A sample text widget

Etiam pulvinar consectetur dolor sed malesuada. Ut convallis euismod dolor nec pretium. Nunc ut tristique massa.

Nam sodales mi vitae dolor ullamcorper et vulputate enim accumsan. Morbi orci magna, tincidunt vitae molestie nec, molestie at mi. Nulla nulla lorem, suscipit in posuere in, interdum non magna.

Fotografi Jurnalistik sebagai Media Komunikasi

“I don’t know any photojournalists who do the job for the sake of money. They do it to communicate”. (James nachtwey)

Pendahuluan
Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur (1913-1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.

Fotografi Jurnalistik
Definisi fotografi dapat diketahui dengan menyimpulkan ciri-ciri yang melekat pada foto yang dihasilkan.

Ciri-ciri foto jurnalis:
1.Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri.
2.Melengkapi suatu berita/artikel.
3.Dimuat dalam suatu media.

Sebuah foto dapat berdiri sendiri, tapi jurnalistik tanpa foto rasanya kurang lengkap, mengapa foto begitu penting ?, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa.
‘Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi’ (Kartono Ryadi, Editor foto harian Kompas). Perbedaan foto jurnalis adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang cocok. ( ex: di dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, khan menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak.

Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur:

1. Aktualitas.
2. Berhubungan dengan berita.
3. Kejadian luar biasa.
4. Promosi.
5. Kepentingan.
6. Human Interest.
7. Universal.

Foto jurnalistik terbagi menjadi beberapa bagian:

1. Spot news : Foto-foto insidential/ tanpa perencanaan. (ex: foto bencana, kerusuhan, dll).
2.General news : Foto yang terencana (ex : foto SU MPR, foto olahraga).
3.Foto Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel.
4.Esai Foto : Kumpulan beberapa foto yang dapat bercerita.

Foto yang sukses

Batasan sukses atau tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari ‘being in the right place at the right time’ . Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subjek,mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya (antisipasi). Itu semua sangat penting mengingat suatu moment yang baik hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali.

Etika, empati, nurani merupakan hal yang amat penting dan sebuah nilai lebih yang ada dalam diri jurnalis foto.

Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut.

sumber : Wendra Ajistyatama

Kassian Cephas Pionir Fotografi Indonesia

Mungkin tak banyak yang mengenal nama Kassian Cephas. Meski memiliki andil besar di dunia fotografi Indonesia, namun ketenaran namanya seolah hilang ditelan jaman. Pria yang dilahirkan pada 15 Januari 1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah adalah orang Indonesia pertama yang memiliki kesempatan mengenal fotografi.

Perkenalan Cephas pada dunia fotografi tak lepas dari pengaruh kehidupannya di masa kanak-kanaknya yang dekat dengan budaya Belanda. Ia bahkan menjadi anak angkat orang Belanda yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk.

Tahun 1860-an, Cephas muda mulai merintis karir di dunia fotografi. Ia bahkan menekuni kesenangannya ini dan belajar menjadi fotografer profesional.

Sebagai fotografer pribumi pertama, nama Kassian Cephas mulai bersinar sejak ia memutuskan terjun di dunia profesional. Bahkan pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII, Cephas pernah dipercaya sebagai fotografer khusus keraton.

Tak heran jika karya besar Kassian Cephas merekam kahidupan Keraton Yogyakarta. Karena kedekatannya ini, ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di keraton pada waktu itu.

Karya-karya besar Kassian Cephas yang merekam kehidupan keraton dimuat dalam buku karya Isaac Groneman, seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang kebudayaan Jawa dan buku karya sejarahwan Belanda Gerrit Knaap yang berjudul “Cephas, Yogyakarta: Photography in the Service of the Sultan”.

Selain bekerja untuk Keraton Yogyakarta, Cephas juga terlibat dalam berbagai proyek pemotretan untuk penelitian. Beberapa diantaranya adalah penelitaian kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging atau Archeological Union di Yogyakarta pada tahun 1889-1890.

Cephas juga terlibat dalam pemotretan untuk proyek penelitian Candi Borobudur saat mulai ditemukan. ia membuat sekitar 300 foto untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana 9000 gulden untuk penelitian ini.

Tak tanggung-tanggung, Cephas memperoleh bayaran hingga 10 gulden per lembar fotonya. Ia mengantongi 3000 gulden atau sekitar sepertiga dari seluruh uang penelitian. Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.

Tahun 1896 ia dinominasikan menjadi anggota KITLV (Lembaga Linguistik dan Antropologi Kerajaan) atas dedikasinya memotret untuk penelitian Archaeologiche Vereeniging. Ia resmi diterima menjadi anggota KITLV pada tanggal 15 Juni 1896.

Pada tahun 1912, saat usianya menginjak 67 tahun Cephas tutup usia.

Sumber : Wikipedia

Metode EDFAT eksekusi di lapangan

Metode EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, Time) yang diperkenalkan oleh “Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University”, merupakan konsep pengembangan fotografi pribadi. EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih optis melihat sesuatu dengan detil yang tajam.

EDFAT
Suatu pembiasaan melatih metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis maupun fotografer amatir , setidaknya membantu proses percepatan pengambilan keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan cepat dan lugas.

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita. Unsur pertama dalam metode tersebut adalah:

Entire (E)
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai obyek.

