budipramana

Archive for Maret, 2018

Tabuh Tari Hanoman

by on Mar.27, 2018, under Seni dan Budaya

Tabuh tari Hanoman diciptakan pada tahun 2011 oleh I Ketut Cater, S.Sn. Sedangkan tari nya diciptakan oleh Anak Agung Anom. Tari ini diciptakan dalam rangka pementasan budaya oleh sanggar Semara Ratih di Belanda. Tari ini terinspirasi dari Cak Rina yang membawakan cerita Ramayana dengan mengambil salah satu tokoh pewayangan bernama Hanoman. Tari ini diiringi dengan menggunakan gamelan Semarandana dengan dikolaborasikannya unsur cak pada Cak Rina. Namun, kita akan lebih fokus untuk membahas tabuh dari Tari Hanoman versi Sanggar Semara Ratih.

Tabuh tari ini tercipta dilatar belakangi oleh dorongan sang pencipta tari sendiri, karena pada dasarnya saat membuat sebuah tabuh tari, maka tabuh itu akan mengikuti kemauan dari konsep tari itu. Menurut Anak Agung Anom Putra selaku penata tari tersebut, tari ini digunakan sebagai tari kreasi baru. Beliau ingin menampilkan sesuatu yang berbeda dari tokoh Hanoman ini. Biasanya bila sang Hanoman ditarikan dengan mengikuti alur pementasan cak ataupun sendratari Ramayana, sekarang tari ini dijadikan sebuah kreasi baru dengan mencampurkan unsur cak. (Menurut I Ketut Cater selaku penata tabuh-nya).

Dengan konsep berdasarkan tokoh Hanoman pada Ramayana yang dimana Hanoman merupakan sosok kera putih yang gagah berani dan merupakan tokoh protagonis juga tidak jauh berbeda dengan kera-kera lainnya yang suka bermain dan bercanda ria dengan alam sekitarnya. Tari Hanoman sendiri mengambil tema Hanoman Duta. Namun, tari ini banyak menggambarkan kegiatan sang Hanoman itu sendiri dari melakukan latihan-latihan dan bercanda ria sebelum melakukan misinya menjadi duta karena sang pencipta tari ingin menampilkan sisi kejenakaan dari sang Hanoman sendiri.

Sumber : Wawancara bersama I Ketut Cater, S.Sn

Berikut merupakan video cuplikan dari Tari Hanoman (Sumber dari channel saya untuk kepentingan kampus) :

YouTube Preview Image
Leave a Comment more...

Apa itu Tata rias, Topeng, dan Busana? Part 2

by on Mar.19, 2018, under Seni dan Budaya

Tata Busana

Tata busana digunakan untuk menunjukkan identitas gender, status sosial, karakter, dan genre tarian, selain untuk menambah daya tarik pertunjukan. Dengan melihat tata busana yang digunakan penari, para penonton sudah bisa mengetahui jenis kelamin, peran atau kedudukan, perwatakan, serta genre dari tarian yang mereka saksikan.

Hasil gambar untuk tata busana tari oleg

gambar berikut berisikan tata busana dari oleg tamulilingan

Dilihat dari bentuk dan desainnya, tata busana tari Bali secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni tata busana adat dan tata busana teatrikal. Tata busana adat menggambarkan peran-peran dalam kehidupan masyarakat di Bali, sedangkan tata busana teatrikal, dengan bentuk dan desain sesuai kebutuhan.

Busana adat biasanya dipilah menjadi tiga yaitu busana alit, busana madya, dan busana agung. Busana adat alit adalah yang desain dan bentuknya tidak jauh berbeda dengan yang digunakan sehari-hari. Sedangkan busana madya dan agung dibentuk oleh elemen-elemen yang lebih lengkap, bukan saja meniru desain melainkan juga menggunakan elemen-elemen busana adat untuk berbagai upacara adat dan agama Hindu Bali

Busana teatrikal adalah tata busana yang khusus digunakan dalam pertunjukan. Berdasarkan desainnya, tata busana teatrikal dapat dibedakan menjadi busana sesaputan, awiran, busana pawayangan bagi peran-peran putra dan busana makamen sabuk lilit untuk peran-peran putri.

