan oleh jenis tungguhan kendang, giying, dan sebagainya.
Jegogan atau juga sering disebut jegog digunakan untuk menyebut salah satu jenis tungguhan bilah yang menggunakan bentuk bilah kalor atau usuk. Satu tungguh jegogan Smara Dhana menggunakan tujuh bilah dengan menggunakan bumbung sebagai resonatornya. Dan fungsi jegogan Smara Dhana sama seperti jegogan yang ada pada Barungan gamelan yang ada dibali, yaitu memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu tertentu, (sebagai salah satu jenis tungguhan pesu-muslih) juga menggunakan pola tabuhan ngapus dan nyele yang digunakan pada gending-gending Smara Dhana.
Jublag adalah salah satu jenis tungguhan bilah yang merupakan salah satu jenis tungguhan yang sama dengan tungguhan jegogan tetapi ukuran jublag lebih kecil, jublag Smara Dhana memakai tujuh bilah dengan menggunakan bumbung sebagai resonatornya, yaitu memberikan tekanan pada kalimat-kalimat lagu tertentu.
Riyong salah satu kelompok pepayasan yang menggunakan bentuk pencon, karena setiap menyajikan gending sebagian besar menggunakan berbagai jenis jalinan. Riyong Smara Dhana berjumlah 14 pencon  dengan penambahan dua nada yang sama seperti jenis tungguhan Smara Dhana yang lainya, riyong Smara Dhana yang ditabuh empat orang, tiap-tiap penabuh riyong menggunakan dua buah atau sepasang panggul yangi kayu, yang bagian tengah sampai ujung panggul dibungkus dengan benang sentul atau kemong, untuk bisa menimbulkan bunyi yang empuk.
Ceng-ceng ricik pada dasarnya sama seperti sama dengan cang-ceng kecek atau gecek. Perbedaan terletak pada ukurannya yang lebih kecil, yaitu bergaris tengah sekitar 8,5cm tungguhan ceng-ceng ricik digunakan pada Barungan Smara Dhana agar disaat meainkan satu lagu bisa memberikan pemanis buat lagu tersebut.
Kemong nama dari salah satu tungguhan yang bahannya dari perunggu berbentuk pencon. Tungguhan kenong yang terdiri  atas sebuah pencon yang nadanya tidak ditentukan secara pasti, serta ditempatkan pada pelawah khusus. Pelawah kenong biasanya disebut dengan sangsangan  yang berbentuk tertentu yang terbuat dari kayu. Tungguhan kenong ditabuh oleh seorang dengan menggunakan panggul yang berbentuk serupa dengan panggul terompong
Kempul nama dari salah  satu tungguhan yang bahannya dari perunggu, berbentuk bentuk bundar dengan menggunakan pencon pada bagian tengahnya. tungguhan kempul ditabuh pada bagian pencon oleh seorang penabuh dengan menggunakan sebuah panggul yang bentuknya sama dengan panggul Gong, hanya ukurannya relatif lebih kecil. Panggul kempul dibuat kayu yang pada bagian ujungnya diberi kain  atau karet dibuat berbentuk bulat dan dibungkus dengan kain.
Gamelan Smara Dhana adalah berbentuk pelawah yang diukir, dan bentuk ukiran menceritakan kisah Ramayana, ukirannya diwarnai dengan berbagai warna seperti hijau, emas, merah, merah muda, kuning tua, biru, coklat dan hitam.
Demikian sedikit penjelasan tentang barungan semarandhana yang berada di Br. Lungsiakan, Kedewatan, Ubud, Gianyar.

SUMBER : hasil wawancara dengan ketua sekeha gong dharma shanti banjar lungsiakan.