Detail (D)
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’

Frame (F)
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini.

Angle (A)
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

Time (T)
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan.

www.eddyhasby.com

Menjadi Citizen Photojournalist

Trend wartawan warganegara (warteg) atau wartawan rakyat biasa khususnya citizen photojournalist kini sedang populer di dunia maya. Sehingga tak heran, juga bermunculan puluhan dan mungkin ratusan atau ribuan para jurnalis dunia maya. Biar keren saya sebut citizen photojurnalist.

Ini sebenarnya juga menjadi fenomena baru bagai kalangan dunia jurnalistik kita. Keberadaan para citizen photojournalist juga memberikan warna baru dalam dunia komunikasi, media massa melalui dunia internet. Bahkan kekuatan citizen photojournalist ini, memiliki kekuatan yang mungkin sama dengan keberadaan media online yang telah ada sebelumnya. Kepentingan para citizen photojournalist ini memang beragam, ada yang sekedang memajang acara mereka sendiri, tapi ada juga yang memberikan informasi yang cukup menarik bagi kalangan jurnalis resmi.

Nah, dari persoalan di atas, jelaslah bahwa citizen jurnalis dan media online sebenarnya tidak ada bedanya. Sama-sama dalam pemberitaannya termuat di media online. Yang membedakan mungkin hanyalah jumlah yang pemirsanya saja.

Untuk itu, melalui tulisan ini saya berharap kepada teman-teman yang memang akan memasuki dunia citizen journalist agar mau mempedulikan aturan main di dalam dunia jurnalistik, yang telah ada. Karena pada dasarnay adalah sama menjadi seorang foto jurnalis online maupun bekerja sebagai foto jurnalis untuk sebuah penerbitan (media cetak). Karena kedua media itu menjadi prasyarat utama keberadaan sebuah foto jurnalistik.

Tidak ada salahnya jika foto-foto yang dipublis itu juga memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada pemirsa. Selain memberikan pesan dan cerita tersendiri, setiap foto yang disiarkan juga mampu menyampaikan informasi selengkap-lengkapnya.

Istilah citizen photojournalist memang baru, namun istilah photojournalist dan fotojurnalistik sendiri, sebenarnya telah lama ada. Menurut pemahaman saya, citizen photojournalist sendiri sebenarnya juga merupakan perwujutan dari fotojurnalistik yang dikembangkan oleh para blogerjurnalis dalam dunia maya.
Seperti yang dilakukan oleh situs http://www.kompasimages.com yang kita cintai ini, juga sedang mengembangkan dan membangun situs komunitas, khusus photojournalist warganegara atau citizen photojournalist.

Tentu saja situs http://www.citizenimages.kompas.com ini merupakan situs yang memberikan wadah kepada komunitas photojournalist warga negara untuk berkreasi dalam membangun dan mencari bentuk aktualitas diri dalam lingkup fotojurnalistik. Dalam setiap penyajian foto-foto para citizen photojournalist, diharapkan memiliki kaidah-kaidah sesuai kode etik dan aturan main dari fotojurnalistik.

Apa itu fotojurnalistik? seperti yang telah dijelaskan di dalam tulisan di situs ini. Pada dasarnya, fotojurnalistik sebuah sajian informasi dalam bentuk visual yang disiarkan di media baik itu media cetak maupun online. Ada beberapa ciri-ciri fotojurnalistik di antaranya, memiliki berita atau menjadi berita itu sendiri, Memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri, melengkapi suatu berita/artikel dan dimuat dalam suatu media baik cetak maupun online.

Selain itu fotojurnalistik memiliki karakteristik di antaranya, gabungan antara berita dan foto, disajikan dengan jujur, lingkup manusia dan memberikan informasi dari sebuah kejadian atau berita, akurasi, alat komunikasi visual dalam bentuk gambar. Dari penjelasan tersebut di atas, paling tidak dapat dijadikan referensi atau panduan para citizen photojournalist yang sedang menyiarkan foto-fotonya web atau blog mereka.

Yang tidak kalah penting dalam penyajian sebuah fotojurnalistik adalah memberian metadata foto terhadap setiap foto-foto yang disiarkan. Di dalam metadata terdapat teks foto (caption) yang selalu menyertai setiap foto-foto yang dipublis dan wajib untuk diisi.

Teks foto memiliki arti yang penting, karena memberikan penjelasan terhadap peristiwa yang ada di dalam foto. Teks foto terdiri dari keterangan yang menyangkut 5W+1H. Tujuan utama dari teks foto adalah memberikan penjelasan terhadap sebuah foto yang disiarkan, kepada penikmatnya. Sehingga dengan visual gambar yang ditampilkan beserta teks fotonya, akan menjawab semua pertanyaan dari penikmat foto. Selain menjelaskan cerita foto yang disiarkan, penyebutan tempat, hari dan tanggal kajadian, adalah menjadi sangat penting.

Penyebutan tempat, hari dan tanggal biasanya dibubuhkan pada akhir kalimat dalam keterangan foto. Penyebutan tempat, hari dan tanggal ini sebagai upaya untuk menjelaskan kepada penikmat foto tentang akurasi dan kebenaran peristiwa secara tepat terhadap sebuah peristiwa yang diabadikan dalam bentuk gambar (foto).