Busana sasaputan pada dasarnya adalah satu desain busana dengan elemen utamanya saput yang dipasang menutupi badan, dari bawah ketiak sampai ke bawah lutut. Berdasarkan elemen busananya, busana sasaputan masih bisa dipilah menjadi dua, yakni sasaputan mabadong gede dan mabadong cenik. Dilihat dari pemasangan lancingannya, busana sasaputan juga bisa dibedakan menjadi dua, yakni busana sasaputan dengan lancingan lepas (kancut mepaid) dan busana sasaputan dengan lancingan yang dilipat kebelakang (sasaputan mabulet).

Busana awiran adalah satu desain busana dengan elemen utamanya berupa awiran yang berlapis-lapis dan dipasang disekitar badan, dari pundak sampai di atas lutut.

Busana pawayangan adalah desain busana yang menirukan tata busana wayang kulit. Sendratari adalah salah satu genre tari Bali yang menggunakan busana pawayangan. Untuk memberikan ruang gerak yang cukup bagi penari, dalam sendratari, dilakukan modifikasi busana pawayangan.

Busana kamen masabuk lilit adalah desain busana yang menggunakan kain (kamen) yang diikat dengan sabuk prada yang melilit di bagian badan penari. Busana seperti ini lebih banyak digunakan oleh tari-tarian putri walaupun ada sejumlah tari putra yang menggunakan tata busana seperti ini tetapi dengan pemasangan kain yang berbeda (sesuai dengan karakter laki-laki)

Hiasan kepala

Hiasan kepala dapat dipilahkan menjadi dua, yaitu hiasan kepala natural dan teatrikal. Hiasan-hiasan kepala natural meliputi hiasan-hiasan yang material dan bentuknya relatif sama termasuk untuk upacar adat dan agama. Hiasan kepala teatrikal adalah yang berbentuk mahkota atau gelungan, termasuk hiasan kepala berupa rambut yang terurai yang dikenal dengan sobrat, yang hanya digunakan dalam pertunjukan.

Hiasan kepala natural meliputi dua jenis, yakni hiasan kepala pusungan (untuk putri) dan udeng-udengan (untuk putra). Udeng-udengan bisa dibagi menjadi lima, yaitu bebidakan, pepudakan, bebongkosan , kekandikan dan dara kepek.

Udeng bebidakan adalah ikat kepala yang bentuknya menyerupai bidak perahu layar denganb ikatan di depan. Udeng seperti ini juga disebut jejoteran atau mejanggar karena menyerupai cadar ayam. Udeng seperti ini terdapat pada tari Kebyar Duduk atau Terompong dan tari laki Oleg Tamulilingan.

Udeng pepudakan adalah ikat kepala yang pada bagian belakang berbentuk segi tiga (seperti legong keraton). Udeng seperti ini biasanya ada pada sendratari pada peran-peran raja dan tari-tari lepas seperti tari Wiranata, Margapati dan Panji Semirang.

Udeng bebongkosan adalah ikat kepala yang membungkus seluruh bagian kepala, dari atas telinga dan dadi ke atas, dengan ujung yang dikatkan di bagian belakang kepala. Udeng seperti membangun kesan kematangan jiwa, biasanya digunakan pada peran-peran dukun, balian, pemangku. Dalam tari, udeng seperti ini digunakan oleh penasar kelihan dan cenikan.

Udeng kekandikan adalah ikat kepala yang bentuknya seperti kapak. Udeng seperti ini biasanya digunakan oleh penasar kelihan dalam dramatari Arja.

Udeng dara kepek adalah kat kepala yang menggambarkan burung dara yang patah sayap, hampir sama dengan udeng bebongkosan, hanya saja bagian segi tiga yang menutupi kepala dibiarkan terlepas. Udeng seperti ini terdapat pada tari Trunajaya dan Palawakia.

Papusungan dibedakan menjadi empat jenis yaitu pusung gonjer, pusung tagel, pusung tungguh, dan pusungan leklek.

Pusung gonjer adalah tekukan pada rambut membentuk lingkaran pada pangkal rambut (batun pusungan) dengan ujung rambut terurai seperti ekor kuda hingga ke bawah pundak. Pusungan ini terdapat pada tari Puspanjali, Pendet, Sekar Jagat, Puspawresti, Sekar Jempiring, tari putri Oleg Tamulilingan dan peran-peran dayang pada sendratari.

Pusung tagel adalah tata rambut berbentuk lingkaran (batun pusungan) dibuat sedemikian rupa dengan ujung rambut dilipat ke atas. Pusung ini memberikan kesan kedewasaan dan kematangan jiwa. Biasanya terdapat pada tari Tenun, Gabor dan Panyembrama.