PENGARUH GAMELAN GONG KEBYAR TERHADAP GAMELAN BALI YANG LAIN

balinese_gamelan

Barungan gamelan Gong Kebyar adalah sebuah barungan yang terdiri dari 30-40 buah instrument, dimana instrument-instrumen ini kebanyakan instrument berupa alat-alat perkusif atau alat-alat pukul. Gamelan Gong Kebyar ini memiliki sepuluh bilah gamelan yang berlaraskan pelog lima nada, susunan nada-nada yang terdapat didalam gamelan gong kebyar adalah nada ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding. Instrumen-instrumen dalam gamelan Gong Kebyar yang termasuk kelompok instrumen yang di pukul seperti :
–    Gong
–    Kempur
–    Terompong
–    Giying
–    Pemade
–    Kantil
–    Penyacah
–    Jublag
–    Jegogan
–    Reyong
–    Kajar
–    Kemong
–    Bende
–    Kempli dan sebagainya,
Instrument-instrumen tersebut diatas masing-masing memiliki jenis-jenis pukulan satu sama lain baik itu menggunakan tangan langsung ataupun menggunakan alat-alat tabuh atau yang sering disebut dengan panggul. Teknik-teknik pukulan tersebut dapat menimbulkan bunyi dan warna suara yang berbeda antara satu dan yang lainnya.
Gamelan Gong Kebyar yang baru muncul pada permulaan abad ke 20 pada dewasa ini sudah mampu mengalahkan gamelan bali lainnya yang sudah ada sebelumnya. Perkembangan yang begitu pesat dari pada gamelan gong kebyar ini ternyata membawa pengaruh yang cukup besar, tidak hanya terhadap jenis gamelan bali akan tetapi juga terhadap jenis seni pertunjukan bali lainnya. Dalam tabuh-tabuh gamelan gong kebyar itu sendiri dalam perkembangannya dari fase ke fase berikut juga telah banyak terjadi pembaharuan – pembaharuan sesuai dengan selera masyarakat pemdukungnya.
Sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa sebelum munculnya gamelan gong kebyar dibali sudah hidup dan berkembang berbagai jenis gamelan bali yang masing-masing mempunyai bentuk barungan serta fungsi tersendiri didalam kehidupan social dan agama di kalangan masyarakat. Dari barungan gamelan-gamelan itu ada yang merupakan barungan gamelan yang besar seperti : gemelan Gong Gede, gamelan Pelegongan, gamelan semar pagulingan dan lain sebagainya dan ada juga yang merupakan barungan kecil seperti : gamelan Geguntangan, gamelan Gambang, gamelan Bebonangan dan lain-lainnya. Masing-masing jenis gamelan tersebut memiliki suatu sisitim permainan yang berbeda satu sama lain, memiliki suasana yang berbeda-beda serta bahan instrumennya pun berbeda.
Dengan adanya kekhasan pada masing-masing gamelan Bali ini membuat para penikmatnya mendapat kesan yang berbeda-beda pula manakala mendengarkan lagu-lagu dari masing-masing jenis gamelan Bali ini. Munculnya gamelan gong kebyar dan kemudian berkembang dengan pesatnya hampir ke seluruh pelosok bali bahkan kini sudah sampai keluar bali/ diluar negeri, ternyata akhirnya membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan gamelan bali yang sudah ada sebelum gamelan gong kebyar ini. Pengaruh-pengaruh dari pada gamelan gong kebyar ini tidak hanya tampak pada segi teknik permainan, dinamika dan tempo lagu akan tetapi juga dalam segi instrumentasi dengan segala perubahan-perubahan (peleburannya).
Gamelan Gender Wayang, Semar Pagulingan, Gong Gede yang merupakan barungan gamelan Bali yang ikut membentuk Gong Kebyar ini kemudian menjadi berbalik kemasukan pengaruh Gong Kebyar. Gender Wayang yang semula sangat menonjolkan sistim gegenderan (ubit-ubitan), semar pegulingan disana yang sudah biasa dengan bentuk lagunya yang tenang namun sekarang sudah ikut ngebyar sehingga rasa lagu yang ditimbulkan menjadi sama dengan rasa kekebyaran. Dinamika gamelan gong kebyar dengan perubahan tempo cepat-lambat dilakukan secara kompak oleh seluruh instrument dalam barungan gong kebyar kini sudah diterapkan pula pada barungan Gender Wayang, Semar Pagulingan, Pelegongan dan lain-lainnya.
Gamelan Geguntangan atau Pengarjaan yang semula sangat menonjolkan jalinan yang rapat antara dua buah guntang, dua kendang kecil yang diikat oleh instrument suling kini sudah menampilkan system kekebyaran sekalipun dengan mempergunakan alat gamelan yang memang telah ada dalam geguntangan. Gamelan Angklung, Joged Bumbung, tingklik gebyoh kini sudah biasa dengan ngebyar dang ending-gendingnya pun banyak yang mengam bil gending-gending dalam barungan gamelan gong kebyar.
Dalam hal instumentasi jenis-jenis gamelan Bali itu sudah hidup sebelum munculnya gamelan Gong Kebyar ini sangat banyak yang terkena pengaruh dari Gong Kebyar. Sudah cukup banyak gamelan-gamelan yang lainnya yang dilebur menjadi barungan gamelan gong kebyar yang mengakibatkan jumlah barungan Gong Kebyar semakin bertambah dan jumlah barungan gamelan Gong Gede, Semar Pagulingan, Pelegongan dan lain sebagainya semakin berkurang. Selain itu banyak para banjar atau desa yang dengan segala upayanya membeli barungan gamelan gong kebyar sekalipun sesungguhnya banjar atau desa tersebut masih memiliki barungan gamelan Bali yang lainnya. Munculnya gamelan angklung kebyar, Gong Suling adalah juga sebagai ukuran berrpa besarnya pengaruh munculnya gamelan gong kebyar di Bali. Namun sekarang sudah banyak pula yang kembali muncul gamelan seperti : Gong Gede, Semar Pagulingan, Pelegongan.