Di dalam fotojurnalistik juga diharamkan (tidak dibenarkan) memberikan tambahan gambar (montage) atau mengurangi gambar, merubah di dalam hasil rekaman foto yang dihasilkan. Editing foto yang diperbolehkan dalam penyajian fotojurnalistik hanyalah sebatas, gelap terang, menghilangkan dengan cara mengkroping sebagian gambar, karena menyangkut keindahan dan keseimbangan komposisi dalam foto itu.

Dengan penguasaan dan pengetahuan dasar fotojurnalistik ini, diharapkan para bloger dalam menyajikan foto-fotonya mengacu pada kaidah fotojurnalistik. Selain itu, para bloger photojournalist ini, juga mampu menyampaikan foto-foto terbaiknya yang tidak menyesatkan dan menjerumuskan penikmat fotografi. Mampu menyajikan foto yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, seperti halnya fotojurnalistik dari kalangan wartawan foto media. Salam.

www.dodohawe.wordpress.com

Pemahaman tentang Foto Jurnalistik

Banyak pendapat tentang pengertian fotojurnalistik, dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Namun dari berbagai pendapat itu, apabila kita tarik benang merahnya sebenarnya mengandung tujuan yang sama. Karena fototojurnalistik memiliki cakupan yang luas terhadap kehidupan berkomunikasi manusia dibumi ini.

Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new York, Harper and Brothers, Arno Press 1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka di dunia Magnum yuang terkenal dengan teori ‘Decisive Moment’ — menjabarkan, “foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.”
Menurut fotografer senior Antara Oscar Motuloh dalam sebuah pelatihan fotografi berpendapat fotojurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.

Sementara menurut tokoh fotojurnalistik asal Surabaya almarhum Zainuddin Nasution berpendapat, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto di jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan (massage) kepada orang lain dengan maksut agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis. Dan banyak pula, yang beranggapan bahwa yang dimaksut dengan fotojurnalistik itu, hanyalah foto-foto yang dihasilkan para wartawan foto saja. Padahal fotojurnalistik, sebenarnya mencakup suatu hal yang sangat luas. Foto-foto advetorial, kalender, postcard, brosur, dsb, bisa juga dikatakan sebagai jenis fotojurnalistik.

Dalam buku serial Photojournalistic yang diterbitkan oleh Time Life diungkapkan bahwa; Sementara foto-foto yang dihasilkan oleh para wartawan foto seperti yang kita lihat di media massa adalah pers foto (foto berita) yang penekanannya pada perekaman fakta otentik.
Misalnya foto yang menggambarkan kebakaran, kecelakaan, pengusuran dsb. Foto-foto itu, ingin menceritakan sesuatu yang pada gilirannya akan membuat orang tersebut bertindak (feedback). Foto jurnalistik ini disiplinnya lebih banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh imaji tersebut bagi pemerhatinya.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa foto jurnalistik atau khususnya persfoto yang baik adalah foto yang memiliki pesan yang jelas dari sebuah peristiwa, tetapi dibuat dengan kemampuan teknologi secara otentik. Dari uraian di atas dapat disumpulkan bahwa, fotojurnalisik adalah suatu media sajian informasi berupa bukti visual (gambar) atas berbagai peristiwa yang disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya dengan tempo dan waktu yang cepat. Jadi intinya bahwa semua gambar yang disajikan dalam bentuk foto dan berita yang dimuat dalam dimedia baik cetak maupun online itu dinamakan fotojurnalistik.
Tentu saja setiap foto yang disiarkan harus dilengkapi dengan teks foto, yang melekat dan menjadi informasi pelengkap terhadap foto-foto itu sendiri. Jadi teks foto (keterangan foto) di dalam sebuah fotojurnalistik adalah mutlak –lihat pembahasan berikutnya tentang teks foto.
Bahkan semua foto, baik foto dokumentasi maupun foto apa saja, apabila telah dimuat dalam sebuah media, boleh dikatakan sebagai fotojurnalistik. Media penyampai fotojurnalistik biasanya melalui media massa, surat kabar (koran), majalah, tabloid maupun media online (internet), brosur, poster dsb.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa fotojurnalistik adalah foto-foto yang dimuat dalam media cetak saja. Bahkan ada yang beranggapan, bahwa fotojurnalistik merupakan sebuah aliran dalam fotografi. Karena memang kita sering mendengar istilah salon foto, foto art, foto arsitektur, foto model, foto masakan, foto fasyen dsb.

Sejumlah penggemar fotografi sendiri memposisikan bahwa fotojuralistik adalah sebuah aliran foto yang ada di dalam dunia fotografi. Padahal pemahaman seperti itu sebenarnya kurang tepat, karena foto-foto yang tersebut di atas sebenarnya telah masuk di dalam lingkup fotojurnalistik. Tentu saja, apabila dilengkapi dengan sebuah informasi berupa teks atau berita yang melengkapinya.

www.dodohawe.wordpress.com

Tips untuk Teks Foto dalam Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik merupakan salah satu produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan selain tulisan yang berbau berita (straight news/ hard news, berita bertafsir, berita berkedalaman/deep reports) maupun non berita (artikel, feature, tajuk rencana, pojok, karikatur dan surat pembaca). Dan sebagai produk dalam pemberitaan, tentunya foto jurnalistik memiliki peran penting dalam media cetak maupun cyber media (internet). Jadi karya foto jurnalistik sudah mendapat pengakuan sebagai karya jurnalistik dalam bentuk visual untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Ada beberapa pengertian mengenai foto jurnalistik sebagai ilmu maupun cabang dari jurnalistik itu sendiri.