Pusung tungguh adalah tata rambut berbentuk angka delapan yang berdiri tegak. Dalam seni pertunjukan Bali, pusung ini sering divariasikan dengan rambut yang terurai ke bawah dan dilengkapi dengan bunga-bunga.

Pusungan leklek sesungguhnya termasuk penataan rambut khusus untuk upacara adat yang banyak digunakan di daerah Karangasem. Namun belakangan ini, pusungan leklek banyak digunakan pada garapan tari-tari baru, tari kerakyatan ataupun peran-peran rakyat pada sendratari.

Hiasan kepala selain udeng-udengan dan papusungan adalah gelungan. Gelungan dibedakan menjadi dua yaitu gelungan putra dan gelungan putri. Gelungan putra terdiri dari cecandian, lelungsuran, kaklopingan, jempongan, kakendon dan supit urang.

Gelungan cecandian adalah hiasan kepala yang hiasannya menyerupai candi ada yang berbentuk bulat dan menyudut (segi empat). Ada dua jenis gelungan cecandian, yakni cecandian polos dan candikurung yang dilengkapi relung-relung pada keempat sisinya. Gelungan seperti ini digunakan pada sendratari. Gelungan cecandian bulat digunakan peran Rahwana, gelungan cecandian menyudut digunakan peran Rama, dan gelungan candikurung digunakan peran Kumbakarna.

Gelungan lelungsuran adalah mahkota yang ditandai oleh adanya lipatan rambut di bagian belakang kepala yang menyerupai keong besar (lungsir). Gelungan ini melambangkan kesederhanaan, kewibawaan, dan kehalusan jiwa dengan dilengkapi sepasang bunga bancangan samping. Gelungan seperti ini terdapat pada raja tua (rangga) pada dramatari Gambuh dan topeng Dalem Arsawijaya.

Gelungan kaklopingan adalah mahkota yang ditandai dengan hiasan kepala berbentuk tekukan rambut yang pipih (menyerupai keloping kelapa) dari bagian depan ke belakang dengan hiasan bunga bancangan samping. Gelungan seperti ini digunakan pada peran panji pada dramatari Gambuh atau peran madri pada dramatari Calonarang. Apabila gelungan ini digunakan oleh peran-peran keras seperti kade-kadean pada dramatari Gambuh, peran pandung dalam dramatari Calonarang atau topeng keras dalam dramatari topeng maka bunga bancangan diganti dengan bunga jempongan yang dikombinasikan dengan daun pandan dengan ujung yang tajam.

Gelungan jempongan adalah mahkota yanng ditandai dengan tatanan rambut berbentuk bulatan pada bagian tengah atas kepala. Gelungan ini melambangkan status sosial yang setingkat lebih tinggi dari pemakai gelung kaklopingan dan sama-sama berwatak keras. Gelungan ini hanya dijumpai pada dramatari Gambuh dan sangat jarang digunakan dalam tari-tarian lainnya.

Gelungan kakendongan adalah hiasan kepala yang ditandai dengan hiasan kepala berbentuk mahkota di bagian belakang kepala, untuk menunjukkan kekuasan. Gelungan ini digunakan oleh peran prabu dalam dramatari Gambuh dan peran mantri manis serta mantri buduh pada dramatari Arja.

Gelungan supit urang adalah hiasan kepala dengan tatanan rambut yang digulung menjadi dua, di bagian depan dan belakang kepala, sehingga menyerupai kapit udang. Gelungan ini digunakan pada seni pewayangan. Tokoh-tokoh seperti Bhima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa pada cerita Mahabharata dan tokoh-tokoh seperti Laksmana dan Meganada pada cerita Ramayana.

Pada gelungan putri terdapat empat jenis gelungan terdiri dari mabunga tegeh, pepusungan, papudakan dan kekendon.

Gelungan mabunga tegeh yang pada bagian depannya ditutup oleh tumpukan bunga, terdiri dari betitis dan susunan bunga-bunga yang berbentuk piramid atau bulan tumanggal. Gelungan ini terdapat pada tari putri Oleg Tamulilingan, kelompok putri pada Janger, tari Sekar Jagat dan tari Selat Segara serta peran desak dan likun pada dramatari Arja.

Gelungan pepusungan yang ditandai dengan adanya lipatan rambut di bagian belakang. Pada bagian depan dan samping, gelungan ini dihias dengan rangkaian bunga kamboja yang disebut bancangan yang terdiri dari dua jenis, yaitu bancangan tengah dan bancangan samping. Gelungan ini terdapat pada Legong Keraton, dramatari Gambuh, Calonarang, Parwa, Arja dan sebagainya.