SUMBER : buku Mengenal jenis-jenis Pukulan Dalam Gamelan Gong kebyar hal : 41 – 44

Banjar Lungsiakan, Kedewatan, Ubud

Banjar lungsiakan terletak di desa kedewatan, kecamatan Ubud. Dulunya banjar ini menjadi satu dengan banjar Kedewatan, kemudian patah dan terbelah menjadi dua, itu sebabnya banjar ini dinamakan banjar Lungsiakan yang berasal dari kata “lung” yang artinya patah dan “siakan” yang artinya terbelah menjadi dua. Banjar lungsiakan di pimpin oleh seorang kelihan dan di bantu oleh wakilnya. Banjar lngsiakan memiliki pura khayangan tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem. Serta memiliki pura dang khayangan yaitu Pura Pucak Payogan. Pura pucak payogan adalah pura yang dibuat oleh Rsi Markendya dalam perjalanan beliau ke pulau Bali. Pura Pucak Payogan adalah pura yang dulunya di gunakan oleh rombongan Rsi Markendya untuk melakukan semadhi. Banjar lungsiakan memiliki penduduk yang mayoritas bermata pencaharian sebagai pematung dan petani. Setiap 5 tahun sekali di banjar ini mengadakan upacara ngaben massal yang melibatkan seluruh krama banjar. Di banjar ini memiliki beberapa organisasi diantaranya adalah organisasi STT, Sekeha Gong , Sekeha Geguntangan, Organisasi tim bola voli, PKK, Pecalang dan sekeha angklung.
Organisasi STT di banjar Lungsiakan diberi nama STT Sila Dharma. Organisasi ini terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris 1, sekretaris 2, bendahara 1, bendahara 2, juru arah, seksi-seksi dan anggota. Ketua dan wakil ketua beserta sekretaris dan bendahara memiliki masa jabatan selama tiga tahun. STT memiliki beberapa kegiatan seperti acara ulang tahun STT, kegiatan dalam menyambut tujuh belas agustus, mengadakan bazzar STT setiap tahun nya, dan acara gotong royong untuk bersih-bersih di areal pura. Sebelum melakukan acara , seluruh anggota STT akan melakukan sangkep atau rapat untuk melancarkan kegiatan yang akan diselenggarakan. Setia purnama dan tilem seluruh angota STT melakukan persembahyangan bersama di pura. STT di banjar Lungsiakan juga memiliki sekeha gong yang diikuti oleh anggota yang bisa megambel.
Sekeha gong dan sekeha geguntangan memiliki struktur organisasi yang sama. Struktur organisasinya ialah ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan juru arah. Tugas dari sekeha gong ini adalah memainkan beberapa lagu-lagu dalam gamelan bali untuk mengiringi upacara di pura atau dewa yadnya. Sedangkan sekeha geguntangan menyanyikan pupuh atau kidung yang berisikan tentang ceritra dan juga untuk mengiringi upacara. Sekeha ini anggotanya adalah orang-orang dewasa yang sudah menikah.
Di banjar lungsiakan terdapat lapangan bola voli yang besar. Bahkan sudah diakui sebagai lapangan bola voli terbesar dan termewah di kecamatan ubud. banjar lungsiakan memilki grup bola voli yang diberi nama LAVOLLA. Pemain LAVOLLA di ambil dari anak-anak remaja dan dewasa yang sebagian besar adalah anggota STT. Setiap empat tahun sekali organisasi ini mengadakan kejuaraan bola voli yang juga bekerjasama dengan STT, Pecalang dan seluruh karma banjar.