Menurut Oscar Motuloh dalam makalahnya “Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati”, foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Melihat foto jurnalistik sebagai suatu kajian artinya memasuki matra yang memiliki tradisi kuat tetang proses “sesuatu” yang dikomunikasikan – dalam hal ini yang bernilai berita – kepada orang lain atau khalayak lain dalam masyarakat.

Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new York, Harper and Brothers, Arno Press 1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka “Magnum” yuang terkenal dengan teori ‘Decisive Moment’ — menjabarkan, “foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembul mengungkap sebuah cerita.”

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa foto jurnalistik merupakan kombinasi antara bentuk visual (foto) dengan kata-kata (yang memngungkapkan sebuah cerita dari sebuah peristiwa dalam bentuk kerangka 5W+1H) dan kemudian disebarluaskan/dipublikasikan kepada masyarakat. Sehingga foto jurnalistik menjadi sebuah berita ataupun informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik local, regional, nasional maupun pada tingkat internasional.

Suatu foto/gambar sama nilainya dengan seribu kata.

Akan tetapi, hal ini baru benar jika disertai dengan teks keterangan foto yang baik.

Judul dan keterangan foto termasuk paling banyak dibaca pembaca koran. Dari keseluruhan berita yang dimuat, hanya judul berita dan berita utama yang mengungguli judul dan keterangan foto. Karena itu penulisan judul dan keterangan foto harus mengikuti kaidah-kaidah seperti: akurat, jelas, lengkap, dan cara penulisan yang baik. Seperti juga penyajian berita, judul atau keterangan foto harus mudah dibaca dan bersifat informatif.

Karena itu perlu adanya pemahaman untuk lebih serius dalam membuat keterangan gambar.

Sebuah foto jurnalistik yang baik tidak hanya sebatas pembahasan visual atau foto belaka, teks foto yang kuat berdasarkan fakta dan data akan memberikan nilai lebih secara lengkap sebuah informasi yang akan diberikan kepada pembaca.

Foto jurnalistik terdiri dari visual (foto) berkoloborasi dengan teks yang terdiri dari Headline (judul foto), Caption (teks yang menerangkan isi foto berkaidah 5 W + 1 H), Byline (pemotret) dan Credit (pemegang hak siar atau penerbitan yang menyiarkan foto jurnalistik tersebut). Elemen penting ini terlihat pada foto-foto jurnalistik di media cetak, yang merupakan dasar dari pemaknaan foto jurnalistik secara umum.

Lebih dari itu foto jurnalistik saat ini terutama berkiblat pada digital photojournalism sudah wajib hukumnya untuk mengisi metadata IPTC dan EXIF foto agar dengan mudah meintragrasi dengan sistem online maupun workflow foto digital yang sudah menjadi kesepakatan antara produsen kamera, pengembang software foto digital, wartawan foto, agensi foto dan dunia arsip foto di dunia dengan dikeluarkannya Photo Metadata White Paper 2007 – Document Revision 11 – (http://www.phmdc.org) di Malta. Pembahasan mengenal metadata foto akan dijelaskan pada kesempatan lainnya dalam manifesto metadata foto jurnalistik.

Pengertian dari elemen dasar foto jurnalistik yang terpapar diatas:

– Headline

Suatu judul pendek di atas kata-kata yang menerangkan isi foto. Judul foto sebaiknya tidak lebih dari tiga kata. Di dalam flow metadata foto, kalimat yang terlalu panjang dapat menyebabkan, tidak terbacanya kalimat tersebut dan lebih para membuat sistem menjadi error.

– Caption

Kalimat atau kata-kata yang menjelaskan isi atau keterangan yang ada di dalam foto tersebut berkaidah 5 W + 1 H. Tidak semua elemen di dalam visual foto dapat menjelaskan secara informatif, seperti lokasi, kapan foto dibuat, siapa di dalam foto tersebut. Maka penjelasan secara rinci dan detil, ditulis dalam keterangan foto.

– Byline

Ini berkaitan dengan copyright, hak cipta atau pencipta/ pembuat dari foto tersebut. Maka di dalam sebuah media cetak terlihat atau terbaca di bawa foto, Kompas/ Agus Susanto atau Adri Irianto (Tempo).

Nama-nama wartawan foto atau pencipta wajib untuk dituliskan sebagai suatu penghargaan kepada penciptanya. Namun sering juga permintaan dari pencipta untuk tidak disebut atau ditulis untuk melindungi pencipta.

– Credit

Pemegang hak siar atau penerbitan yang menyiarkan foto jurnalistik tersebut. Hak siar merupakan lembaga yang bertanggungjawab untuk menyiarkan foto berita tersebut ke publik.

Aturan semacam ini masih sering rancu dan sering disalah artikan. Aturan di dalam setiap media atau kebijakan untuk tidak menulis credit tergantung pada media itu sendiri. Ada yang tidak menuliskannya dengan kebijakan foto tersebut karya atau pemilik foto bukan staf dari media tersebut. Namun foto-foto yang berasal dari sebuah sumber berita baik dari online, agensi foto, majalah, foto-foto pemberian secara gratis dan nara sumber lainnya, secara etika sebaiknya memang harus ditulis lengkap.