Gelungan papudakan yang ditandai dengan adanya mahkota berbentuk segi tiga pada bagian belakang gelungan, menunjukkan kemuliaan dan keagungan. Gelungan ini terdapat pada tokoh putri dalam Gambuh, peran legong pada tari Legong Keraton, dan galuh dalam Arja.

Gelungan kekendon yang ditandai dengan hiasan kepala berbentuk mahkota (seperti kaisar-kaisar jepang) di bagian belakang, untuk menunjukkan kekuasaan. Gelungan ini terdapat pada peran limbur dalam Arja, Sita dan Trijata dalam sendratari Ramayana.

Dalam penggunaannya, gelungan gambuh meliputi gelungan pepusungan, gelungan pepudakan, gelungan lelungsuran, gelungan kakelopingan, gelungan kakendon, dan sobrat. Gelungan topeng bisa meliputi cecandian, keklopingan, lelungsuran, sobrat dan ketu. Gelungan sendratari bisa terdiri dari gelungan bercorak Pewayangan maupun Pegambuhan.

Tata rias, topeng dan tata busana adalah elemen penting dalam seni pertunjukan Bali. Bukan hanya sebagai mepercantik penampilan, tetapi juga menguatkan karakter dan gender dari tokoh-tokoh yang diperankan serta menunjukkan identitas atau genre dari tarian yang bersangkutan.

SUMBER PUSTAKA : PUSPASARI SENI TARI BALI (I Wayan Dibia) 2013

Leave a Comment more...

Apa itu Tata rias, Topeng dan Busana? Part 1

by on Mar.19, 2018, under Seni dan Budaya

Tari Bali merupakan perwujudan dari kompleksitas nilai-nilai budaya Hindu-Bali melalui jalinan gerak penari, yang diikat oleh ruang dan waktu, mencerminkan konsep kosmologi, pandangan hidup, kepercayaan, prilaku, serta prinsip estetik masyarakat Bali yang berlandaskan kepada agama Hindu. Sebagai warisan budaya Bali yang masih hidup, tari Bali terus berubah dan berkembang. Tari-tarian yang pernah ada sejak lama, sesuai perubahan zaman bisa saja sudah mengalami perubahan, dimodifikasi dan mengalami perbaruan, atau juga mengalami pergeseran fungsinya. Berbicara tentang seni tari, maka salah satu hal terpenting dalam tari sendiri yakni tata rias dan busana sang penari.

Tata rias dan busana adalah elemen penting dan menentukan dalam tari Bali. Elemen ini digunakan untuk merubah wajah penari dan menutupi tubuh penari sesuai dngan karakter. Dalam artikel ini membahas dasar-dasar dan cara-cara penggunaan tata rias dan tata busana dalam tari Bali. Tujuan pembahasan ini adalah untuk menjelaskan bahwa tata rias dan busana adalah unsur penentu bagi keberhasilan suatu sajian tari Bali. Tidak kalah pentingnya tata rias (termasuk topeng) dan busana merupakan elemen yang sangat dibutuhkan untuk karakterisasi, derajat atau status sosial dari tarian serta peran yang menggunakannya.

Tata Rias

Hasil gambar

contoh tata rias pada tari pendet

Berdasarkan fungsinya, tata rias tari Bali dapat dibedakan menjadi rias natural dan teatrikal. Tata rias natural digunakan untuk “mempercantik” wajah penari sedangkan tata rias teatrikal digunakan untuk membentuk karakter yang digambarkan dalam sebuah tarian atau dramatari. Tata rias seperti yang dijelaskan di atas menggunakan bahan-bahan kosmetik dan beberapa alat untuk mengaplikasikan nya di muka penari.

Kosmetik untuk merias muka penari terdiri dari berbagai bahan. Di antara bahan-bahan yang umum digunakan dalam tata rias tari Bali adalah bedak dasar (foundation), bedak tabur (powder) dan bedak padat (compact powder), pemerah bibir (lipstik), pemerah pipi (rouse), pensil alis (eyebrow pencil), pewarna kelopak mata (eyes shadow), pensil mata (soft eyebrow pencil) dan cilak (eye liner). Alat-alat yang digunakan untuk merias antara lain kuas rias, spon dan kapas.