Organisasi PKK terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Anggota dari organisasi PKK adalah ibu-ibu yang sudah berumah tangga. Tugas dari organisasi ini adalah untuk membantu pembuatan sarana upacara dan membantu di perantenan (dapur) untuk membuatkan makanan atau minuman yang disuguh kan kepada sekeha gong dan tamu-tamu lainnya yang hadir saat upacara agama. Ibu-ibu PKK juga membantu dalam menghaturkan sarana upacara saat piodalan serta memundut simbol-simbol (tapakan) para dewa saat melasti dan ngiring.
Organisasi pecalang juga memiliki struktur yang sama dengan struktur organisasi PKK. Organisasi pecalang ini bertugas untuk menjaga keamanan di lingkungan banjar. Pada saat ngiring atau melasti pecalang juga bertugas untuk mengatur lalu lintas. Pecalang juga bertugas jaga pada hari raya nyepi. Di banjar lungsiakan , anggota pecalang melakukan ronda setiap malam dengan memakai mobil pecalang.
Sekeha angklung di banjar Lungsiakan beranggotakan anak-anak yang bertugas mengiringi upacara agama dan upacara ngaben. Sekeha angklung di banjar ini dilatih oleh ketua sekeha gong.
Di banjar Lungsiakan memiliki beberapa barungan gamelan, yang pertama adalah gamelan semarandhana. Gamelan semarandhana ini adalah gamelan utama yang ada di banjar lungsiakan, karena gamelan ini selalu di pakai untuk mengiringi suatu upacara agama. Barungan dari gamelan ini terdiri dari beberapa instrumen antara lain adalah :
• Dua buah ugal atau giying
• Empat buah pemade dan kantilan
• Sebuah reyong
• Sebuah terompong
• Sepasang gong lanang wadon
• Kempur
• Sepasang kendang cedugan dan krumpungan
• Ceng-ceng ricik
• Dua buah penyacah, jublag dan jegog
• Kajar , kempli dan kemong
• Sepasang gender rambat

Ada juga barungan gamelan baleganjur yang biasa digunakan untuk melasti atau pun ngiring ke pura. Kemudian ada juga barungan gender wayang yang biasa nya digunakan dalam upacara di pura sebagai pengiring dalam wayang lemah. Barungan gender wayang ini terdiri dari empat instrument gender wayang yang di mainkan oleh empat orang dengan menggunakan dua panggul. Kemudian barungan gamelan angklung yang biasa digunakan dalam upacara pengabenan yang biasa dimainkan oleh anak-anak yang ikut dalam sekeha angklung di banjar lungsiakan.
Demikian sedikit penjelasan tentang tempat tinggal saya, terima kasih.