Elemen keterangan foto terpapar di bawah ini:

Rezeki Poster Presiden (headline)

Tarbini (66) –who-, pedagang poster presiden RI dan pahlawan, sedang membersihkan poster dagangannya yang dijual Rp 15.000 hingga Rp 25.000 –what- Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, -where – Rabu (6/6) –when-. Pria asal Garut ini telah memperdagangkan poster sejak 40 tahun lalu saat Bung Karno masih menjabat. Menurut ayah tujuh anak dan kakek dari dua cucu ini, pembeli poster Bung Karno masih mendominasi hingga saat ini –why-. (caption)

Kompas/Riza Fathoni (RZF) (credit/byline)

Tidak setiap foto ada judulnya. Foto-foto bersifat ilustrasi untuk mendukung atau memperkuat nilai sebuah tulisan/ artikel tidak membutuhkan headline atau judul foto, juga foto-foto yang bersifat portraits (headshot) hanya ditulis nama tokoh.

Penulisan keterangan foto harus memperhatikan:

1. Kebiasaan Pembaca

Ketika menulis keterangan foto dengan atau tanpa judul, sangat baik bila dibuat dengan memahami karakter pembaca:

Pertama, saat pembaca melihat suatu foto maka pikirannya menangkap semua atau sebagian besar informasi visual (gambar) yang ditampilkan. Namun, sering juga pembaca hanya melihat sepintas, sehingga ada hal-hal kecil terlewatkan.

Kedua, begitu melihat foto yang menarik perhatiannya, umumnya pembaca melihat ke bawah foto untuk mencari informasi yang menerangkan foto itu. ltu sebabnya judul foto dan keterangan foto harus berkualitas.

Ketiga, biasanya setelah mencerna informasi dari judul dan keterangan foto. pembaca kembali melihat foto. Jadi teks yang dibuat harus memperkaya apa yang sudah ditampilkan visual (gambar) dan menjelaskan hal-hal yang perlu dijelaskan.

2. Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi dari foto bisa berbeda-beda. Umumnya pembaca ingin tahu tentang:

* Siapakah dia? (Pada banyak kasus perlu mengidentifikasi orang dari kiri ke kanan, kecuali aksi pada foto itu memerlukan keterangan lain)

* Mengapa foto itu dimuat yang dimuat?

* Apa yang tengah terjadi?

* Kapan dan di mana terjadinya?

* Mengapa tokoh/subyek dalam foto teriihat demikian?

* Bagaimana terjadinya?

Penting: teks keterangan foto harus menjelaskan apa yang tampak di foto (gambar). sehingga pembaca puas dan memahami maksud foto itu. Mereka tidak ingin (dan sebaiknya tidak) mendapat keterangan lagi atas apa yang sudah tampak jelas dalam foto. Keterangan foto sebaiknya memberi penjelasan tambahan yang tidak tampak dalam foto. Sebagai contoh, suatu foto menggambarkan penjaga gawang yang melompat untuk menangkap bola, tetapi yang tidak kelihatan adalah bagaimana hasilnya. Teks foto harus bisa menjelaskannya.

3. Saran dan syarat:

* Ringkas

* Padat

* Tidak bertele-tele.

Keterangan foto harus ringkas, padat, tetapi tidak seperti telegram. Tidak seperti judul berita yang menggunakan kata sandang dan penghubung, keterangan foto sebaiknya seperti alinea dalam berita. Keterangan foto harus jelas dan langsung ke tujuannya.

Hindari penulis bertele-tele. Jangan mengulang hal-hal yang sudah jelas dalam foto dengan menggunakan ungkapan: seperti yang terlihat, tampak dalam gambar di atas.

Jangan sok tahu

Penulis teks keterangan foto sebaiknya tidak mengasumsikan apa yang sedang dipikirkan seseorang dalam foto itu atau mencoba menginterpretasikan perasaan dari ekspresinya. Sebaiknya berikan saja fakta-fakta dan serahkan kepada pembaca untuk memutuskan sendiri situasi yang ia lihat.

Hindari yang diketahui, jelaskan yang tidak diketahui. Penulis teks keterangan foto harus menghindari penggambaran foto seperti cantik, dramatik, mengerikan, atau mendiskripsikan kejadian yang seharusnya muncul dalam foto tetapi tidak ada. jika kejadian itu tidak terbukti di dalam foto, apa yang Anda ceritakan ke pembaca tetap saja tidak terjadi.

Namun demikian, teks keterangan foto sebaiknya tetap menjelaskan kondisi bagaimana foto itu dibuat, terutama bila ada sesuatu yang tidak biasa menurut penglihatan manusia, adanya efek khusus, misalnya menggunakan inset atau memasang rangkaian foto.

Gambarkan yang terjadi

Penulis teks foto harus yakin bahwa kata-kata yang digunakannya menggambarkan apa yang ada di foto dengan tepat. Bila foto menunjukkan dua orang atau lebih, penulis teks foto harus menghitung dan mengindentifikasi orang tampak dalam foto, kemudian mencocokkan jumlah, jenis kelamin, dan identitas orang tersebut dengan teks keterangan yang dibuat. Perhatian khusus perlu terutama agar orang yang sudah dipotong gambarnya (cropped) dari foto asli tidak lagi disertakan dalam keterangan foto.