Kosmetik digunakan untuk tata rias natural maupun teatrikal. Tata rias natural pada dasarnya digunakan bukan untuk menyembunyikan wajah asli sang penari, lebih kepada pemberian aksen pada bagian tertentu seperti alis, mata, bibir dan lainnya. Sedangkan tata rias teatrikal digunakan untuk membentuk wajah sesuai karakter dengan melibatkan goresan-goresan pada wajah penari seperti merubah bentuk alis, hidung, bibir dan sebagainya menyebabkan wajah asli sang penari tidak mudah dikenali.

Topeng

Hasil gambar untuk topeng sidakarya

contoh topeng sidakarya

Topeng atau tapel yang digunakan pada muka penari sebagai pengganti tata rias wajah adalah salah satu elemen terpenting dari seni pertunjukan Bali. Dalam tari Bali, topeng pada umumnya terbuat dari kayu dengan wujud yang disesuaikan dengan karakter yang diinginkan. Sejak beberapa dekade belakangan ini, beberapa seniman Bali mulai menciptakan topeng-topenguntuk kebutuhan-kebutuhan tertentu, menggunakan bahan fiber glass, karet busa, atau bahan sejenis lainnya.

Berdasarkan bentuk dan ukurannya, I Ketut Kodi menerangkan ada tiga klasifikasi terdiri dari tapel kuwuhan, tapel sibakan, dan tapel kepehan.

Topeng kuwuhan (bungkulan) adalah topeng-topeng yang menutup keseluruhan bagian muka penari dari dahi hingga ke dagu. Contoh seperti topeng wayang wong, topeng pangelembar (topeng keras dan topeng tua), topeng Dalem Arsawijaya, topeng Sidhakarya dan lainnya.

Topeng sibakan adalah topeng-topeng yang menutup sebagian muka penari. Contoh seperti topeng penasar dalam dramatari topeng (baik yang kelihan maupun cenikan) yang menutup bagian muka dari dahi hingga mulut sebagian. Ada juga topeng Hanuman, Anggada, Subali dan Sugriwa dalam Sendratasri Ramayana.

Topeng kepehan adalah topeng-topeng yang berbentuk potongan dari bagiasn-bagian tertentu dari muka pemakainya seperti dahi saja, hidung dan pipi. Topeng kepehan banyak digunakan dalam dramatari Bondres.

Topeng sibakan dan kuwuhan juga terdiri dari beberapa macam yang ditandai oleh bentuk mata (Tapel mata bolong) dan mulut (Tapel kemel-kemel). Topeng mata bolong akan diisi oleh mata pemakainya. Untuk menjiwai topeng-topeng ini para pemain akan memainkan mata mereka. Contohnya topeng penasar bolong, topeng kera, dan topeng celuluk. Topeng kemel-kemel dimainkan dengan menggerak-gerakkan mulutnya. Contoh seperti topeng kera.

Ada dua istilah yang dikenal seniman Bali yakni napel dan nopeng. Napel adalah sebuah istilah yang mengandung arti menggunakan topeng tanpa bermaksud untuk “menghidupkan”nya. Penggunaan topeng seperti ini mengisyaratkan adanya kekuatan magis pada topeng tersebut. Sedangkan nopeng adalah sebuah istilah yang mengandung arti menggunakan atau memainkan topeng untuk menghidupkannya. Dalam istilah ini juga terkandung unsur transformasi yaitu perubahan wujud atau sosok yang terjadi melalui perpaduan gerak dan permainan topeng. Dengan ini dimaksudkan bahwa jika seorang penari mampu menyatukan jiwanya dengan topeng yang digunakan maka akan lahir sosok baru yang utuh.

Hasil gambar untuk tapel barong

topeng barong

Ada empat jenis kesenian Bali yang menggunakan topeng yaitu wayang wong, topeng, barong ket dan tari topeng legong.

SUMBER PUSTAKA : PUSPASARI SENI TARI BALI (I Wayan Dibia) 2013

Leave a Comment more...

Sekitar Musik Etnis Talempong

by on Mar.13, 2018, under Seni dan Budaya

Hasil gambar untuk talempongKarawitan merupakan musik tradisional Indonesia yang berkembang secara turun-temurun, terdiri dari musik vokal dan musik instrumental, serta menggunakan laras pelog dan laras slendro. Semua daerah di Indonesia memiliki “karawitan”. Khusus Jawa dan Bali disebut karawitan, sedangkan di daerah lain lebih dominan disebut musik etnis. Musik etnis adalah musik yang dikembang oleh suatu suku atau budaya.