Selalu, selalu, dan selalu cek ejaan. Penulis teks foto harus mengecek ejaan nama-nama orang di dalam foto, apalagi bila foto itu berkait dengan suatu tulisan, agar tidak terjadi perbedaan penulisan.

“Wild art”

Foto yang berdiri sendiri dan tidak disertai berita disebut “wild art”. Karena itu, teks keterangan foto “wild art” harus menyediakan informasi dasar seperti tulisan atau berita. Standar 5W+1H (who, what, when, where and why) baik untuk menjadi pedoman dalam menulis teks keterangan foto. Bila Anda tidak memiliki semua informasi yang dibutuhkan, angkat telepon dan carilah informasi pelengkapnya. Jangan mencoba menulis teks foto tanpa fakta-fakta yang dibutuhkan. Kadang “wild art” dipasang di halaman depan untuk “menggoda” pembaca agar mau membaca cerita di halaman dalam. Akan tetapi, tidak sama seperti televisi, jangan menggoda pembaca melalui teks foto. Berikan penjelasan selengkapnya, berikan kesempatan untuk bisa masuk lebih dalam dengan keterangan yang lebih detail.

Foto ilustrasi

Jika foto menyertai suatu cerita, teks keterangan foto yang panjang umumnya tidak diperlukan. Kadang-kadang cukup satu baris keterangan tentang orang atau situasi yang tampak dalam gambar, sekadar untuk menjelaskan kaitannya dengan tulisan/berita. Ingat, kebanyakan pembaca teks keterangan foto belum membaca berita terkait.

Sebagian dari mereka bahkan tidak membaca beritanya, hanya teks keterangan foto dan judul berita. Jadi teks keterangan foto harus jelas, langsung ke sasaran, dan seimbang antara memberikan cukup informasi kepada pembaca agar memahami foto itu dan konteksnya dengan format yang ringkas dan padat.

Makin pendek makin baik. Penulisan teks keterangan foto sering memicu godaan untuk menggunakan kalimat-kalimat panjang. Hindarilah.

4. Unsur Waktu

Kebanyakan surat kabar menggunakan gaya penulisan teks keterangan foto yang menggunakan kalimat dengan waktu sekarang (present tense) dan rangkaian kalimat berikutnya dalam bentuk lampau (past tense). Alasannya, kalimat pertama menceritakan kepada pembaca apa yang terjadi dalam foto.

Selalu sertakanlah unsur waktu untuk menginformasikan kepada pembaca kapan peristiwa dalam foto tersebut terjadi.

Rangkuman dari berbagai sumber :

– Diklat Kompas
– Oscar Motuloh
– Photojournalism:The Professional Approach by Kenneth Kobre
– Photojournalism: The Visual Approach by Frank P. Hoy
– iptc.org

 www.eddyhasby.com

Memilih Tripod

Tripod adalah alat yang penting bagi fotografer profesional maupun amatir, tapi karena perkembangan fotografi digital yang cepat, tripod menjadi kurang terkenal.

Fungsi tripod yang terutama adalah untuk menyangga kamera sehingga foto/video tidak kabur. Fungsi ini banyak digantikan oleh fungsi image stabilization (IS) kamera atau lensa dan juga perkembangan kamera digital yang mampu memproduksi foto yang relatif bersih meski dalam setting ISO tinggi atau di tempat yang kurang cahaya. Meskipun demikian, teknologi digital diatas belum sempurna.

Untuk memaksimalkan karya foto, tripod merupakan alat bantu yang wajib dipunyai. Keseriusan seorang fotografer seringkali bisa dilihat dari tripod yang digunakan.

Tips untuk memilih tripod

  • Tripod bisa digunakan dalam jangka waktu lama dan jarang atau tidak bisa kadalursa seperti barang elektronik, oleh sebab itu jangan terlalu pelit dalam membeli tripod. Tripod yang murah sebagian besar berkualitas rendah sehingga cepat rusak, tidak tahan air dan tidak stabil.
  • Mencari ukuran tripod seharusnya disesuaikan dengan peralatan fotografi Anda. Bila Anda mengunakan kamera saku, hendaknya mencari ukuran tripod yang lebih kecil, sedangkan bila mengunakan kamera DSLR profesional dengan lensa super panjang, sebaiknya mengunakan tripod yang besar dan kokoh.
  • Tripod yang berbahan baik, biasanya kokoh tapi ringan, sehingga tidak memberatkan bila dibawa atau dipindahkan. Bahan-bahan yang kokoh tapi ringan antara lain magnesium alloy dan carbon fiber.
  • Tripod yang baik memiliki ball head (kepala tripod) dan kaki yang terpisah, sehingga Anda bisa menukar ball head sesuai dengan kebutuhan.
  • Tripod yang baik memiliki quick release plate, sehingga Anda bisa melepaskan kamera dari tripod dengan mudah dan cepat.
  • Tripod yang baik memiliki bubble head, sehingga Anda bisa mengetahui apakah tripod Anda telah sejajar dengan garis horizon atau belum.