Di Indonesia banyak terdapat musik etnis yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Salah satu daerah yang sangat terkenal dengan musik etnisnya adalah Sumatera Barat. Sumatera Barat terkenal dengan kebudayaan Minangkabau. Dalam kaitannya dengan musik etnis, orang-orang lebih menggunakan istilah musik Minang. Musik Minang adalah salah satu aliran musik Nusantara baik tradisional maupun modern yang tumbuh dan berkembang di wilayah kebudayaan Minangkabau. Musik Minang juga disebut dengan musik etnis Minangkabau. Dalam musik etnis Minangkabau, terdapat dua jenis musik yaitu, musik vokal dan musik intrumental. Musik instrumental dalam musik etnis Minangkabau terdapat berbagai penggolongan yaitu, kelompok ideophone, kelompok memranophone, kelompok aerophone, dan kelompok chardophone. Kelompok ideophone terdiri atas talempong, momongan, canang dan aguang. Kelompok memranophone terdiri atas gandang (gandang tambur, gandang sarunai sungai pagu dan gandang kantidik), adok, rebana, rafa’i, dan tasa. Kelompok aerophone terdiri atas saluang (saluang darek, saluang panah, saluang sirompak, dan saluang panjang), sampelong, bansi, sarunai (sarunai darek, sarunai sungai pagu, dan sarunai pesisir) dan pupuik gadang. Kelompok chardophone terdiri atas rebab (rebab darek, rebab pariaman, dan rebab pesisir). Dalam hal ini, kita akan mempelajari salah satu ensambel musik Minangkabau dari kelompok ideophone yaitu talempong.

Talempong merupakan jenis instrumen musik tradisional yang sangat populer di Minangkabau. Instrumen talempong berbentuk bonang seperti bonang dalam karawitan Jawa. Perbedaannya hanya pada ukurannya, bila bonang pada karawitan Jawa berbentuk lebih besar dan agak tebal, talempong berbentuk sedikit lebih kecil dan tipis. Instrumen talempong terbuat dari campuran logam dan tembaga atau kuningan yang didesain sedemikian rupa. Pada bagian tengah terdapat permukaan yang menonjol (tombol), sedangkan ruang resonasinya dibiarkan terbuka. Dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, ukuran talempong di masing-masing daerah bermacam-macam.

A. Sistem Laras

Laras merupakan urutan nada-nada dalam satu oktaf yang sudah ditentukan intervalnya. Dalam karawitan kita mengenal dua laras yakni laras pelog dan laras slendro. Laras pelog adalah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang memiliki interval yang berbeda. Sedangkan laras slendro adalah urutan nada-nada dalam satu oktaf yang memiliki interval yang sama. Laras pelog dibagi menjadi 3 yaitu, laras pelog 4 nada, laras pelog 5 nada dan laras pelog 7 nada. Sedangkan laras slendro dibagi menjadi 2 yaitu laras slendro 5 nada dan laras slendro 7 nada.

Di dalam musik etnis Minangkabau khususnya talempong sampai saat ini tidak  mengenal yang namanya laras. Di dalam sumber buku yang ada tidak dijelaskan secara detail sistem laras yang digunakan pada musik etnis Minangkabau ini. Namun, musik etnis Minangkabau menggunakan sistem musik Barat yaitu dengan menggunakan sistem tangga nada diatonik (do-re-mi-fa-sol-la-si-do’).

B. Periodisasi

Dalam sumber buku yang telah dibaca sebelumnya, tidak dijelaskan musik talempong ini masuk dalam periodisasi apa. Sulit untuk mengira-ngira abad berapakah talempong ini muncul. Namun jika ditelisik dari unsur budaya yang masuk ke dalam talempong, kemungkinan talempong muncul pada abad ke-12 (masa penyebaran agama Islam). Hal itu bisa dibuktikan karena kebanyakan lagu-lagu dalam musik Minangkabau menonjolkan unsur melayu dan unsur islami.

C. Jenis dan Nama Instrumen

Gambar terkait

Foto Permainan Talempong Pacik

Berdasarkan cara memainkannya, talempong dapat menjadi 2 yaitu talempong pacik dan talempong rea. Talempong pacik merupakan talempong yang terdiri dari 2 bonang. Posisi tangan pada talempong pacik adalah bagian atas dan bagian bawah talempong dipegang degan jari telunjuk dan empu jari. Jari tengah berfungsi sebagai pengantara jari manis dan jari kelingking agar kedua buah talempong tidak berdempetan. Talempong pacik dimainkan oleh 5 orang dengan perincian : 3 orang penabuh talempong (terdiri dari 5-6 nada dengan masing-masing memegang 2 buah talempong), 1 orang penabuh kendang, dan 1 orang memainkan alat tiup.