Banyak merek tripod yang beredar di pasaran, tapi ada dua perusahaan yang menurut saya memproduksi tripod yang sangat baik kualitasnya. Mereka adalah Manfrotto dan Induro. Selamat berbelanja!

Kalibrasi Monitor

Pernah tidak Anda kecewa ketika mendapati hasil cetak foto Anda ternyata lain daripada yang di layar monitor? Atau pernah tidak ketika melihat foto di layar komputer lain ternyata tidak sama? Misalnya terlalu kontras, atau terlalu kekuningan.

Hal ini disebabkan karena monitor Anda belum dikalibrasi. Untuk mengkalibrasikan monitor sebenarnya susah susah gampang. Susah karena kalau manual diperlukan kejelian dan kesabaran untuk menjalani langkah-langkah dalam mengkalibrasikan monitor. Gampang karena tidak perlu ketrampilan tambahan.

Apa itu kalibrasi? kalibrasi pada dasarnya adalah menyesuaikan foto dilayar monitor dengan foto yang sudah dicetak.

Berikut langkah-langkah kalibrasi manual monitor:

  1. Cek ukuran resolusi layar (image resolution) pastikan settingnya berada dipaling tinggi atau pilih yang paling optimal.
  2. Pastikan layar berada di setting warna 24 bit atau high-color
  3. Pastikan tidak ada cahaya yang kuat langsung menyorot monitor Anda sehingga timbul pantulan
  4. Cetak foto favorit Anda dengan kertas foto profesional
  5. Atur setting brightness, contrast dan warna (Merah, Hijau, Biru) monitor sehingga menyerupai foto
  6. Gunakan program seperti Adobe Gamma (biasa ditemukan di control panel) atau Quickgamma (gratis)
  7. Bila Anda mengunakan Windows 7, Anda bisa mengunakan fasilitas kalibrasi yang bisa ditemukan di control panel/Apperance/Display

Kalibrasi monitor juga bisa dilakukan dengan mengunakan alat kalibrasi otomatis yang bisa dibeli di pasaran contohnya adalah Spyder 3. Di komputer yang canggih juga mungkin ada alat kalibrasi otomatis.

Sumber langkah-langkah kalibrasi dari WikiHow .

<!– –>

Memilih kamera digital: Canon atau Nikon ?

Banyak orang menanyakan kepada saya, beli kamera digital SLR mana yang baik, merek Canon atau Nikon. Kadang-kadang saya juga menerima pertanyaan tentang merek lain. Tapi kali ini saya akan mengupas secara singkat perbedaan antara Canon dan Nikon. Mudah-mudahan setelah membaca ini, semua menjadi lebih jelas. Kamera DSLR yang dibahas dibawah ini adalah kamera yang beredar tahun 2009.

Kamera DSLR pemula

nikon-d3000Di bagian pemula, Canon memiliki kamera seri 1000D, 450D dan 500D.   Kamera-kamera ini relatif ringan dan kecil. Tidak seperti kamera DSLR Sony, Pentax dan Olympus, kamera Canon dan Nikon tidak memiliki built-in image stabilization, tapi mereka mengunakan teknologi image stabilization di lensa. ada beberapa akibat yang ditimbulkan, misalnya kalau Anda beli lensa lama terutama lensa fixed (yang tidak bisa zoom), Anda tidak bisa menikmati fasilitas ini. Kelebihan kamera-kamera Canon adalah fitur yang lengkap dan juga kompatibilitas ke semua lensa Canon EOS dari yang murah sampai mahal.

Di sisi lain, Nikon memiliki D40, D60, D3000, dan D5000. Kamera-kamera ini tidak memiliki motor auto fokus, jadi bila Anda memakai lensa-lensa lama yang tidak ada motor fokusnya termasuk banyak lensa fixed, maka Anda terpaksa mengunakan manual fokus. Ini bukan masalah besar bila Anda tidak berniat membeli lensa tambahan atau cuma berniat membeli lensa baru yang ada motor fokusnya. Nikon D40, D60, D3000 tidak memiliki live view seperti kamera-kamera Canon, tapi ergonomi kamera-kamera Nikon saya rasa lebih baik (lebih pas ditangan). Khusus untuk Nikon D5000, kamera ini memiliki LCD yang bisa diputar dan mampu merekam video seperti Canon 500D.

Kamera DSLR tingkat menengah atas

canon-7dDi bagian kamera DSLR menengah ke atas, kamera Canon terkenal atas kualitas konstruksi badan kamera yang kokoh dan terbuat dari magnesium alloy. Kamera ini juga lebih tahan cuaca dan debu tapi tidak teruji saat hujan deras. Selain itu, kamera Canon seperti EOS 40D, 50D bisa menembak 6-6.5 kali per detik. Canon 7D yang baru bisa menembak 8 kali per detik. Kualitas gambar juga baik, walaupun ini tergantung dari lensa juga. Canon 40D hanya memiliki 10 mp, 50D memiliki 15 mp dan 7D memiliki 18 mp.