Sedangkan talempong rea pada dasarnya pengembangan dari talempong pacik. Secara umum, instrumen talempong rea berjumlah 21 buah dengan perincian : talempong melodi 13 buah, talempong tinggi berjumlah 4 buah, talempong dasar berjumlah 4 buah, canang tinggi berjumlah 4 buah, canang dasar berjumlah 4 buah, ditambah 1 alat tiup dan 1 buah kendang. Talempong rea dimainkan 7 orang. Talempong rea memiliki sistem accord. Dalam musik barat accord diartikan tiga buah nada atau lebih yang dibunyikan secara serempak.

1. Talempong Dasar :

1.1. Accord I : Do Mi (1 3)

1.2. Accord II : Re Fa (2 4)

1.3. Accord III : Do Fa (1 4)

2. Talempong Tinggi :

2.1. Accord I : Sol Do’ (5 I)

2.2. Accord II : Sol Si (5 7)

2.3. Accord III : La Do’ (6 I)

3. Canang Dasar :

3.1. Accord I : Do Mi (1 3)

3.2. Accord II : Re Fa (2 4)

3.3. Accord III : Do Fa (1 4)

4. Canang Tinggi :

4.1. Accord I : Sol Do’ (5 I)

4.2. Accord II : Sol Si (5 7)

4.3. Accord III : La Do’ (6 I)

Alat tiup pada talempong umumnya adalah sarunai. Sarunai terbagi menjadi 3 macam yakni sarunai darek, sarunai sungai pagu dan sarunai pesisir. Alat tiup ini terbuat dari bambu. Perbedaan mendasar pada sarunai terletak pada penempatan lobang nada. Sarunai darek dan sarunai sungai pagu lobang nadanya terdiri dari 4 nada dan terletak di bagian atas dan 2 sambungan. Sedangkan sarunai pesisir lobang nadanya terdiri dari 3 nada dan 5 sambungan. Namun biasanya dalam talempong digunakan sarunai darek, terkadang juga menggunakan bansi.

Kendang pada talempong berupa gandang. Gandang terbagi menjadi 4 macam yakni gandang tambur, gandang sarunai sungai pagu, gandang aguang dan gandang katindik. Namun biasanya talempong menggunakan gandang aguang.

Khusus talempong rea terdapat canang dan momongan. Canang berbentuk seperti talempong hanya saja lebih tipis dan sedikit lebih besar.

 

DAFTAR PUSTAKA :

Wardizal, S.Sen.,M.Si., 2009. “Ensambel Musik Ethnis: Instrumen Musik Tradisional Minangkabau”. Buku Ajar. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar

Leave a Comment more...

Mengenal Tari Margapati

by on Mar.06, 2018, under Seni dan Budaya

Hasil gambar untuk tari margapati

MENGENAL SEJARAH TARI MARGAPATI

Tari Margapati merupakan salah satu tari lepas yang kategorinya merupakan tari kekebyaran. Tari Margapati diciptakan oleh Alm Nyoman Kaler pada tahun 1942. Kata margapati berasal dari kata (mrga = binatang, pati = raja) adalah sebuah tarian yang melukiskan gerak-gerak seekor raja hutan (singa) yang sedang berkelana di tengah hutan untuk memburu mangsanya. Tari ini termasuk tari putra keras. Di Bali, kata marga adalah sebutan dari kata “jalan” atau “margi” seperti “Marga Tiga” yaitu jalan simpang tiga dan “pati” merupakan kematian atau meninggal dunia sehingga tari ini mungkin berarti jalan menuju kematian atau tarian yang menggambarkan kesalahan jalan seorang wanita, karena tari ini biasanya ditarikan oleh seorang penari wanita dengan gerakan – gerakan yang menyerupai seorang laki – laki. Tari Margapati disusun dengan koreografi perpaduan dari gaya Bali Utara dan Bali Selatan.