Di sisi lain, Keunggulan semua kamera Nikon di kelas ini terletak pada fitur wireless flash commander sehingga Anda bisa mengatur kekuatan flash dan menembak flash secara wireless. Meski sangat dasar dan tidak bisa bekerja di segala situasi, tapi ini sangat membantu terutama untuk foto potret.  Canon 7D juga memiliki fitur ini, tapi Canon 40D-50D tidak ada.  Nikon  juga memiliki keunggulan di ergonomi, kontrol kamera, dan sistem 51 auto fokusnya sudah terbukti jitu terutama mengikuti subjek. Filosofi Nikon agak berbeda dengan Canon, Nikon tetap bertahan mengunakan sensor 12 mp untuk semua kamera di kelas ini, tapi Nikon lebih memfokuskan pada kontrol noise (bintik2 pada gambar yang muncul di setting ISO yang tinggi).

Kamera DSLR kelas profesional

Kamera DSLR di kelas ini sangat mahal, ditandai dengan harga $2450 sampai $9900. Sensor kamera kelas ini lebih besar daripada kamera-kamera yang dibahas diatas, sehingga kualitas gambar meningkat.

Di kelas ini, terdapat dua jenis kamera, kamera jenis pertama berbadan kecil, seperti kamera kelas menengah.

Nikon memiliki Nikon D700, kamera ini terkenal karena kemampuannya menghasilkan gambar yang bersih dan terang di tempat yang gelap karena kemampuannya menekan noise di ISO tinggi. Kamera ini bisa menembak 5 kali per detik, dan bila dipakaikan battery grip, maka kamera ini bisa menembak sampai 8 kali per detik. Kekurangan kamera ini yaitu hanya beresolusi 12 megapiksel dan juga tidak bisa merekam video. Karakteristik inilah yang membuat Nikon D700 lebih diminati oleh para fotojurnalis dan fotografer olahraga. Disisi lain, Canon memiliki 5D mark II. Kamera ini beresolusi tinggi (21 mp) dan mampu merekam video. Namun ketepatan dan kecepatan auto fokusnya tidak sebaik Nikon D700.

canon-eos-1d-mark-iv-frontKamera profesional tingkat atas terbagi dua jenis (kamera ini ditandai dengan badan kamera yang besar dan bergabung dengan battery grip) – Lihat gambar disamping kiri.

Pertama di desain dengan penekanan kepada kecepatan, yang kedua untuk resolusi dan kualitas gambar. Di jenis pertama, Canon baru mengeluarkan Canon 1d mark IV, kamera super kencang ini bisa menembak 10 kali / detik, dan bisa merekam video. Nikon juga baru mengeluarkan Nikon D3s, yang bisa menembak 9-11 kali / detik dan juga bisa merekam video. Perbedaaan utama kamera tersebut ada dua. Canon 1d mark IV memiliki sensor lebih kecil, tapi memiliki jangkauan 1.3 lebih panjang, uniknya, Canon 1d mark IV memiliki resolusi gambar lebih besar yaitu 16 mp dibanding Nikon 12 mp. Akibatnya, Nikon D3s memiliki kontrol noise yang sangat baik di ISO tinggi. Keunggulan lain kamera Canon yaitu bisa mengatur nilai-nilai eksposur waktu merekam video. Kamera jenis ini banyak dipakai fotojurnalis atau fotografer olahraga.

Kamera profesional jenis kedua menekankan pada resolusi dan kualitas gambar. Kamera-kamera ini (Canon 1ds-mark III dan Nikon D3x) sangat mahal tapi  hasil gambarnya terbaik untuk kelas DSLR. Kamera-kamera ini cocok untuk studio seperti fashion, komersial, potret, produk dan sebagainya.

Kesimpulan

Kamera pemula Canon memiliki fitur yang lebih lengkap dari kamera Nikon. Kamera Canon juga sepenuhnya kompatibel dengan lensa-lensa Canon EOS. Tetapi, kamera pemula Nikon memiliki ergonomi yang lebih baik, jadi lebih pas ditangan. Di kelas menengah ke atas, Canon memiliki strategi untuk meningkatkan resolusi gambar, sedangkan Nikon lebih condong untuk meningkatkan kualitas gambar di ISO tinggi (baik untuk foto di situasi yang gelap). Kamera terbaru masing2, Nikon D300s dan Canon 7D bersaing cukup ketat dan sama-sama berkinerja dan berfitur cukup lengkap. Di kelas profesional, kamera Canon lebih cocok untuk foto studio, sedangkan kamera Nikon lebih cocok untuk foto olahraga, dan fotojurnalis.

Jika Fotomu Kurang Bagus, Kamu Kurang Dekat

Robert Capa, fotografer perang legendaris pernah bilang:

If your pictures aren’t good enough, you aren’t close enough.
(Jika fotomu kurang bagus, kamu kurang dekat)

Kutipan ini memiliki arti yang cukup dalam dan bisa di interpretasikan dari berbagai sudut pandang. Secara literal, fotografer harus dekat dengan objek fotonya. Ini masuk akal karena banyak pemula yang mengambil gambar dari jarak yang terlalu jauh sehingga banyak elemen dalam bingkai foto yang mengganggu. Maka dari itu, di dalam fotojurnalisme, lensa favorit adalah lensa yang lebar karena bisa mengambil gambar dengan dekat.

David duChemin, seorang fotografer travel  berpendapat sedikit lain, David berpendapat bahwa tidak masalah diambil dari jauh asal elemen-elemen yang mengganggu tidak diikutsertakan dalam komposisi foto, misalnya dengan lensa telephoto zoom.