SUSUNAN GERAK TARI MARGAPATI

Pada dasarnya, tari Bali itu memiliki dasar-dasar yang disebut Agem, Tandang dan Tangkep. Agem adalah sikap pokok yang mengandung suatu maksud tertentu, yaitu suatu gerak pokok yang tidak berubah-ubah dari satu sikap pokok ke sikap pokok lainnya. Misalnya Mungkah lawang, Ngerajasinga, Butangawasari dan lainnya. Tandang adalah cara memindahkan suatu gerakan pokok ke gerakan pokok lainnya, sehingga menjadi satu rangkaian gerak yang saling bersambungan. Terdiri dari abah yaitu perpindahan gerakan kaki menurut komposisi tari dan tangkis yaitu perkembangan tangan seperti Luk nagasatru, Nerudut dan Ngelimat. Tangkep adalah mimik yang memancarkan penjiwaan tari atau suatu ekspresi yang ditimbulkan melalui cahaya muka. Ada Encahcerengu yaitu perubahan dari suatu mimik ke mimik lainnya dan Maniscerengu yaitu senyum sambil mendelikkan mata. Tanpa Tangkep, sebuah tari memiliki kesan tidak hidup.

Begitupun dengan Tari Margapati, berikut merupakan pedum karangnya :

  • Mungkah lawang, kedua tangan ditarik ke samping perlahan-lahan sampai serong mata dan serong susu
  • Ngeluk nagasatru, kedua tangan berputar ke jurusan dalam dan tangan kanan menepuk kampuh di dada
  • Leher ngilek ke samping dan nyeledet ke samping kanan dua kali. Gerakan ini diulang tiga kali angsel gong baru berubah
  • Tetanganan ngeluk nagasatru dan tangan kanan nyelek sipah
  • Ngurat daun, pandangan mata menoleh ke pojok kiri tengah dan pojok kanan. Gandangarep, berjalan ke muka disertai dengan pandangan ngurat daun dan Gandanguri, berjalan ke belakang tangan nyelek sipah. Ngeluk nagasatru dan tangan kanan nepuh kampuh di dada.
  • Gandangarep dengan kedua tangan berlenggang sambil ngurat daun menoleh serong kiri tengah dan serong kanan terus gandanguri
  • Tamnpaksiring nyilat tangan luk ngelimat serta melangkah ditempat tiga kali dan disertai nerajang kiri kanan
  • Gerakan kaki ngayung metanjek bawak berulang-ulang tiga kali
  • Agem kiri ngengget ke kanan dan ke kiri dan miring ke kanan
  • Metanjek bawak tiga kali dengan agem kanan
  • Jelatik nuwut pahpah miring ke kiri dan miring ke kanan
  • Ngengget ke kiri dan ke kanan sambil melangkah ke depan dua kali
  • Ngelung kiri kanan dengan kaki nyeregseg bergetar cepat
  • Tetanganan ngumad ke kiri dan metanjek bawak dua kali pada kaki kanan
  • Ngumbang ombak segera berjalan putar ke belakang dan ke muka seperti ombak laut
  • Ngagem kanan sambil segut ngocak dua kali dan dioper ke agem kiri. Jadi gerakan ini berturut-turut tiga kali angsel gong
  • Ngumbang lagi sekali berjalan maju dan mundur serta metanjek nandang
  • Metanjek panjang dan nyakupbawa yang menandakan tarian sudah selesai

Mengenai komposisi tabuhnya secara garis besarnya dimulai dari pengalihan, pemeson, pengentrag, pengipuk dan pekaad.

TATA BUSANA

1. Desain Atas

–  Menggunakan udeng pepandekan

–  Memakai badong.

2. Desain Badan

Pakaian Dalam dari Tari Margapati

–  Tapih

–  Sabuk stagen (panjangnya kurang lebih 8 m)

Pakaian Luar dari Tari Margapati

–  Kamen Prade

–  Sabuk Prade

–  Gelangkana

–  Ampok-ampok

IRINGAN MUSIK

Tari Margapati pada dasarnya menggunakan iringan gamelan gong kebyar. Namun, seiring berjalannya waktu, sudah ada inovasi untuk mengiring tari ini. Bisa dengan gamelan semar pegulingan, semara dana, maupun angklung klentangan tergantung situasinya. Contohnya bila Tari Margapati ini dipentaskan untuk mebarung angklung kebyar, maka ditampilkan dengan iringan angklung klentangan.

SUMBER PUSTAKA :

Djayus, Nyoman. 1980. “Teori Tari Bali”. CV Sumber Mas Bali

2 Comments more...

Looking for something?

Use the form below to search the site:

Still not finding what you're looking for? Drop a comment on a post or contact us so we can take care of it!

Archives

All entries, chronologically...